ISTIGHFARLAH MUMPUNG ADA WAKTU: RENUNGAN RAMADLAN (5)
ISTIGHFARLAH MUMPUNG ADA WAKTU: RENUNGAN RAMADLAN (5)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya bersyukur karena bisa pulang ke Tuban untuk menjenguk Emak dan menyelesaikan beberapa urusan di rumah Tuban. 27/03/2023. Dan seperti biasanya, maka saya bisa memberikan ceramah ba’da shalat Isyak sebelum melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Saya beruntung karena Mushalla Raudlatul Jannah itu tepat berada di depan rumah, sehingga bisa melaksanakan shalat jamaah dengan mudah. Tidak perlu pergi ke tempat lain. Jamaahnya relative banyak. Lelaki dan perempuan. Sebelum ceramah saya mulai, maka saya minta kepada para jamaah untuk membacakan Surat Al Fatihah, kepada dua orang jamaah Mushallah Raudlatul Jannah, yaitu Pak Haji Marwan, yang meninggal tiga bulan yang lalu, dan yang baru beberapa hari lalu, Pak Kasang. Syaiun lillah. Lahuma al Fatihah…
Sebagai penceramah, maka saya sampaikan tiga hal, yaitu: pertama, bersyukurlah. Kita harus bersyukur kehadirat Allah SWT karena masih diberi waktu untuk bisa bertemu dengan puasa tahun ini. Sebagaimana doa kita beberapa bulan terakhir, seperti Allahumma bariklana fi rajaba wa sya’ban wa ballighna ramadlan. Yang artinya: Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami pada bulan Ramadlan. Alhamdulillah, kita bisa sampai di bulan Ramadlan. Suatu kenikmatan yang luar biasa, kita bisa menikmati berpuasa pada tahun ini. Kita tetap berharap bahwa kita akan bisa bertemu dengan bulan Ramadlan tahun depan.
Kedua, mumpung masih ada waktu. Kita ini masih diberi waktu untuk beribadah kepada Allah SWT. Masih diberi peluang untuk hidup. Coba dibayangkan bahwa tiba-tiba Allah memanggil kita. Seperti saudara-saudara kita yang tiba-tiba meninggal. Inilah peluang bagi kita untuk beribadah semampu kita. Semaksimal dan sebanyak-banyaknya. Terutama pada bulan ini, kita bisa berpuasa. Yang diharapkan tentu adalah dapat menjalankan puasa dengan keimanan yang sepenuhnya dan dengan keikhlasan yang sangat tinggi. Sebab dengan keikhlasan dan keimanan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampuni dosa yang pernah kita lakukan. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW: “man shoma ramadlona imanan wa ihtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi. (Riwayat Bukhori). Yang artinya: “Sesiapapun melakukan puasa Romadlon dengan keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosanya di masa yang lalu”. Subhanallah.
Oleh karena itu, kita harus melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh agar kita diampuni dosa kita oleh Allah, baik dosa di masa lalu, sebanyak apapun dosa yang pernah kita lalukan, sehingga nanti kita akan menjadi orang yang suci. Setelah selama sebulan berpuasa dan diikuti dengan zakat fitrah, maka kita akan menjadi manusia yang fitri. Jika dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, maka hal itu merupakan kebahagiaan yang tidak terhingga.
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Al insanu mahalul qatha’ wan nisyan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kita terus menerus untuk memohon ampunan Allah SWT karena kita merasakan betapa kita memiliki kesalahan dan dosa. Bisa saja kesalahan itu disebabkan karena kita ghibah atau menggunjing orang. Biasa saja sebab terkadang kita tidak merasa ternyata kita melakukan tindakan yang kurang etis tersebut. Sebagai makhluk sosial, maka di dalam relasi kita dengan orang lain terkadang tanpa disadari ada pernyataan yang tidak tepat. Itulah sebabnya kita harus terus menerus untuk memohon ampunan kepada Allah SWT atas kekhilafan yang kita lakukan.
Ketiga, pada bulan Ramadlan, Allah menurunkan banyak pahalanya kepada manusia yang menjalankan puasa dan beribadah lainnya, maka sudah sepantasnya kita memohon ampunan kepada Allah. Itulah sebabnya kita diminta berdoa kepada Allah dengan doa sebagai berikut: “Allahumma inni as’alukal ‘afwa wal ‘afiyah fid dini, waddunya wal akhirah”. Yang artinya: “Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan kesehatan di dalam agama, dunia dan akhirat”. Amin.
Doa ini merupakan doa yang sangat perlu untuk dilantunkan. Doa ini sangat luar biasa. Sebagai manusia yang dipastikan ada kekhilafan, kealpaan dan dosa, maka sangat penting untuk membaca do’a yang hebat ini. Doa ini merupakan doa ampunan sapu jagad. Semuanya mengena di dalam doa yang agung ini. Itulah sebabnya sungguh sangat diperlukan untuk membacanya di saat-saat yang diperlukan. bahkan kita juga terbiasa setelah shalat tarawih, kita lalu berdoa kepada Allah: Allahumma innaka ‘afuwwun karim, tuhibbul ‘afwa fa’fu anna Ya Karim”, yang aartinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf dan menyukai orang yang memohon ampunan, wahai Yang Maha Agung”.
Kita berdoa agar dosa-dosa kita diampuni, tidak hanya sekedar diampuni tetapi masih ada catatannya, akan tetapi diampuni dan dihapus catatannya. ‘Afwan atau maaf itu lebih mendasar dibandingkan dengan maghfirah atau ampunan. Dan selain itu juga memohon agar kita sehat. Sehat di dalam kehidupan keberagamaan di dunia untuk akherat. Melalui fisik kita yang sehat dan juga batin kita yang sehat, maka kita bisa bersyukur, bersabar, bertawakkal, berkasih sayang dengan sesama manusia dan memanusiakan manusia.
Jika kita bisa seperti itu, maka inilah makna kebahagiaan yang kita inginkan. Kebahagiaan bukan karena harta kita yang melimpah, bukan karena uang kita banyak, bukan karena pangkat dan jabatan kita yang tinggi, bukan karena status sosial kita yang hebat, akan tetapi karena ketercukupan kita dalam melakukan pengabdian kepada Allah SWT. Siapa yang besar ibadahnya, maka besar pula peluangnya untuk mendapatkan rahmatnya Allah SWT. Dan dengan rahmat yang besar, maka peluang untuk masuk surga juga besar.
Puasa sebagai bulan penuh ampunan sudah selayaknya dipenuhi dengan bacaan istighfar. Kita tahu bahwa dengan membaca istighfar sebanyak-banyak, maka peluang untuk mendapatkan ampunan dan maaf dari Allah juga sangat besar. Marilah kita beristighfar dan sekaligus berdoa dengan doa ampunan sapujagad, insyaallah kita akan mendapatkan ampunan, kemaafan dan surganya Allah SWT.
Wallahu a’lam bi al shawab.