Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

OJO GUMUNAN: KONSEPSI JAWA MENGHADAPI PERUBAHAN

OJO GUMUNAN: KONSEPSI JAWA MENGHADAPI PERUBAHAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ceramah saya pada jamaah Masjid Al Ihsan, Selasa, 01 November 2022, bada Shubuh, sebenarnya bertema Perubahan Sosial di Arab Saudi. Tetapi di tengah pembicaraan tersebut, ada satu pernyataan yang saya kira pantas menjadi judul tulisan ini, yaitu ojo gumunan. Pernyataan yang dinyatakan oleh Pak Suryanto, jamaah Masjid Al Ihsan.

Ojo gumunan adalah Bahasa Jawa yang dipopulerkan oleh Presiden Soeharto, presiden kedua RI. Pak Harto memang sering menggunakan Bahasa Jawa untuk menggambarkan tentang pikirannya dalam menghadapi suatu masalah. Ojo gumunan artinya jangan heran. Ada lagi Bahasa yang  menjadi ungkapan pada masa Orde Baru, misalnya alon-alon waton kelakon, gremet-gremet angger selamet. Lalu jer Basuki mawa beya. Lalu ojo dumeh, sopo siro sopo ingsun. Dan masih banyak lagi yang saya tidak tahu.

Orang sering banyak keliru dalam memahami ungkapan-ungkapan Jawa ini. Ungkapan alon-alon waton kelakon dianggapnya sebagai perilaku yang lambat dan tidak efektif atau efisien. Atau gremet-gremet angger selamet dipahami sebagai perilaku yang lebih mengedepankan kelambanan. Kekeliruan ini tentu saja bisa terjadi sebab yang bersangkutan tidak memahami filsafat Jawa, yang secara keseluruhan mengagungkan produk dari segala sesuatu adalah keselamatan. Alon-alon wathon kelakon itu menggambarkan bahwa produk menjadi segala-galanya tetapi produk harus  dikerjakan dengan semangat pelan tetapi pasti. Orang Jawa tidak suka pada pekerjaan yang dilakukan hanya berorientasi cepat  tetapi produk tersebut tidak menunjukkan kebaikan. Jadi di dalam orientasi produk, maka yang diperlukan adalah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur, hati-hati dan terukur, sehingga produk yang dihasilkan adalah kebaikan dan kebenaran. Di dalam memutuskan sesuatu tidak boleh dilakukan dengan ketergesa-gesaan. Tidak boleh grusa-grusu. Sesuaikan kapasitas diri, kerja dengan pekerjaannya.

Mengenai gremet-gremet angger slamet tentu menggambarkan tentang keselamatan adalah segala-galanya. Percuma menghasilkan sesuatu, bekerja dengan cepat dan melakukan sesuatu serba cepat tetapi menghasilkan ketidakselamatan. Kerja pelan dengan hati-hati sesuai dengan kapasitas merupakan cara agar produk pekerjaan adalah keselamatan. Dua filsafat orang Jawa ini yang oleh orang yang tidak memahami budaya Jawa dianggap sebagai lambatnya pembangunan dengan segala aspeknya.

Filsafat ojo gumunan sesungguhnya merupakan pandangan mendasar dari orang Jawa agar di dalam kehidupan ini tidak heran atas apa yang dilakukan oleh orang. jangan heran jika ada tetangganya yang berubah perilakunya, jangan heran jika tiba-tiba orang mendadak kaya. Setiap perubahan pasti ada sebabnya dan setiap perubahan tentu ada maknanya. Perubahan itu sesuatu yang alami, oleh karena itu jangan pernah heran jika terdapat perubahan pada levelnya masing-masing.

Coba kita lihat perubahan di Arab Saudi yang sangat luar biasa. Dari negeri yang tertutup menjadi negara yang mulai terbuka. Melalui faham keagamaan Islam Salafi Wahabi, yang  segalanya serba tidak boleh jika tidak didapatkan tuntunannya di dalam Alqur’an dan Sunnah dan penafsiran dari ulama-ulamanya, maka sekarang dalam keinginan untuk menggapai visi Arab Saudi 2030, maka Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) lalu membuka kran masuknya tradisi-tradisi dari luar negeri, khususnya tradisi Barat, yaitu perayaan Valentine’s day dan Halloween. Sebuah upacara yang menggambarkan tradisi barat dan sekarang dilakukan di negeri Arab. Suatu yang nyaris tidak kita percaya. Tetapi inilah realitas. Inilah kenyataan. Makanya, kita ojo gumunan. Jangan heran. Semuanya bisa berubah dan semuanya bisa berganti. Meskipun akan tetap ada yang ajeg sebagai sesuatu yang memang tidak bisa dan tidak boleh berubah.

Kita bersyukur, bahwa Indonesia ini semakin religious. Semakin beragama. Di ruang-ruang public sangat kentara bagaimana orang ingin mengekspresikan keberagamaannya. Coba perhatikan para pemain bola voli putri di Indonesia. Dalam ajang Liga Volley Indonesia 2022, maka ada pemain putri Indonesia yang menggunakan jilbab. Mereka bisa bermain bola volley dengan berjilbab dan menutup kaki dan tangannya dengan pakaian yang menutup aurat, sementara itu di Turki para pemain bola volley justru tidak ada satupun yang menutup aurat. Padahal mereka adalah pemain bola volley putri dari Bank Wakaf di Turki. Jadi, sesungguhnya di Indonesia sedang terjadi upaya untuk mengamalkan Islam secara lebih memadai. Paling tidak dari sisi outword looking.

Saya kira pesan ojo gumunan itu merupakan konsep yang relevan untuk keindonesiaan kita bahwa kita tidak boleh heran dalam melihat sesuatu yang berada di sekitar kita. Dunia akan terus berubah, dan yang kita harapkan adalah perubahan yang bersearah menuju kepada kebaikan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..