MENIKMATI KEINDAHAN MASJID MONUMENTAL
Mesir memang pantas disebut sebagai negara dengan sejuta masjid. Tentu saja kata sejuta adalah untuk menggambarkan banyaknya masjid yang dibangun di seluruh daratan negeri. Bahkan banyak masjid yang dibangun berdekatan. Tidak hanya di Kairo tetapi juga di Alexandria. Rupanya orang Mesir menerapkan dalil agama yang menyatakan: ”man bana masjidan banallahu lahu baitan fil jannah”. Yang artinya, ”barang siapa membangun masjid, maka Allah akan membangun rumahnya di surga”.
Memang, Mesir tidak hanya menjadi sumber ilmu keislaman, tetapi juga menjadi sumber spiritual. Dalam catatan sejarah, maka banyak orang suci atau mursyid tarekat yang mengembangkan ajarannya di Mesir. Hal ini memberikan kejelasan bahwa Mesir memang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan juga sumber spiritualitas yang sangat kental.
Misalnya adalah Imam Abu Hasan al Syadzily. Beliau adalah pendiri tarekat Syadziliyah yang merupakan tarekat terbesar di Mesir. Beliau dikuburkan di Humaitsarah, Marsa Alam, kira-kira 800 km dari Kairo. Kemudian Makam Imam Ahmad al Badawy, pendiri tarekat Ahmadiyah. Beliau dikuburkan di Thanta kira-kira 200 km dari Kairo. Di samping kuburannya dibangun masjid yang dinamai Masjid Ahmad Badawy. Selain itu juga makam Imam Ibrahim ibn Dasuqy. Beliau adalah pendiri Tarekat Barhamiyyah. Di atas kuburannya didirikan masjid yang terletak di Dasuq, 65 Km dari Thanta. Kemudian juga makam Imam Rifa’i yang merupakan pendiri tarekat Rifa’iyah. Makam beliau berada di Kairo dan di atas makamnya dibuat masjid yang diberi nama Masjid Rifai.
Dari empat makam para penyebar tarekat ini, maka yang sempat saya kunjungi adalah makam Imam Rifa’i, sebab makam beliau ada di dalam kota Kairo. Selain itu masjidnya juga luar biasa, sehingga sangat menarik minat para wisatawan untuk mengunjunginya. Saya mengamati bahwa masjid-masjid yang dibangun oleh pemerintahan di Mesir itu memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Rupanya, ada ide-ide besar yang mendasari pembangunan masjid-masjid tersebut. Bisa jadi hal tersebut berasal dari inspirasi yang didapatkan dari bangunan-bangunan kuno, seperti piramid yang dibangun oleh imperium Mesir kuno.
Bangunan masjid Alabaster atau masjid Mohammad Ali merupakan masjid yang sangat menakjubkan. Tempatnya di dalam benteng Salahuddin al Ayubi. Masjid ini dibuat pada tahun 1830 M. Masjid Alabaster dibuat dengan menggunakan design Ottoman dengan kubahnya yang megah dan tingginya mencapai 59 M. Masjid ini dihiasi dengan dua menara setinggi 89 M. Karena tempatnya di ketinggian, maka dari halaman masjid tersebut dapat dilihat kota Kairo. Dinding masjid ini dihiasi dengan marmer yang sangat indah. Jika kita memasuki di dalam masjid, maka kita dibuat terkagum-kagum karena keindahan masjid tersebut. Warna-warna hijau yang dipadu dengan warna-warna lainnya untuk menghiasi kubah masjid dan juga tiang-tiang masjid, maka membuat kesan tersendiri terhadap masjid ini. Saya berkeyakinan bahwa Raja Mohammad Ali memiliki cita rasa budaya yang luar biasa. Karena keindahannya, maka masjid ini juga dijadikan sebagai tempat wisata. Banyak orang-orang non muslim yang masuk ke dalam masjid dan melakukan pemotretan. Bahkan ketika saya di sana, maka sedang terjadi pengambilan gambar masjid melalui video, mungkin untuk film dokumenter.
Di Mesir juga didapati masjid-masjid yang menandai kehadiran kerabat Nabi Muhammad saw. Di antara masjid yang dinisbahkan kepada keluarga Rasulullah adalah Masjid Imam Husein. Di dalam masjid ini terdapat makam kepala Hussein, sedangkan badannya dimakamkan di Karbala. Kepala Hussein ini semula dimakamkan di Asqalan, Syiria. Dan pada waktu dinasti Fathimiyah, Sultan Shaleh Thala’i, pada tahun 1153 M berkuasa, maka kepala Sayyidina Hussein tersebut dipindahkan dan dimakamkan di Kairo. Masjid ini termasuk tanah haram, sehingga orang non muslim tidak diperkenankan untuk memasuki masjid ini.
Kemudian masjid Sayyidah Zainab, cucu Rasulullah, adik Hasan dan Hussein. Ia tidak dibunuh oleh pasukan Ibnu Ziyad untuk menjadi saksi bahwa kepala yang dibawa oleh pasukan itu adalah kepala Imam Hussein. Masjid ini berada di Kairo di dekat Benteng Salahuddin. Yang lain adalah masjid Ali Zainal Abidin. Ia adalah cucu Rasulullah, putra Hasan yang selamat dalam peristiwa Karbala. Ia diselamatkan oleh bibinya, Sayyidah Zainab. Selain itu juga terdapat masjid Sayyidah Fatimah an-Nabawiyah, putri Sayyidina Hussein, saudara Imam Ali Zainal Abidin dan Sayyidah Sukainah. Masjid ini terletak di daerah Darbul Ahmar Cairo sekitar 1 Km dari benteng Salahuddin al Ayyubi. Juga didapati Masjid Sayyidah Sukainah dan masjid Sayyidah Nafisah dan kemudian Masjid Sayyid Hasanul Anwar dan Masjid Sayyidah Aisyah yang merupakan istri Khalifah Umar ibn Abdul Azis.
Saya memang tidak dapat menziarahi seluruh masjid ini. Tentu saja karena keterbatasan waktu. Ketika saya menulis tentang masjid yang dinisbahkan kepada mursyid tarekat dan juga keluarga Nabi Muhammad saw, sesungguhnya saya hanya ingin mengemukakan bahwa tanah Mesir sepertinya memang disediakan oleh Allah untuk menjadi tanah yang dipenuhi oleh para alim dan pejuang Islam yang sangat gigih. Mereka adalah orang yang mewakafkan hidupnya untuk menyebarkan ajaran Islam yang mulia.
Wallahu a’lam bi al shawab.