BETAPA INDAHNYA SHALAT: BERIKAN KAMI REZEKI (BAGIAN KELIMA)
BETAPA INDAHNYA SHALAT: BERIKAN KAMI REZEKI (BAGIAN KELIMA)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebelum memulai mengaji selasanan bakda shubuh, maka marilah terlebih dahulu kita membaca Ummul Qur’an semoga apa yang kita kaji bersama-sama pada pagi ini mendapatkan berkah dari Allah SWT. Mari kita Yakini bahwa hanya dengan keberkahan Allah semata maka kita akan mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan. Syaiun lillah lahu alFatihah…
Doa yang kita baca di antara dua sujud, selain sebagaimana yang sudah saya jelaskan sebelumnya, adalah warzuqni atau dalam Bahasa Indonesia adalah “Ya Allah berikan kepada kami rezeki” atau “ Ya Allah berikan kepada saya rezeki”. Bukankah Allah sudah menjamin bahwa semua makhluk hidup akan diberikan rezeki sebagaimana yang sudah ditakdirkan kepadanya. Manusia sudah menerima takdirnya sendiri-sendiri tetapi masih ada kewajiban untuk memperolehnya. Kecuali rezeki yang tidak disangka atau bighairi la yahtasib.
Allah SWT tidak hanya Dzat yang Maha Kuasa, Maha Esa, Maha Menentukan, akan tetapi Dzat yang Maha Pemberi. Allah merupakan Dzat yang Maha Pemberi dan tidak ingin diberi. Allah hanya menyukai atas orang yang selalu menyembahnya. Tetapi Allah sungguh tidak ingin disembah agar Allah makin berkuasa atau semakin baik. Disembah atau tidak oleh hambanya, maka Allah tetap sebagai penguasa yang kekuasaan tidak terbatas dan tidak ada permulaannya kapan kekuasaan tersebut berada dan kapan berakhir. Allah itu ada sebelum awal dan tiada keberakhirannya. Allah itu Qadim yang terdahulu, tiada awal, Allah itu akhir tiada akhir. Tiada padanannya di dunia ini, bahkan di akherat. Allah itu bukan materi dan bukan immateri, tetapi wujud dengan wujudnya sendiri. Laisa kamitslihi syaiun.
Allah sebagai Dzat yang memberi rezeki kepada manusia memperkenankan kepada hambanya untuk berdoa atau memohon kepada Allah tentang rezeki atau kenikmatan, baik yang berupa materi maupun non materi. Yang berupa materi adalah untuk dan terkait dengan kebutuhan fisik atau biologis, dan selain itu juga rezeki yang berupa non materi, misalnya kenikmatan iman dan Islam. Kenikmatan yang berupa bisa mengaji, bisa berdzikir dan sebagainya merupakan nikmat Allah yang bersifat non bendawi.
Di dalam Islam, rezeki yang kita mohon kepada Allah jika bersifat materiil, maka haruslah rezeki yang halalan thayyiban. Rezeki yang halal itu berupa rezeki yang cara memperolehnya halal, sifat dan dzatnya halal dan juga baik dan sehat. Jika rezeki itu berupa makanan dan minuman maka harus memenuhi standart halal dan sehat atau bermanfaat bagi kesehatan. Ada makanan yang sehat tetapi tidak halal, misalnya makanan yang diolah dengan tidak menggunakan prosedur Islami. Misalnya daging yang disembelih tidak secara Islami. Ada juga makanan yang halal tetapi tidak sehat, yaitu makanan yang mengandung kadar kolesterol yang tinggi, sehingga bagi yang orang yang memiliki kolesterol tinggi tidak sehat. Atau minuman yang halal tetapi tidak sehat, misalnya mengandung banyak gula sehingga tidak sehat bagi orang yang berpenyakit diabet.
Islam mengajarkan agar makanan atau minuman, barang gunaan atau pakaian dan juga kosmetik dan obat-obatan agar diupayakan yang sumbernya dari bahan-bahan halal. Makanan dan minuman tidak cukup halal tetapi tayyib. Dengan keduanya, insyaallah badan akan menjadi sehat dan kesehatan tersebut akan memberkahi terhadap kehidupan kita, baik secara individual maupun keluarga dan masyarakat. Islam sangat perhatian terhadap kesehatan tubuh, yang disebabkan oleh sumber makanan dan minuman halal dan tayyib. Islam mengajarkan qalbun salim fi jismin salim, artinya hati yang sehat terletak pada badan yang sehat. Jadi, kesehatan badan sangat diperlukan agar kita bisa sehat hatinya. Bayangkan jika fisiknya tidak sehat, maka kita akan mengeluh, merasa terganggu, merasa tidak nyaman dan tidak enak secara fisikal dan kejiwaan.
Oleh karena itu, menjaga kehalalan dan ketayyiban makanan dan minuman bahkan juga barang gunaan, kosmerik dan obat-obatan akan bisa menjamin atas kesehatan fisik dan kesehatan kejiwaan. Untuk memperoleh makanan, minuman dan lain yang sehat dan halal tentu juga sumbernya berasal dari rezeki yang halal, yaitu rezeki yang diupayakan dengan cara dan prosedur yang halal. Hidup ini sistemik, tidak hanya pada ujungnya baik, tetapi pangkalnya juga baik. Tidak hanya hulunya yang baik tetapi juga hilirnya baik. Sumbernya halal, mendapatkannya halal, dan penggunaannya halal.
Alhamdulillah, kita bersyukur karena Allah telah menjawab doa kita. Diberinya kita rezeki yang cukup. Kita bisa memenuhi hasrat fisikal, kita bisa memenuhi hasrat sosial dan kita juga bisa memenuhi kebutuhan integrative. Dan melalui pemenuhan atas tiga kebutuhan ini, maka sesungguhnya kita sudah dikaruniai rezeki atau kenikmatan yang sangat besar. Kita masih punya iman dan kita juga bisa menjalankan ajaran Islam. Semua ini adalah rezeki Allah yang sangat besar kepada kita. Betapa banyak orang yang diberikan kesempatan untuk memiliki iman kepada Allah tetapi melalaikannya. Diberi nikmat Allah yang besar tetapi tidak mensyukurinya. Insyaallah kita sudah menjalankannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.