• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEDEKAH UNTUK BAPAK: TRADISI ISLAM JAWA YANG UNIK

SEDEKAH UNTUK BAPAK: TRADISI ISLAM JAWA YANG UNIK

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Menjelang akhir tahun 2022, saya menyegerakan pulang ke Tuban tentu dengan maksud dan tujuan yang jelas. Saya pulang hari Selasa sore, 27 Desember 2022 setelah mengikuti acara Computer Assesment Test (CAT) dalam bidang profesionalitas kerja dan moderasi beragama. Saya pulang bersama keluarga, termasuk tiga bocah kecil (bocil): Si Vica, Arfa dan Echa. Sudah lama saya tidak pulang ke rumah Tuban untuk waktu yang lama. Tuntutan pekerjaan menyebabkan waktu yang sangat terbatas untuk bercengkerama di pedesaan.

Pada hari Rabo, 28 Desember 2022, sebenarnya masih ada dua acara di kantor, yaitu: mengajar pada program doctor Ekonomi Syariah dan menguji disertasi tahap tertutup untuk Chihwanul Kirom, akan tetapi karena ada acara penting di rumah Keluarga di Tuban, yaitu Khoul Bapak, maka saya harus pulang, maka acara tersebut dilakukan secara daring atau online. Tidak bisa diwakilkan kehadiran saya. Maklum sebagai anak tunggal, maka saya harus nyekar di kubur Bapak dan seluruh keluarga besar saya di Tuban, dan kemudian juga memimpin tahlilan. Sesuatu yang tidak bisa saya wakilkan.

Ada sejumlah nama yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari acara khoul ini. Yaitu dapat dirunut dari Eyang canggah saya: Mbah Mohammad Salim dan Mbah Tarmi, Buyut Wagiman dan Buyut Sadirah, Mbah Ismail dan Mbah Sarijah, Bapak Sabar dan keluarga lainnya, yaitu Emak Hj. Muthmainnah, Bapak Amir, Bapak Ridlwan, Mbah Ngateman dan Mbok Fatah, serta Mbah Buyut Biah dan Mbah Hj. Rohmah.

Khoul ini tentu sangat sederhana. Tidak sebagaimana kyai-kyai besar yang memiliki pesantren atau Lembaga Pendidikan Islam. Khoul ini dilakukan hanya dengan sejumlah jamaah tahlil perempuan di desa Semampir Sembungrejo saja. Meskipun jumlah oleh-oleh atau “berkatan” untuk pelaku tahlilan cukup banyak, akan tetapi kebanyakan di antar dari rumah ke rumah. Para tetangga, para kerabat dan orang-orang yang dianggap tokoh agama pun mendapatkan jatah “berkat” yang sudah disiapkan.

Khoul para Kyai yang memiliki atau mendirikan pesantren biasanya dijadikan sebagai momentum untuk memanggil kembali kharisma yang dimiliki oleh kyai dalam peran pendidikan pesantren. Jika kharisma kyai-kyai keturunannya atau dzurriyahnya tidak sebesar atau tidak sekuat kharisma kyai pendahulunya, maka khoul dapat dijadikan sebagai instrument untuk membangun kembali kekuatan kharisma sebelumnya terutama untuk kepentingan pendidikan pesantren.

Khoul Bapak saya tentu jauh dari hiruk pikuk kepentingan seperti itu. Khoul ini diberlakukan hanya sebagai penanda atas kasih sayang anak dan keluarga atas roh almarhum.  Kita meyakini bahwa yang diharapkan oleh almarhum hanya doa, bacaan tahlil, bacaan surat Yasin dan sedekah yang pahalanya diwashilahkan kepadanya. Kita meyakini bahwa bacaan-bacaan yang ditujukan kepada almarhum melalui washilah Kanjeng Nabi Muhammad SAW tentu akan bisa disampaikan kepada yang bersangkutan. Ini persoalan keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki pemahaman tentang ajaran Islam seperti itu. Tentu tdak layak dipersoalkan jika ada tafsir agama yang tidak sependapat dengan hal ini.

Sebagai tuan rumah, maka ada tiga hal yang saya sampaikan kepada para jamaah tahlil, yaitu: pertama, ucapan terima kasih yang sangat besar atas kehadiran para anggota jamaah tahlil, yang menyempatkan hadir dan sudi membaca tahlil untuk almarhum Bapak. Saya berkeyakinan bahwa dengan keikhlasan Ibu-ibu jamaah tahlil, maka bacaan tersebut akan bisa diterima oleh Allah SWT dan melalui Kanjeng Nabi Muhammad saw, maka pahala atas bacaan tersebut akan sampai kepada Bapak saya. saya meyakini. Bahwa amal kebaikan yang berupa bacaan tahlil dan doa akan sampai kepada almarhum yang ditujunya.

Kedua, saya memohon maaf atas segala kekurangan di dalam penyambutan kepada Ibu-Ibu Jamaah tahlil. Saya yakin keluarga saya sudah menyiapkan yang terbaik, terutama “berkat” yang akan dibawa pulang. Tetapi tentu saja tidak bisa memuaskan semuanya. “Berkat” itu hanya berisi nasi, lauk pauk dan buah seadanya. Bisa dinyatakan sederhana. Keluarga kami hanya bisa menyediakan “berkat” yang sesuai dengan kemaslahatan bagi semuanya. Oleh karena itu jika ada yang hal yang tidak sesuai dengan harapan para Ibu jamaah tahlil, sungguh saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Ketiga, salah satu di antara dalil yang sudah sangat lazim didengar oleh Ibu-Ibu jamaah Tahlil adalah mengenai perlunya anak shaleh yang dapat mendoakan kepada orang tuanya dan bahkan kerabatnya. Hadits Nabi Muhammad SAW tersebut menyatakan bahwa: “Jika wafat anak-cucu Adam, maka akan terputus amalnya  kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya”.

Oleh karena itu, acara khoul ini mengandung dimensi sedekah anak untuk orang tuanya, doa anak pada orang tuanya, dan doa jamaah kaum muslimin kepada almarhum. Jadi sungguh merupakan amalan yang sangat luar biasa sebab memiliki dimensi yang luas dari sebuah acara khoul atas keluarga yang meninggal.

Tradisi ini sudah diwariskan oleh para ulama kita, khususnya ulama ahlu sunnah wal jamaah, yang telah mengajari kita untuk menjadi umat Islam yang penuh dengan saling tolong menolong, tidak hanya tolong menolong secara fisikal dan harta tetapi juga tolong menolong dalam doa kepada Allah swt.

Semoga Allah selalu membimbing kita semua untuk selalu berada di dalam koridor Islam yang memberikan kesejukan dan kasih saying, Islam yang memberikan pertolongan kepada sesama umat, dan juga menjadi orang Islam yang selalu berprinsip saling kasih sayang dan saling memberikan manfaat fid dini wa dunya wal akhirah.

Wallahu’ alm bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..