IRI DAN DENGKI ADALAH SIKAP NEGATIF
IRI DAN DENGKI ADALAH SIKAP NEGATIF
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Adakah iri dan dengki yang bernuansa positif? Rasanya tidak. Iri dan dengki adalah penyakit hati yang sulit disembuhkan apalagi jika iri dan dengki sudah menjadi tabiat yang berbasis pada bakat dari dalam diri seseorang. Jika iri dan dengki sudah menjadi tabiat atau sifat yang melazimi kehidupan seseorang, maka penyakit hati ini akan terus bercokol di dalam diri dan tidak mudah untuk dikendalikan.
Sahabat saya, Titik Suryani, anggota WAG Reuni PGA 1977 menanyakan kepada saya tentang bagaimana jika kita itu iri pada keberhasilan seseorang, tetapi tidak berupaya untuk menjelekkannya atau menggunjingnya. Secara lengkap konten WAG tersebut sebagai berikut: “Prof, tolong jelaskan pada kami ya kalau salah. Memang iri dan dengki adalah penyakit hati, tetapi bukankah iri itu memotivasi seseorang ya Prof. Maksudnya keberhasilan seseorang, tetangga punya mobil atau tetangga membeli perabot-perabot rumah tangga lantas kita iri kepingin berhasil, pingin punya mobil atau punya perabot seperti dia sebagaimana yang Prof contohkan di atas, tetapi tidak sakit hati terhadap keberhasilan orang tersebut. Kita ingin punya mobil dan perabot rumah tangga seperti dia dengan memicu dan bagaimana usaha kita agar bisa seperti dia. Lain halnya dengan dengki, kalau dengki kita tidak senang melihat keberhasilan orang lain dan bahkan kita berusaha untuk mencelakai orang tersebut. Itu kesan saya terhadap iri dan dengki Prof. Tolong luruskan asumsi saya ini Prof agar saya tidak salah membedakan antara keduanya, iri dan dengki. Dengan penuh kerendahan hati saya mohon berikan penjelasan ya Prof. Terima kasih sebelumnya. Oke. Salam sehat semua”.
Saya ingin menyatakan bahwa iri dan dengki itu penyakit hati sehingga jika di dalam diri seseorang terdapat sifat ini, maka dipastikan akan terdapat ekspresi dari sifatnya itu, yaitu menjelekkan, mengunjingkan dan bahkan mendoakan kejelekan pada seseorang yang dianggapnya sukses di dalam kehidupan. Tidak ada ruang di dalam dirinya untuk tidak melakukan apa yang dirasakannya. Jadi bukan sebuah Tindakan yang berisi kebaikan karena sifat iri dan dengki tersebut. Iri merupakan sifat yang selalu melihat keberhasilan orang lain dan merasa bahwa orang tersebut lebih beruntung. Sementara dia tidak beruntung. Jika sifat iri itu dilestarikan, maka lama kelamaan akan menjadi dengki atau ketidaksukaan pada keberhasilan orang lain.
Adakah orang yang iri dan dengki lalu tidak mengekspresikan perasaannya di dalam tindakan yang buruk?. Jawabannya tidak ada. Iri dan dengki merupakan penyakit hati yang akan terus bercokol di dalam hati selama tidak ada upaya untuk menyadari bahwa iri dan dengki adalah sebuah penyakit. Yaitu penyakit hati. Jika seseorang senang melihat ada kebaikan dan kesuksesan pada seseorang maka hal tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai iri apalagi dengki. Sebab iri dan dengki adalah sikap suka melihat kesuksesan orang dan kemudian berujung pada ketidaksukaan dan kebencian yang berlanjut pada ekspresinya yang bisa merugikan pada orang lain. Selalu melihat kebehasilan orang lain dapat menjadi pintu masuk tumbuhnya sifat dengki.
