BETAPA INDAHNYA SHALAT: YA ALLAH TUTUPLAH AIB KAMI (BAGIAN KEEMPAT)
BETAPA INDAHNYA SHALAT: YA ALLAH TUTUPLAH AIB KAMI (BAGIAN KEEMPAT)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebelum memulai pengajian Selasanan bakda Shubuh marilah kita baca terlebih dahulu shurat Alfatihah semoga dengan membaca shuratul Fatihah, maka hidup kita akan dimudahkan oleh Allah untuk memperoleh kebaikan dan keberkahan dan semua urusan kita dimudahkan oleh Allah SWT. Kita Yakini bahwa dengan membaca Ummul Qur’an, maka Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam hidup kita. Syaiun lillah lahum alfatihah…
Salah satu doa kita di dalam shalat di kala duduk di antara dua sujud adalah wajburni dengan ketentuan membaca pada bunyi akhirnya dipanjangkan untuk menunjukkan kata ganti aku. Maka artinya, “dan tutuplah aib-aib kami” atau “tutuplah aib-aib saya”. Inilah doa terbaik yang kita lantunkan di hadapan Allah pada waktu kita melakukan shalat. Adakah doa yang sedemikian indah dibandingkan dengan doa ini. Saya kira tidak ada. Saya meneteskan air mata Ketika menulis kata-kata ini. Mengingat betapa banyak aib kita yang sesama manusia tidak tahu sementara Allah SWT mengetahuinya. Melalui insrumen dahsyat, Allah sudah memasang radar tentang segala perilaku manusia di dunia ini, bahkan bukan perilaku saja yang terekam, tetapi juga apa yang ada di dalam batin kita: pikiran dan hati. Ya Allah Engkau Maha dahsyat atas segala sesuatu di dalam kehidupan manusia di dunia ini.
Manusia memiliki pikiran, perasaan dan perilaku. Atau kalau mengikuti taksonomi Bloom, maka dikenal ada tiga ranah, yaitu ranah: pemikiran, sikap dan perilaku. Makanya kita bisa berpikir, kita bersikap dan kita bisa berperilaku. Memang tidak semua yang dipikirkan akan berakhir dengan sikap, dan yang dipikirkan juga belum tentu menjadi perilaku. Tetapi yang jelas bahwa di kala manusia memikirkan sesuatu tentang kebaikan atau kejelekan, maka hal itu sudah terekam dalam radar besar di hadapan Allah, dan kala kita melakukan tindakan maka juga akan terekam di dalam radarnya Allah SWT.
Coba kita bayangkan berapa banyak aib yang kita lakukan dalam sehari. Jika kita melakukan aib diri sendiri atau aib social, berapa banyak aib yang kita lakukan. Mulai dari aib mata, aib perkataan, aib pikiran, aib sikap dan aib tindakan. Belum lagi aib tangan, kaki, hati dan perasaan. Semua ada aibnya. Misalnya mata kita yang masih liar, tangan kita yang juga cekatan untuk hal-hal yang kurang baik, Langkah kaki kita ke hal-hal yang kurang baik, lalu hati kita yang sering menggunjing orang lain, dan perilaku kita yang mencederai kebaikan dan semua hal yang kita lakukan. Ya Allah betapa banyaknya. Seandainya Allah tidak menutup aib kita maka habislah kita. Misalnya kita sebagai pejabat, maka dipastikan bahwa kita harus melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah di dalam kehidupan, misalnya harus mengatur relasi social yang sesuai dengan kepentingan institusi secara lebih luas. Namun secara personal sesungguhnya “kurang” tepat. Namun dalam kerangka menyelamatkan kepentingan yang lebih luas, maka hal tersebut dilakukan. Dalam konteks ini, maka Allah SWT memberikan peluang agar kita berdoa, “Ya Allah tutuplah aib-aib kami”. Di mata relasi antar institusi, maka yang kita lakukan itu sah-sah saja tetapi hati kita terkadang kurang atau bahkan tidak nyaman. Disinilah relevansi doa kita di dalam duduk di antara dua sujud.
Di dalam kehidupan ini terkadang juga kita harus berbohong dalam rangka untuk menyelatkan kebaikan. Di dalam cerita pewayangan, dalam episode Baratayuda, maka Puntadewa terpaksa harus berkata bohong di kala dia menyatakan bahwa Haswatama putra Pandita Durna berada di dalam peperangan mati. Padahal yang mati adalah Hestitama, seekor Gajah yang menjadi pasukan perang Pandawa. Ketika terjadi dialog antara Krisna, Raja Dwarawati dengan Puntadewa Raja Amarta yang sedang berperang melawan Kaum Khurawa, dan Pandita Durna menjadi panglima perang Khurawa, maka Krisna memintanya agar sekali saja Puntadewa melakukan kebohongan agar kemenangan terdapat pada kaum Pandawa. Semula Puntadewa menolak dengan alasan tidak mau melakukan kebohongan, tetapi dengan kelihaian Krisna, maka akhirnya Puntadewa pun luluh dan menyatakan bahwa “Haswatama memang telah mati”. Luluh lantak hati Pandita Durna dan kala berjongkok tanpa daya itulah maka panah Drestajumna, panglima perang Pandawa, mengenai tubuhnya dan akhirnya Pandita Durna Wafat. Seorang murid terpaksa berdusta kepada gurunya demi kemenangan pasukan kebaikan untuk mengalahkan pasukan kejahatan.
Di dalam hidup ini hal itupun bisa dilakukan oleh siapa saja, terutama para tokoh atau figure public. Tetapi untungnya bagi umat Islam, Allah sudah memberikan instrument bagi manusia untuk berdoa pada saat kita menghadapnya dalam shalat yang kita lakukan. Kita semua yakin bahwa Allah melihat apa yang kita lakukan terutama dalam shalat yang kita hadirkan. Di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dinyatakan sebagai konsep ihsan “an ta’budallahu kaannaka tarah, wainlam takun tarah fainahu yaraka”. Yang artinya kurang lebih beribadahlah kepada Allah sekan-akan engkau melihatnya dan jika engkau tidak melihatnya, yakinlah bahwa Allah mengetahuinya”.
Ya Allah tutuplah aib-aib kami. Dengan Allah menutup aib-aib kita, maka kita masih memiliki harga diri, bahkan juga otoritas. Semoga Allah melindungi kita semua dari keaiban diri maupun keaiban social.
Wallahu a’lam bi al shawab.