BECIK KETITIK OLO KETORO: FILSAFAT PEMBALASAN TINDAKAN ORANG JAWA
BECIK KETITIK OLO KETORO: FILSAFAT PEMBALASAN TINDAKAN ORANG JAWA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sesungguhnya agama apapun mengajarkan agar orang berbuat kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan penganutnya untuk melakukan kejahatan. Namun demikian, di dunia ini masih banyak orang beragama yang melakukan kerusakan di bumi, membangun kebencian dan merusak perdamaian. Semua hal ini difasilitasi oleh penafsiran agama yang bersesuaian dengan kepentingan dan egoisme social pada dirinya. Agama yang sebenarnya mengajarkan kedamaian lalu berubah menjadi konflik social berkelanjutan.
Islam adalah agama keselamatan. Di antara doktrin pentingnya adalah mengajarkan kerahmatan bagi seluruh alam. Manusia diajari agar menjaga rahmat Tuhan Yang Maha Esa di dalam perilakunya, tidak hanya kerahmatan bagi manusia tetapi kerahmatan bagi seluruh alam. Jagad cililk atau alam kemanusiaan atau mikro kosmos dan jagad gedhe alam makro kosmos atau alam semesta. Islam mengajarkan bukan hanya rahmatan lil muslimin akan tetapi rahmatan lil ‘alamin.
Ada banyak filsafat hidup orang Jawa yang bisa dilacak di dalam ungkapan-ungkapan Jawa yang hingga sekarang masih dilestarikan. Meskipun, yang melestarikannya adalah para sesepuh yang usianya di atas 50 tahun. Generasi muda Jawa yang sudah terpengaruh oleh budaya perkotaan dan lebih khusus budaya barat jarang yang memahami ungkapan Jawa yang memiliki derajat keluhuran. Banyak generasi muda Jawa yang sudah melupakan pitutur luhur bangsanya. Mungkin dunia pendidikan juga memiliki andil melupakan atas tradisi leluhur tersebut karena tergerus oleh program pendidikan yang barat minded. Bisa jadi semua yang datang dari Barat itu kebaikan, sehingga kebaikan di dalam tradisi Jawa dilupakannya.
Sudah banyak di antara generasi muda sekarang yang tidak lagi bisa berbicara dalam Bahasa Jawa atau kromo inggil. Bahasa Jawa ngoko masih bisa tetapi ketika harus menggunakan Bahasa Jawa halus, maka semua sudah keteteran. Hal ini juga terdapat pengaruh pendidikan yang sudah tidak lagi menjadikan tradisi Jawa sebagai mata pelajaran yang wajib dilakukan. Sementara di rumah juga sudah tidak lagi menjadikan tradisi Jawa dan Bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi antar yang tua dan muda.
Padahal sangat banyak tradisi dan filsafat Jawa yang adiluhung, misalnya becik ketitik olo ketoro. Yang arti dalam Bahasa Indonesia adalah kebaikan akan didapatkan balasannya, dan kejelekan juga akan diketahui akhirnya. Orang Jawa berpandangan bahwa kebaikan itu meskipun disembunyikan pada suatu ketika akan didapatkan balasan atas kebaikan tersebut, demikian pula kejahatan atau kejelekan juga suatu ketika akan diketahui juga. Orang tidak boleh takut untuk melakukan kebaikan, sebab kebaikan tersebut ditekan seperti apapun juga akan terdapat balasan yang sesuai dengan kebaikannya. Orang Jawa harus takut dengan kejelekan atau keburukan, sebab keburukan tersebut juga lama kelamaan akan diketahui juga. Seperti menyimpan bangkai, maka suatu ketika akan berbau juga. Becik ketitik olo ketoro adalah cara orang Jawa untuk mendidik generasi muda agar selalu berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.
Dalam kasus yang akhir-akhir ini terjadi, misalnya Kasus Sambo dalam pembunuhan Brigadir Joshua. Meskipun kasus ini ditutupi sekuat-kuatnya, akan tetapi lama-kelamaan ketahuan juga. Pada suatu saat yang sudah dipastikan, maka kejahatan yang direncanakan dengan rapi seperti apapun, ternyata juga terendus dan dapat dibuktikan kejahatannya. Di dalam Bahasa Jawa terdapat suatu konsep titi mangsane atau waktu yang telah ditentukan, maka semua akan terbuka dan semua akan diketahui, bahwa kebaikan adalah kebaikan dan kejahatan adalah kejahatan.
Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan tentang mana kebaikan dan mana kejahatan. Bahkan kita dianjurkan untuk berdoa dengan doa yang berbunyi: “Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqna tiba’ah, wa arinal bathila bathila war zuqnaj tinabah. Yang artinya: “Ya Allah tunjukkan kepada kami yang benar adalah kebenaran dan berikan kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkan yang jelek adalah kejelekan dan berikan kami kekuatan untuk menghindarinya”.
Di dalam surat Al Zalzalah, ayat terakhir (7 dan 8) juga dinyatakan: Famay ya’mal mitsqala dzarratin khoiroy yaroh wamay ya’mal mistqala dzarratin syarray yaroh”. Yang artinya: “Sesiapapun yang melakukan kebaikan sebesar biji dzarrah pun diketahui, dan sesiapapun yang melakukan kejelekan sebesar biji dzarrah pun diketahui”. Ayat ini memberikan gambaran bahwa kebaikan atau kejelekan akan diketahui pada akhirnya. Tidak ada perbuatan yang terlepas dari radar Allah SWT kala manusia hidup di dunia.
Dengan demikian bisa dinyatakan bahwa antara ajaran Islam dan pemikiran dalam tradisi Jawa merupakan dua entitas yang berada di dalam satu kesatuan. Tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Ya Islam, Ya Jawa dalam satu kesatuan.
Wallahu a’lam bi al shawab.