HALAL BIHALAL BIROKRASI: MENEMUKAN KEBAHAGIAAN DALAM BEKERJA
HALAL BIHALAL BIROKRASI: MENEMUKAN KEBAHAGIAAN DALAM BEKERJA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Bisakah kita memperoleh kebahagiaan di dalam bekerja? Jawabannya bisa. Inilah yang saya bahas dalam forum halal bihalal yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, 12/05/2022. Hadir di dalam acara ini para sesepuh atau para purna tugas di FDK UINSA, para dosen dan juga staf akademik FDK. Di antara para sesepuh adalah Pak Drs. Sapari Imam Asy’ari, dosennya pada dosen, Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, MAg., Dekan FDK, Asc. Prof. Dr. Abdul Halim, MAg., para Wakil dekan, dan para dosen FDK dan juga para karyawan FDK. Sesuai dengan flyernya, maka seharusnya saya dan Prof. Ali Aziz yang akan memberikan ceramah, tetapi Prof. Ali dengan bijaksana memilih berdoa saja. Tentu ada pertimbangan khusus dari Prof. Ali untuk melakukan hal ini.
Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam acara ini, yaitu: pertama, pada forum halal bil halal ini pantas jika kita saling mengucapkan permohonan maaf. Kita akan mengucapkan minal a’idin wal faizin wal maqbulin kullu amin wa antum bikhoir. Sudah selayaknya pada hari yang instimewa ini kita saling memaafkan. Islam mengajarkan bahwa jika kekhilafan itu kepada Allah, maka kepada Allah kita memohon ampunan, tetapi jika kekhilafan tersebut pada manusia, maka kepada manusialah kita memohon maaf. Sebuah ajaran yang memberikan peluang bagi sesama manusia yang melakukan kekhilafan untuk saling memaafkan.
Kedua, kita harus bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniai kepada kita semua untuk sehat dan bisa bekerja. Kita bersyukur karena bisa bekerja di sebuah lembaga pendidikan, di UIN Sunan Ampel, khususnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Baik sebagai dosen maupun sebagai tenaga kependidikan. Bisa bekerja dengan baik dan berkarya dengan baik merupakan kesempatan yang diberikan Allah SWT kepada kita. Sungguh merupakan kebahagiaan bahwa kita bisa bekerja dengan seluruh tenaga, pikiran dan jiwa di lembaga pemerintah, lembaga birokrasi atau lembaga pendidikan.
Apalagi kita melihat perkembangan secara fisikal UINSA yang sangat luar biasa. Betapa megahnya Gedung UINSA yang dibangun atas dana IsDB sekian tahun yang lalu. Ini seperti mimpi. Kita tidak membayangkan pada tahun 1990-an bahwa kita akan memiliki gedung yang menjulang tinggi, desain yang sangat bagus, twin towers, dan sangat indah jika malam hari. Upaya kita pada tahun 2007-2012 untuk membangun lembaga pendidikan yang berparas modern akhirnya tercapai. Kita berada di jalan protokal Sidoarjo Surabaya, Jalan A. Yani, dan ditandai dengan lembaga pendidikan Islam modern yang ditandai dengan Gedung modern. Bangga? Pasti.
Juga tidak terbayangkan bahwa lembaga ini menjadi universitas. Di masa lalu betapa sulitnya IAIN menjadi UIN. Bertahun-tahun perubahan tersebut dimoratorium, dan baru pada tahun 2013, upaya untuk menjadi UIN berhasil. Persiapan menjadi UIN yang meliputi syarat administrasi dan akademik yang dilakukan pada tahun 2010-2013 akhirnya klar juga dan UIN Sunan Ampel menjadi IAIN yang ketujuh yang berubah statusnya dari IAIN menjadi UIN. Tidak ada sesuatu keberhasilan yang tidak dicapai dengan susah payah. Menjadi UIN ini selain karena usaha juga karena doa dan tawakkal kepada Allah SWT. Semua ini terjadi karena kebersamaan atau togetherness. Senang? Pasti.
Upaya untuk mengubah tampilan UINSA terus dilakukan. Setelah berhasil membeli tanah di daerah Gunung Anyar tahun 2010, maka lewat dana pembangunan yang semula diupayakan melalui loan IsDB harus diubah melalui penganggaran SBSN. Dana tersebut untuk membangun bangunan megah di sebelah jalan dari dan ke Bandara Juanda. Melalui skema SBSN, maka wajah baru bangunan UINSA semakin megah. Pada tahun 2017-2018, maka cita-cita untuk memiliki bangunan modern untuk UINSA akhirnya terjadi. Dan jika kita akan ke bandara Juanda, maka kita akan melihat gedung yang indah, yaitu Gedung UINSA. Semua orang yang melewati jalan tol dari dan ke Juanda pasti akan melihat Gedung UINSA yang bagus tersebut. Luar biasa? Pasti.
Ketiga, dari aspek infrastruktur fisik tentu sudah cukup. Maka yang perlu diupayakan adalah membangun SDM dan institusi. Dosen dan mahasiswa perlu untuk ditingkatkan kualitasnya. Demikian pula penguatan institusinya. Akreditasi harus dikebut untuk menjadi akreditasi unggul. Kualitas pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat juga harus ditingkatkan. Semua diarahkan pada UINSA unggul. Semua bisa dilakukan karena kerja keras. Bisa? Pasti.
Kita semua, sebagai aparat pemerintah, harus bekerja keras. Semua harus mencurahkan jiwa dan raga untuk bekerja dalam kebersamaan dalam mencapai tujuan UINSA unggul. Kita kita harus membangun togetherness. Coming together, sharing together, working together and succeeding together. Kala kita masuk ke lembaga ini, maka kita harus merasa sebagai datang bersama-sama. Semua memiliki hak dan kewajiban yang melekat sesuai dengan tusi kita masing-masing. Tetapi semuanya mengarah kepada pencapaian visi dan misi UINSA. Kita bisa merasa berada dalam kebersamaan. Kita bisa curhat pencapaian pekerjaan secara bersama-sama. Makanya kita bisa bekerja bersama, dan kemudian hasilnya merupakan kesuksesan bersama-sama. Tidak ada kesuksesan individu kecuali kesuksesan bersama-sama.
Apakah kita bisa bekerja dengan bahagia? Maka jawabannya pada hasil survey yang dilakukan oleh McKinsey, bahwa kita harus bekerja dengan purpose dengan tujuan yang jelas, bukan hanya sekedar bertujuan memperoleh gaji, menjadi pejabat tetapi untuk mencapai keridlaan Allah. Lalu kita harus bekerja dengan hope atau harapan, yaitu harapan memperoleh keridlaan Allah dan bukan harapan setiap bulan memperoleh gaji. Jika kita bekerja untuk keridloan Allah, maka kerja kita itu akan menjadi ibadah. Gaji dan lain-lain dapat dan ibadah dapat. Terakhir kita harus memiliki friendship atau perkawanan. Jika kita bekerja dengan sahabat atau kawan, maka kita akan bisa sukses bersama dan beban yang berat akan terasa ringan. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Wallahu a’lam bi al shawab.