Kita terkadang harus mengapresiasi atas keberhasilan orang lain. Mungkin memuji dengan tujuan yang ikhlas bukan untuk basa-basi atau sekedar menyenangkan hati orang lain, apalagi bahwa dengan pujian tersebut diharapkan akan membawa imbal balik apa saja yang sesuai dengan tujuannya. Jika ada maksud yang tidak baik, maka sesungguhnya bukan apresiasi yang positif akan tetapi ekspresi yang negatif. Ekspresi apresiasi yang baik itu timbul dari keikhlasan dan bukan dari yang lain. Jadi memuji boleh dengan tanpa ada keinginan atau kepentingan pribadi.
Di dalam dunia pewayangan, maka ada seorang tokoh Namanya Sangkuni, Maha Patih Hastinapura. Dia selalu memuji Prabu Duryudono, keponakannya, dengan sanjungan yang berlebihan. Hal itu dilakukan sebab dia tahu bahwa keponakannya itu mabuk pujian. Dan jika dipuji maka segala hal yang diusulkan oleh Sang Maha Patih akan dikabulkan. Dan kemauan Sangkuni itulah yang kemudian menjadi kebijakan Negara Hastinapura. Perang Baratayudha adalah rekayasa Sang Maha Patih Sangkuni dan mendapatkan persetujuan Doryudona dan segenap pejabat Hastinapura.
Memang di dalam kehidupan ini ada orang yang sangat suka dipuji. Jika dipuji, maka hati dan perasaannya menjadi sangat gembira dan merasa hebat. Bahkan juga ada orang yang senang bercerita keberhasilannya di depan orang lain. Mungkin ini manusiawi sebab orang memang ingin diakui prestasinya. Tetapi jika perasaan ini berlebihan akan membawa kepada masalah tersendiri. Jadi, sudah seharusnya kita membatasi untuk memuji orang dan juga membatasi untuk mengungkap kesuksesan yang bisa dicapai. Seharusnya kita bersikap wajar dalam menghadapi relasi sosial kepada siapa saja agar tidak jatuh kepada sikap pujian yang berlebihan.
Seandainya kita melihat ada orang sukses, maka yang harus dilakukan adalah: pertama, mengkaji apa rahasia kesuksesannya. Kita pelajari untuk menjadi teladan di dalam kehidupan. jika usaha yang dilakukan sudah kita pahami dan kita melakukan yang sama tetapi tidak berhasil maka berarti masih ada variable lain yang belum kita pahami. Tetapi sekali lagi bukan iri dan dengki yang muncul tetapi belajar dari dirinya.
Kedua, di dalam Islam terdapat trilogy kehidupan, yaitu: ikhtiyar, tawakkal dan doa. Usaha bisa dipelajari. Usaha bisa diduplikasi. Usaha bisa dilakukan. Usaha itu sesuatu yang kasat mata, yang terlihat. Tetapi tetap ada sesuatu yang berada dibalik usaha. Sesuatu yang menjadi ketentuan kesuksesan atau kegagalan. Di sinilah kita tawakkal atau pasrah kepada Allah SWT akan kegagalan atau kesuksesan. Jika gagal jangan putus asa. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Orang yang sukses bukanlah orang yang berhasil di dalam mencapai sesuatu tetapi orang yang bisa bangkit dari kegagalannya. Kemudian berdoa. Jangan pernah meremehkan doa. Ada pandangan bahwa 80 persen keberhasilan itu karena doa yang dilantunkan kepada Sang Pemilik Kesuksesan, Allah SWT. Ada banyak cerita sukses karena doa. Jangan pernah berhenti berdoa kepada Allah SWT.
Ketiga, jangan merasa bahwa kesuksesan itu karena kemampuan kita, akan tetapi adalah pemberian Tuhan kepada kita. Saya merupakan salah seorang yang merasakan bahwa prestasi yang saya capai bukan karena kemampuan saya akan tetapi karena welas asih Gusti Allah. Pemberian Allah SWT. Sama sekali tidak karena kepandaian, kehebatan dan kekuatan yang saya miliki tetapi semata-mata rahmat Allah SWT.
Wallahu a’lam bi al shawab.