• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJALIN TEMU KANGEN: REUNIAN KOMUNITAS RONGGOLAWE TUBAN

MENJALIN TEMU KANGEN: REUNIAN KOMUNITAS RONGGOLAWE TUBAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Artikel ini merupakan refleksi atas acara reunian yang diselenggarakan oleh Komunitas Ronggolawe atau Paguyuban Ronggolawe yang terdiri dari individu-individu yang lahir di Tuban dan kemudian menetap di luar Tuban, baik di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Pasuruan dan tempat lain di Jawa Timur termasuk di Jakarta dan kota-kota lainnya. Acara ini diselenggarakan di tempat rekreasi Banyulangse, Merakurak Tuban. Acara dilakukan pada hari Ahad, 08/01/23.

Acara ini  menarik karena menjadi ajang untuk temu kangen. Lalu, mereka menunjukkan bakat masing-masing. Nyanyi. Ada yang menyanyikan  lagu-lagunya Koes Plus, Dangdut, dan juga lagu-lagu campursari yang dilantunkan secara bersama-sama. Bahkan ada yang menyanyi sesuai dengan sekolah dan angkatannya, misalnya SMA Angkatan 70-an, STM 1970-an dan seterusnya. Nyanyi-nyanyi ini menjadi ritual wajib dalam acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Ronggolawe.

Yang menarik bahwa hampir semua orang yang menjadi anggota komunitas Ronggolawe bisa menyanyi. Bahkan juga berjoget sesuai dengan irama lagunya. Saya juga didaulat untuk menyanyi pada acara ini. Dengan sangat terpaksa maka saya pun menyanyi lagu wajib yang sering kali saya lantunkan. Lagunya Rhoma Irama.  “Kegagalan Cinta”. Ternyata semua audience berjoget dengan lagu dangdut ini. Nyaris semuanya hafal syair lagu Bang Haji Rhoma Irama. Bang Haji rupanya popular di kalangan generasi “colonial” atau generasi “baby boomer”.

Ada sambutan dari Mas Sujarwoto, kawan lama yang menjadi panitia reunian ini. Beliau menetap di Tuban dan menjadi dosen pada salah satu universitas di sini. Lama sekali saya tidak bertemu dengan Mas Jarwoto. Tetapi sama sekali saya tidak lupa wajahnya. Beliau kelihatan masih muda. Diteruskan dengan sambutan Ketua Paguyuban Ronggolawe, Pak Soebijantoro, priyantun Tuban yang menetap di Surabaya. Pak Bijantoro juga “jago” menyanyi. Suaranya enak.

Saya juga diminta untuk memberikan sambutan untuk mewakili para anggota Paguyuban. Kemudian saya sampaikan tiga hal, yaitu: pertama,  bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita bisa dipertemukan dalam acara reuni dari para lulusan SMA atau sederajat lintas sekolah. Ada yang dari SMA, STM dan juga PGA 6 tahun. Kita bersyukur karena masih dikaruniai kesehatan. Jika ada di antaranya yang punya gangguan kolesterol,  asam urat, atau diabet, semoga Allah SWT memberikan keringanan sakitnya atau bahkan menghilangkan sakitnya. Semua di antara kita berharap menjadi tua tetapi sehat, segar dan bugar. Menjadi tua  memang kepastian, tetapi menjadi sehat adalah doa dan harapan. Setiap orang akan mengalami masa kanak-kanak, dewasa dan tua. Ini hukum alam yang tidak bisa dihindari.

Kedua, kita selalu berdoa bahwa di masa sekarang ini, usia senior bukan tua, tetapi menjadi orang yang selalu berada di dalam pesan doa kita, yaitu: “Allahuma thawwil umurona, wa  nawwir qulubana, wa ahsin ajsadana, wa tsabbit imanana”, yang artinya: “Ya Allah panjangkan usia kami, dan cahayailah hati kami, dan jadikan kebaikan pada jasad kami dan tetapkan keimanan kami”. Kita semua ingin panjang usia tetapi panjang usia yang bermanfaat. Panjang usia yang berada dalam kebaikan, panjang usia yang di dalamnya ada cahaya kebaikan dan panjang usia yang selalu berada di dalam ketaqwaan dan keimanan kepada Allah swt. Usia panjang itu bisa menjadi saat yang tepat untuk meminta kepada Allah akan kebaikan bagi diri kita, tidak hanya kebaikan di dunia tetapi juga di akhirat. Dunia itu jembatan untuk menuju akhirat. Kebahagiaan yang benar adalah kebahagiaan tidak hanya di dunia tetapi juga kebahagiaan di akherat.

Ketiga, kita sudah sepatutnya bersyukur kepada Allah karena terlahir sebagai bangsa Indonesia. Sebagai orang Jawa Timur dan secara khusus sebagai orang Tuban. Kita hidup dalam alam yang seimbang. Tidak panas dan tidak dingin. Jika panas juga tidak terlalu panas dan jika dingin juga tidak terlalu dingin. Sedang-sedang saja. Orang Eropa sekarang sedang susah, karena ketiadaan pasokan gas untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Akibat perang di Rusia dan Ukraina, maka pasokan gas menjadi langka dan jika ada harganya mahal sekali. Biasanya dalam sebulan cukup dengan 10 Euro, maka pada masa sekarang menjadi 1000 euro  dalam sebulan. Mereka menjadi kedinginan karena tidak memiliki tungku pemanas ruangan. Tungku pemanas ruangan menjadi penting pada musim dingin kala suhu berada  di bawah 0 derajat.  Pemerintah di beberapa negara Eropa menyarankan kepada penduduk untuk memakai pakaian tebal. “jangan cengeng” katanya.

Gambaran seperti itu sangat jauh bagi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak seluruh masyarakat Indonesia itu sejahtara karena keterbatasan pendapatan, akan tetapi tidak ada di antara kita yang kepanasan atau kedinginan. Semua ini adalah anugerah Tuhan Allah SWT kepada kita semua bangsa Indonesia. Pantaslah kalau kita bersyukur menjadi bangsa Indonesia, apalagi juga negeri ini aman dan damai.

Kita semua berdiri menyanyikan lagi kebangsaan “Indonesia Raya” dengan gegap gempita dan setelah selesai kemudian dengan tangan terkepal dan terangkat ke atas, kita bersama menyatakan “MERDEKA”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..