• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ZIARAH KE MAKAM SUCI

Mesir memang negeri seribu tempat wisata. Saya berharap pembaca tidak terjebak dengan kata seribu. Kata ini hanya sebagai gambaran bahwa di Mesir terdapat banyak  tempat wisata yang memiliki nilai luar biasa. Sebagai akibat banyaknya tempat wisata di Mesir, maka pantaslah jika wisata menjadi penghasil devisa nomor dua di mesir, setelah perdagangan. Mesir memang menjadi ikon budaya dunia dengan artefak yang tidak ternilai harganya.

Saya memang sengaja untuk melakukan kunjungan ke tempat wisata baik yang bercorak religius maupun non religius. Wisata religius, misalnya adalah tempat-tempat ibadah kaum muslimin seperti masjid-masjid kuno yang memiki kekhasan ornamen dan bangunannya. Selain juga makam-makam para auliya, para fuqaha, dan juga para pemimpin bangsa ini. Di Masjid Rifaiyah, misalnya didapati makam Reza Pahlevi yang sebenarnya meninggal di tempat pengasingan dan ketika Pemerintah Iran menolak jasad Pemimpin Iran tersebut, maka dimakamkan di Mesir, tepatnya di masjid Rifaiyah.

Sebagai negeri dengan ulama yang terkenal, maka makam Al-Waqi’ ibn al-Jarah,  gurunya Imam Syafi’i juga dimakamkan di Kampung Imam Syafi’i. Sayangnya makam al-Waqi’ tampak kurang terawat. Lagi pula saya tidak bisa masuk ke ruang makam karena sudah terkunci. Kemudian, saya berkunjung ke masjid Imam Syafi’i dan sekaligus juga makamnya. Masjid Imam Syafi’i juga kelihatan kurang terawat. Jika dibandingkan dengan Masjid Rifa’i atau Masjid  Sultan Hamid atau Masjid Hussein, maka masjid Imam Syafi’i tergolong sederhana. Corak dan bangunan makam Imam Syafi’i hampir memiliki kesamaan dengan  makam Hussein atau makam Sayyid Rifa’i. Di dalamnya juga didapati sejumlah uang yang merupakan sedekah  dari para peziarah.

Saya, Pak Haris, Pak A’la, Zaini dan Dafi menyempatkan ziarah ke makam pemuka Madzab Syafi’i ini. Ziarah dipimpin Pak Haris. Sementara Pak Syaiful mengabadikan makam dengan foto-foto eksklusifnya. Tidak banyak yang ziarah ke makam ini. Di dalamnya  memang ada orang yang menjadi juru kunci makam. Selain itu juga ada sembilan atau sepuluh orang di makam itu. Ada yang  membaca al-Qur’an, ada yang membaca doa dan bahkan juga ada yang tidur-tiduran di masjid.

Sebagai tempat wisata ziarah, maka di sini juga didapati banyak pengemis. Ada lima atau enam pengemis yang kelihatannya keturunan orang kulit hitam. Sama seperti di Indonesia, mereka juga memanfaatkan anak-anak untuk menjadi penarik peziarah untuk bersedekah. Rupanya mereka memang menjadi pengemis tetap di tempat ini. Ada lelaki dan perempuan. Dibandingkan dengan tempat lainnya, maka tempat makam Imam Syafi’i ini memang di pinggiran kota.

Setelah selesai ziarah ke makam Imam Syafi’i, maka kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Hussein yang tempatnya berdekatan dengan Khon Hussein atau pasar Hussein. Selain tempatnya yang berdekatan dengan pasar khusus touris, maka juga terdapat cafe di sebelah kanan depan masjid yang selalu dipadati pembeli. Pasar touris ini memang menyajikan aneka barang berciri khas Mesir, misalnya gantungan kunci, lukisan, kaos, perhiasan, patung, dan aneka souvenir yang menarik. Konon pasar Husein ini dulunya adalah dirancang untuk menjadi pasar yang bertaraf internasonal, akan tetapi sekarang sudah seperti pasar pada umumnya –sama dengan di Indonesia—yang nyaris tidak teratur.

Masjid Imam Hussein sungguh padat dengan pengunjung. Banyak di antaranya yang mengaji, melakukan shalat dan juga yang hanya duduk-duduk saja. dibandingkan dengan masjid-masjid yang saya kunjungi di Mesir, maka masjid Hussein ini yang paling ramai. Bisa saja hal itu disebabkan karena tempatnya memang berdekatan dengan banyaknya touris yang mengunjungi khon Hussein. Demikian pula makam Sayidina Hussein. Mereka kebanyakan datang dari Persia atau kaum Syiah. Ada diantara mereka yang mengaji di depan makam sambil bercucuran air mata, ada yang memaca doa sambil kepalanya ditelungkupkan di dinding makam, ada yang mengaji sambil duduk dan ada yang berdoa sambil berdiri. Cukup sesak di dalam makam, sehingga mau mengambil foto saja agak susah.

Cukup lama saya dan kawan-kawan berada di masjid ini untuk beristirahat. Sambil istirahat itu saya berpikir bahwa banyak khasanah kebudayaan yang bisa dijadikan sebagai ikon budaya di Mesir ini. Sekali lagi, negeri ini memang menjanjikan keindahan bagi para pengunjung yang di dalam hatinya bersemayam keinginan melihat wisata sejarah dan kebudayaan yang agung dan menakjubkan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini