Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA YANG MENCERDASKAN AKAL: RENUNGAN RAMADLAN (3)

PUASA YANG MENCERDASKAN AKAL: RENUNGAN RAMADLAN (3)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sesungguhnya salah satu kelebihan manusia atas makhluk Allah lainnya adalah diberinya manusia itu kecerdasan yang berbeda dengan makhluk Allah lain tersebut. Manusia diberikan empat kecerdasan sekaligus. Itulah sebabnya manusia disebutkan di dalam Alqur’an sebagai sebaik-baik cipataan. Inna khalaqnakum fi ahsani taqwim, yang artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sebagai sebaik-baik ciptaan”.  Manusia adalah sebaik-baik ciptaan Allah dibandingkan dengan binatang, tetumbuhan, fakta alam lainnya dan seluruh cipataan Allah di jagad raya ini.

Manusialah yang unggul di dalam kehidupan di dunia. Manusia diberikan kemampuan dan kapasitas untuk mendayagunakan alam dengan kemampuan akal pikirannya. Dengan kemampuan akalnya manusia bisa melangsungkan kehidupan secara lebih baik dari abad ke abad, dari tahun ke tahun. Melalui akal pikirannya, maka manusia mampu melakukan inovasi secara kontinum untuk mengarahkan kepada kehidupan yang semakin bermakna.

Coba bandingkan dengan binatang, bahkan binatang yang paling cerdas sekalipun. Gorilla, monyet dan binatang lain yang dinyatakan sebagai binatang pintar akan tetapi tidak mampu untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan hal-hal sebelumnya. Memang semut dengan koloninya bisa membuat rumah indah dan bersusun, akan tetapi hanya itu yang bisa dilakukannya. Dia tidak mampu mengerjakan di luar yang dilakukannya. Burung juga dapat membuat sarang yang indah, akan tetapi hanya itulah yang bisa dilakukannya. Singa sebagai binatang buas, maka makanannya hanyalah dari perburuan atas hewan lain secara itu ke itu saja. Tidak ada perkembangan terbaru. Mereka berbuat dengan insting.

Sementara manusia dengan perangkat otak sebagai instrument perintah, hati sebagai perencana perintah atau sumber perintah, dan anggota tubuh lainnya untuk melaksanakan perintah atau melakukan perintah, maka manusia dapat melakukan banyak hal atas kehidupannya. Manusia bisa mengembangkan kuliner semakin variative, manusia bisa mengembangkan teknologi robot untuk mempermudah kehidupan manusia. Manusia bisa melalukan percobaan demi percobaan untuk mempermudah kehidupannya.

Jika di masa lalu, ada mobil ada sopir. Maka sekarang untuk menjalankan mobil tidak lagi harus ada sopir. Dengan perangkat teknologi robotic atau artificial intelligent, maka fungsi sopir bisa digantikan oleh mesin cerdas. Di China sudah dikembangkan mobil tanpa sopir untuk mengantar orang yang membutuhkannya. Ada dua orang lelaki dan perempuan yang pelesiran di China dengan memanfaatkan mobil pintar. Hanya dengan klik kemana tujuan, maka mobil dengan sendirinya akan mengantarkannya ke tempat tujuan.

Dengan akalnya, manusia bisa menciptakan robot rumah tangga. Tidak perlu pembantu. Seluruh urusan rumah tangga bisa dikerjakannya. Bahkan China sudah membuat boneka persis seperti manusia. Kulitnya, kemampuan berbicara dan kemampuan lainnya mirip manusia. Hori itu robot perempuan pertama di dunia. Hori bisa mengerjakan segala urusan rumah tangga bahkan bisa menjadi pemuas nafsu seks. Tahun depan sudah bisa dipasarkan di negara lain. Harganya memang masih mahal sekitar 10.000 dollar US. Melalui teknologi cloning, maka manusia bisa dilahirkan persis sama dengan yang diidamkan. Maka bisa terjadi manusia hasil cloning atas tokoh-tokoh yang rela untuk diduplikasi tubuhnya.

Begitulah manusia dengan kecerdasan rasionya.  Terkadang akal bisa bergerak untuk menciptakan sesuatu yang bisa menjadi saingan manusia. Itulah sebabnya agama mengajarkan agar kehebatan akal itu harus digunakan untuk kebaikan dan membangun kebahagiaan manusia. Akal tidak boleh berkembang liar tanpa kendali yang berakibat pada kerusakan kehidupan di dunia.

Islam mengajarkan agar kehidupan manusia itu dalam keseimbangan. Tidak boleh berlebihan. Di dalam filsafat Jawa disebut sebagai sak madyo atau dalam keseimbangan. Manusia tidak boleh melampaui batas kemanusiaannya. Di dalam Alqur’an banyak diceritakan di kala manusia sudah melebihi batas toleransi yang diperbolehkan, maka adzab Tuhan akan datang. Kaum Sodom di Timur Tengah hancur berantakan di kala kerusakannya sudah tidak bisa lagi ditoleransi. Mereka melakukan sodomi atau menyukai sesama jenis dan sudah melampaui batas. Di kala seperti itu,  Kota Sodom yang indah dan megah maka hancur karena terkena gempa bumi yang dahsyat. Kota ini kemudian menjadi riwayat sejarah tentang kerusakan moral yang pernah terjadi di masa lalu.

Allah mengingatkan: “afala tatadzakkarun” atau “afala ta’qilun”. Kita diminta oleh Allah untuk berpikir dengan melihat berbagai ibrah di dalam kehidupan. Ada cerita tentang Qarun, manusia kapitalis yang serakah dan akhirnya harta dan dirinya ditelan bumi. Ada Fir’aun manusia yang merasa sangat berkuasa dan akhirnya tenggelam di laut. Dan ada banyak lagi cerita-cerita tentang masa lalu yang bisa menjadi pelajaran bagi kita.

Islam mengajarkan kepada kita untuk berpuasa. Menahan hawa nafsu, yang sumber utamanya adalah akal pikiran. Kita hidup itu terkadang hanya untuk memanjakan pikiran melalui instrument hawa nafsu.

Melalui puasa, maka relasi antara pikiran rasional dengan hawa nafsu bisa dieliminasi. Jika pikiran yang selalu berakhir dengan perhitungan untung rugi, dan lebih mementingkan aspek bendawi, maka dengan puasa dapat diredam dengan menahan hawa nafsu. Jika selama ini kita ingin terus memenuhi keinginan kebinatangan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sosial, maka diperlukan upaya untuk mengekangnya. Nafsu makan, minum, dan nafsu menguasai dapat dieliminasi dengan nafsu berbasis pada pemikiran yang berisi kebaikan dan kemanfaatan. Tidak hanya manfaat pada diri sendiri akan tetapi juga manfaat bagi orang lain.

Jika puasa itu bisa seperti ini, maka inilah barangkali makna puasa yang imanan wa ihtisaban, puasa yang tulus ikhlas penuh dengan keimanan dan penyucian diri, sehingga pahalanya sangat luar biasa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..