ALQUR’AN KITAB ETOS KERJA
ALQUR’AN KITAB ETOS KERJA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Puasa memang menjadi ajang untuk kita belajar agama. Di dalam puasa ini, maka ada banyak acara keagamaan yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan, termasuk juga dunia usaha. Bulan puasa merupakan bulan yang dimanfaatkan oleh umat Islam untuk berlomba-lomba ibadah, termasuk banyak sekali acara-acara pengajian, baik di televisi, media social dan juga di perkantoran dan perusahaan.
Saya memperoleh kesempatan untuk memberikan ceramah pada pimpinan dan karyawan PT Sarana Pembayaran Syariah Jakarta. Sebuah perusahaan yang didirikan oleh Pak Rudy Ramli, dan saya, Pak Desy Natalegawa, Pak Munir dan Pak Zaki menjadi Komisaris perusahaan ini. Meskipun perusahaan ini digawangi oleh para karyawan dengan berbagai latar agamanya, tetapi tidak menutup peluang untuk terlibat di dalam meramaikan bulan puasa, yang dikenal sebagai bulan keberagamaan. Acara ini diiukti oleh direktur utama, Pak Bakti Mudiazko, Pak Fahri dan seluruh jajaran staf PT SPS. Acara diselenggarakan via zoom pada 28 April 2022.
Ada beberapa hal yang saya sampaikan di dalam acara ini, yaitu: Pertama, perlunya bersyukur atas nikmat Allah. Betapa banyaknya nikmat Tuhan, Allah SWT kepada kita semua. Nikmat bisa bekerja, nikmat kesehatan, nikmat keberkahan, nikmat bisa hidup berkecukupan. Nikmat yang besar adalah nikmat keamanan sehingga kita bisa bekerja, beribadah, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk berkehidupan keluarga, dan bermasyarakat.
Jika kita semakin banyak bersyukur, maka Allah akan menambah kenikmatan untuk kita. Alqur’an menjelaskan: “lain syakartum la aziidannakum”. (QS Ibrahim: 7). Artinya: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”. Firman Allah: Wa in ta’uddu ni’matallaha la tuhsusu”. (QS. An Nahl: 18). Artinya: “jika engkau menghitung nikmat Allahnikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya”.
Allah juga Maha Kasih kepada hambanya. Di antara bukti kasih sayang Tuhan, Allah SWT, kepada kita adalah dengan diturunkannya agama. Agama merupakan pedoman bagi seluruh manusia untuk melakukan kebaikan dan menolak kejahatan. Sebagai pedoman kehidupan, maka agama mengajarkan etika atau moral agar manusia bisa hidup dengan kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan. Agama berisi pedoman tentang keyakinan kepada Allah, rasulnya, kitab sucinya, takdir atau kepastiannya dan hari akhir. Selain itu juga ajaran ibadah atau ritual dan moralitas atau akhlak.
Kedua, Tidak ada satu agamapun yang tidak mengajarkan moralitas. Di dalam Islam terdapat akhlak al karimah (perilaku yang agung), Buddha mengajarkan dharma, Kristen/Katolik mengajarkan kasih sayang dan sebagainya. Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar manusia memiliki akhlak yang sempurna dan menjadikan agama sebagai agama yang merahmati kepada seluruh alam. Hadits Nabi Muhammad SAW: “Innamaa buitstu liutammima makaarimal akhlaaq, yang artinya: sesungguhnya akhu diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia)”. Hadits Riwayat Al Baihaqi.
Jadi Nabi Muhammad SAW diturunkan Allah dengan kitab suci Alqur’an agar menjadi pedoman untuk berperilaku yang baik dan mulia. Kemuliaan manusia diukur dari perilaku yang baik, menyayangi manusia lain melalui ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia). Islam tidak hanya mengajarkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam) tetapi juga mengajarkan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara). Ketiga, Tidak ada yang meragukan bahwa Alqur’an sebagai Kitab Suci terakhir yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kitab yang lengkap.
Islam tidak hanya berisi tentang akidah dan ibadah, tetapi berisi pedoman untuk semua aktivitas umat manusia. Ekonomi, sosial, budaya dan bahkan politik. Sebagai pedoman umum dan khusus maka tentu agar menjadi pedoman yang sempurna maka diturunkan juga sunnah Nabi Muhammad SAW yang kemudian dikodifikasi menjadi hadits Nabi Muhammad SAW. Islam mengajarkan agar manusia beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firmannya: “wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun”. (QS. Adzariyat: 56). Artinya: “dan tidak kami ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Islam mengajarkan agar manusia mengubah nasibnya dengan melakukan perubahan pada dirinya. Sebagaimana firmannya: “innallaha la yughayyiru ma biqaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim”. (QS. Ar Ra’dua: 11). Artinya: “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”.
Islam mengajarkan keseimbangan. Terus beribadah tetapi juga terus berusaha. Allah berfirman: “Wabtaghi fiima ataakallaahu daaral aakhirata wa laa tansa nashiibaka minad dunya”. (QS: Al Qashshah: 77). Artinya: “dan carilah (pahala) negeri Akhirat dengan apa yang sudah diaugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia”.
Poinnya, bahwa manusia harus berusaha untuk kehidupan di dunia karena kita hidup di dunia, tetapi kehidupan dunia adalah jembatan menuju kepada kehidupan akhirat. Dunia harus dapat dan akhirat harus dapat. Ada maqalah yang berbunyi: I’mal lidunyaka kaannaka ta’isyu abadan wa’mal li akhiratika kaannaka tamutu ghadan. Status sebagai hadits diperdebatkan oleh para ulama. Artinya: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok”.
Alqur’an sangat menghargai orang yang berusaha atau menjadi enterprener. Di dalam sejarah Nabi Muhammad sebelum menjadi rasul adalah pedagang. Beliau dangat dipercaya di dalam dunia perdagangan. Pernah beberapa kali pulang pergi ke Syam untuk menjadi pengusaha. islam sangat menghargai usaha. Oleh karena itu, ingatlah the power of enterpreneurship. Makanya kita harus berusaha sebagaimana pesan alqur’an. Bismillah selamat dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam bi al shawab.