INDAHNYA AJARAN ISLAM: MEMBERI MAKANAN ROHANI (3)
INDAHNYA AJARAN ISLAM: MEMBERI MAKANAN ROHANI (3)
Prof. Dr. Nur Syam, Msi
Sebelum memulai pengajian rutin selasanan bakda shubuh, marilah kita membaca shurat al fatihah, ummul Qur’an, semoga dengan membaca ummul kitab ini, maka kita akan selalu diberikan rasa tenteram, aman dan berbahagia serta dimudahkan seluruh urusan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Syaiun lillah lahum alfatihah…
Selama ini kebanyakan ahli membagi tentang manusia dalam dua unsur, yaitu rohani dan jasmani. Atau terkadang membaginya dengan jiwa dan raga. Pembagian ini sudah sangat lazim di dalam Bahasa Indonesia dan dipahami oleh kebanyakan masyarakat. Pembagian ini tentu bukan salah, hanya kiranya perlu dicermati lagi untuk mendalami apakah masih ada peluang untuk menilai ulang mengenai pengenalan unsur manusia yang hanya dua saja. Saya sering bertanya di dalam pikiran saya, mungkin masih ada unsur lain di dalam diri manusia, yang kiranya perlu untuk dipahami.
Saya membagi unsur di dalam tubuh manusia itu dengan tiga, yaitu: Roh, Jiwa dan Raga atau Roh, Jiwa dan jasad. Jika jasad tentu sudah dipahami adalah tubuh atau fisik manusia, misalnya kepala, tangan, kaki, punggung, jari, mata, telinga dan seluruh hal yang terkait dengan fisik. Baik yang kelihatan dengan mata atau melalui pengindraan, atau yang diketahui melalui alat atau teknologi kedokteran, misalnya paru-paru, jantung, hati, syaraf dan sebagainya. Di dalam dunia ilmu pengetahuan bahwa tubuh atau jasad tersebut memiliki kebutuhan yang bercorak biologis, misalnya kebutuhan makan, minum, seksualitas dan sebagainya. Pokoknya semua kebutuhan yang terkait jasad. Karena jasad itu fisik maka juga membutuhkan hal-hal yang bercorak fisik.
Roh adalah sesuatu yang lain. Roh adalah barang sesuatu yang tidak bercorak bendawi, yang bisa menghidupkan fisik yang tak berdaya, membangkitkan kehidupan manusia dari seonggok daging dan darah untuk menjadi makhluk hidup dan roh merupakan tiupan Tuhan ke dalam diri manusia. Hingga hari ini ilmu pengetahuan tidak bisa menjelaskan secara memadai tentang apakah roh itu, bagaimana dzatnya, dan bagaimana unsur-unsurnya dan sejumlah pertanyaan lainnya. Roh itu urusan Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW juga tidak menjelaskannya. Urusan Roh adalah keyakinan dan menjadi misteri ketuhanan. Jadi jasad dan roh saya kira sudah jelas. Jasad bisa dikaji secara empiris, sedangkan roh tidak bisa dikaji secara empiris. Roh adalah sesuatu yang misterius.
Nah yang perlu penjelasan mendalam adalah jiwa atau dalam dalam Bahasa Arab disebut sebagai al-nafs. Jiwa adalah kecendenderungan untuk melakukan tindakan atau melakukan sesuatu. Di dalam diri manusia terdapat “segumpal daging” jika ia baik maka akan baik seluruh kehidupan manusia dan jika jelek akan jelek seluruh kehidupan manusia. Di dalam hadits Nabi dijelaskan “ala wa inna fil jasadi mudzghatan, wa idza shaluhat shaluhal jasaduhu kulluh, wa idza fasadat fasadat jasadu kulluhu, wa hiya qalbu”. Yang artinya: “ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, maka jika baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika jelek maka jeleklah seluruh jasadnya, dan itu adalah hati”. Hati itu bisa berupa fisik yang bisa diketahui dengan teknologi kedokteran, tetapi juga bisa non fisik. Sama dengan otak yang bisa dikaji secara medis melalui teknologi kedokteran, dan tentu ada dimensi nonfisik yang misterius. Dan yang misterius itulah yang bisa disebut sebagai jiwa atau disebut sebagai nafsu. Apa itu nafsu, maka ilmu psikhologi mengkaji aspek yang bisa diobservasi yaitu perilaku. Maka akhir-akhir ini psikhologi disebut juga sebagai ilmu perilaku.
Manusia dikaruniai jasad yang berasal dari unsur tanah atau sari pati tanah. Seluruh makanan dan minuman manusia tersebut bercampur menjadi satu kesatuan, dari unsur nabati dan unsur hewani, dan kemudian menjadi sari pati di dalam tubuh menjadi sperma. Jika sperma bertemu dengan ovum, maka jadilah gumpalan daging dan darah kemudian ditiupkan roh kepadanya, dan menjadi hidup. Jelaslah bahwa roh itu adalah “sesuatu” yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk menghidupkannya. Jadi roh berbeda dengan jiwa atau nafsu. Pada tulisan sebelumnya saya nyatakan bahw roh itu adalah netral. Dan di dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai nyawa. Roh atau nyawa ini yang menggerakkan tubuh.
Sedangkan nafsu adalah kecenderungan manusia kepada sesuatu, apakah kepada keduniawian atau keukhrawian. Nafsu itu kecenderungan hati untuk melakukan, merasakan dan mengalami kehidupan. Makanya, manusia bisa dilabel dengan kal malaikat atau seperti malaikat, yang selalu berkecenderungan untuk ibadah atau berlaku kebaikan, dan kal hayawan atau seperti hewan, yang selalu berkeenderungan memenuhi kebutuhan biologisnya. Jiwa dikenal memiliki unsur syahwat atau keinginan biologis, ghadhab atau nafsu kemarahan, nafsu untuk melakukan tindakan yang tak terkendali, dan nafsu natiqah yang terkait dengan nafsu kebaikan atau nafsu tenang dan dekat dengan dimensi ketuhanan.
Melalui gambaran seperti ini, maka kita sekurang-kurangnya bisa membedakan mana yang roh, mana yang jiwa dan mana yang jasad. Jika di dalam Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyatakan “bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”, maka terjemahannya adalah manusia memiliki dua hal penting, yaitu jiwa atau nafsu dan raga atau badan. Yang dibangun juga kesehatan raganya selain kesehatan jiwanya. Maka, janganlah memiliki jiwa keangkaramurkaan, karena hal ini bertentangan dengan pedoman dan ajaran agama dan juga kecintaan kepada Nusa dan bangsa.
Wallahu a’lam bi al shawab.