• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BETAPA INDAHNYA SHALAT: BERIKAN KAMI PETUNJUK (BAGIAN KE ENAM)

BETAPA INDAHNYA SHALAT: BERIKAN KAMI PETUNJUK (BAGIAN KE ENAM)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebelum memulai ngaji selasanan bakda shubuh, marilah kita mulai dengan membaca shurat Alfatihah, semoga dengan membaca ummul kitab ini kita diberikan oleh Allah keberkahan di dalam hidup dan diselamatkan dari segala mara bahaya dan kesulitan di dalam kehidupan. syaiun lillah lahum alfatihah…

Di antara doa kita kepada Allah di dalam duduk di antara dua sujud adalah warhamni, yang di dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan: “Ya Allah berikan kepada kami petunjuk” atau “berikan kepada saya petunjukmu”. Pertanyaannya adalah apakah sulit untuk mendapatkan petunjuk, maka jawabannya tidak sulit bagi Allah jika Allah berkehendak, dan juga tidak sulit bagi manusia untuk menerimanya jika memang terdapat potensi untuk memperoleh petunjuk. Jadi, ada yang memang mudah untuk memperoleh petunjuk dan ada yang sulit memperoleh petunjuk.

Di dalam sejarah Islam, maka dengan gamblang diceritakan bagaimana ada orang-orang yang hidup di dekat Nabi Muhammad SAW tetapi tidak bisa memperoleh petunjuk Allah SWT, dan ada orang yang beruntung memperoleh petunjuk Allah SWT. Yang diabadikan di dalam Riwayat Nabi Muhammad adalah pamanda Beliau, Abu Thalib, seorang petinggi Qurays, yang sangat dihormati oleh sukunya, pembela dan pelindung Nabi Muhammad SAW, yang ketika akan wafat dan diajari oleh Nabi untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, “asyhadu anla ilaha illallah”, maka Abu Thalib menolaknya, sehingga Beliau wafat. Nabi Muhammad SAW menjadi gundah gulana, tidak hanya karena ditinggalkan pelindungnya akan tetapi juga karena Abu Thalib tidak mengindahkan permohonan Nabi Muhammad. Di tengah kegundahannya ini, maka Allah SWT menyatakan: “innaka la tahdi man ahbabta, walakinnallahu yahdi man yasya”, yang artinya kurang lebih: “sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah yang memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki”.

Kemudian ada juga yang diabadikan di dalam Alqur’an, shurat Allahab, yaitu pamanda Nabi yang bernama Abu Lahab. Paman Nabi yang satu ini luar biasa bencinya kepada Nabi Muhammad, dan seringkali ingin mencelakakannya. Pernah Nabi Muhammad SAW dijatuhi batu besar dari atas Ka’bah, tetapi untung Nabi Muhammad SAW selamat. Juga pernah akan dicelakakan ke dalam lubang, tetapi Nabi Muhammad SAW juga selamat. Di dalam surat Allahab (ayat 1-5) diceritakan: “binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia, Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan, kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka), dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal”.

Di dalam sejarah modern, juga didapatkan seputar cerita, bagaimana hudan atau petunjuk Allah swt itu bekerja. Ada orang yang mempelajari ilmu keislaman dengan tingkatan pembelajaran yang tuntas, memahami teks-teks klasik di dalam Islam, sangat fasih berbahasa Arab, hafal kitab-kitab klasik, dan penulis hebat di dalam ilmu keislaman dan sejarah agama-agama, namanya Annemarie Schimmel, tetapi beliau tidak memperoleh petunjuk Allah. Beliau mempelajari Islam sebagai pengetahuan dan bukan sebagai ajaran untuk diyakini kebenarannya dan diamalkan ajarannya. Ada banyak ahli ilmu ketimuran, atau Orientalisme yang mempelajari Islam tetapi bukan hendak dijadikan sebagai pedoman di dalam kehidupan, akan tetapi justru dijadikan sebagai bahan olok-olokan. Orang yang seperti ini dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak memperoleh petunjuk Allah.

Tetapi ada juga yang kemudian memperoleh petunjuk Allah, yaitu orang yang melakukan kajian atas peristiwa masa lalu sebagaimana diceritakan di dalam Alqur’an dan kemudian menjadikannya sebagai jalan untuk memasuki keimanan dan keislaman, misalnya Fritjof Squon, Muhammad As’ad, Maurice Buchaille dan lain-lain. Khusus Maurice Buchaille menjadi meyakini kebenaran Islam setelah mengkaji mummi Fir’aun yang dinyatakan tenggelam di laut, dan ternyata di mulutnya terdapat garam yang sesuai dengan garam di dalam cerita tenggelamnya Fir’aun. Sebagaimana di dalam kisah di dalam Alqur’an, bahwa Fir’aun tenggelam di laut merah setelah mengejar Nabi Musa dan rombongannya untuk menyeberangi laut, dan kala Nabi Musa dan rombongannya sudah sampai di daratan dan Fir’aun dan tentaranya masih di tengah laut tiba-tiba laut kembali sebagaimana sedia kala dan tenggelamlah Fir’aun dan bala tentaranya. Alqur’an, shurat albaqarah, 50 menceritakan dengan terjemahan ayat ini adalah: “dan (ingatlah) Ketika kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat kami selamatkan dan kami tenggelamkan (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun, sedangkan kamu menyaksikannya”.

Kita sungguh bersyukur kepada Allah SWT sebab pengetahuan agama kita yang pas-pasan saja, sementara kita juga tidak berada di Timur Tengah yang dekat dengan turunnya agama Islam, tetapi kita bisa menjadi umat Islam dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kita selalu menjalankan perintah Allah SWT dan terus berusaha menjauhi larangannya. Saya yakin semua  ini adalah takdir atau ketentuan Allah kepada kita. Makanya, pantaslah kita berterima kasih kepada para penyebar Islam di bumi Nusantara ini di masa lalu, sebab merekalah yang menjadi washilah untuk menyambungkan kita dengan Nabi Muhammad SAW dalam rangka pengabdian kita kepada Allah SWT.

Jadi, makna doa wahdini tidak lain dan tidak bukan adalah agar kita yang sudah memperoleh petunjuk Allah ini akan selalu di dalam petunjuknya. Allahumma thawwil umurana, wa shahhih ajsadana, wa nawwir qulubana dan wa tsabbit imanana”. Amin.  Ya Allah panjangkan usia kami, dan sehatkan jasad kami, cahayailah hidup kami dan tetapkan (kuatkan)  keimanan kami”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..