BETAPA INDAHNYA SHALAT: MEMOHON RAHMAT ALLAH (BAGIAN KE TIGA)
BETAPA INDAHNYA SHALAT: MEMOHON RAHMAT ALLAH (BAGIAN KE TIGA)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebelum memulai pengajian Selasanan bakda Shubuh, maka marilah kita mulai dengan membaca shurat Alfatihah, semoga acara kita pagi ini memperoleh ridha Allah SWT dan dampaknya bagi kehidupan kita akan semakin baik fid dini, wad dunya wal akhirat. Selain itu semoga semua urusan kita tentang kebaikan selalu dimudahkan oleh Allah SWT. Syaiun lillah lahum Alfatihah…
Di antara doa kita di dalam shalat, yaitu doa yang kita baca kala duduk di antara dua sujud adalah warhamni. Bacaan akhir di dalam doa ini dibaca panjang untuk memberikan tekanan bahwa doa ini untuk diri sendiri atau orang yang membacanya. Shalat memang memiliki kekhususan bahwa doanya memang untuk diri orang yang shalat. Maka arti warhamni adalah Ya Allah rahmati saya atau rahmati diriku. Jadi di dalam shalat banyak sekali doa yang kembalinya kepada diri para pelakunya, terutama doa di dalam bacaan di antara dua sujud. Rahmat adalah isim atau kata benda dari kata kerja rahama, yarhamu, rahmatan. Di dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai rahmat.
Islam merupakakan agama yang penuh dengan kerahmatan. Sebagaimana di dalam Alqur’an dinyatakan “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin”, (QS Al anbiya’, 107) yang artinya: secara umum adalah “dan tidak sekali-kali Kami (Allah) mengutusmu kecuali untuk kerahmatan bagi seluruh alam”. Jadi, Islam itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk rahmat bagi seluruh alam dan bukan rahmat bagi umat Islam saja. Islam diturunkan untuk seluruh alam, artinya untuk manusia dan alam seluruhnya. Yaitu manusia dan segala binatang, tetumbuhan, dan segala makhluk Tuhan yang menghuni alam ini.
Semua makhluk Allah di dunia ini memperoleh kerahmanan Tuhan SWT. Binatang cecak misalnya diberikan Allah makanan melalui cahaya lampu dengan binatang-binatang yang terbang di sekelilingnya, bahkan binatang laut juga memperoleh makanannya sendiri dari keharibaan Allah dengan desain yang hebat. Allah SWT mendesain semua untuk mendapatkan makanan sebagai mata rantai kehidupan. Contoh, manusia memakan tumbuh-tumbuhan, dan tumbuhan hidup di tanah basah atau kering, maka sesungguhnya manusia memakan saripati tanah yang didesain oleh Allah kepada manusia. Selain itu, manusia memakan hewan yang dihalalkan, lalu hewan memakan rerumputan atau sesama hewan yang diperuntukkan baginya, dan hewan-hewan itu memakan rerumputan, lalu rerumputan hidup di tanah, maka hakikatnya manusia juga memakan saripati tanah yang didesain untuk manusia. Ini yang kira-kira secara logika, bahwa manusia diciptakan dari tanah dan kemudian juga fisiknya yang berasal dari tanah tersebut kembali ke tanah.
Manusia tidak hanya terdiri dari jasad atau fisik tetapi juga ada roh yang ditiupkan oleh Allah di kala manusia masih berada di dalam alam kandungan. Pada saat inilah maka manusia bisa disebut makhluk hidup sebab dia sudah memiliki roh yang merupakan penggerak fisiknya. Oleh orang Jawa disebut sebagai nyawa atau yang menggerakkan jasad untuk bisa bergerak, berkembang kecerdasannya dan memiliki segala kelebihan sebagai makhluk Tuhan yang terbaik. Kecerdassan intelektualnya berkembang, kecedasan emosionalnya berkembang, kecerdasan sosialnya berkembang dan bahkan kecerdasan spiritualnya. Tentang empat kecerdasan ini nanti akan saya jelaskan secara khusus. Kecerdasan yang dimiliki manusia ini merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya.
Di dalam setiap kali kita membaca basmalah pastilah kita menyebut arrahman dan arrahim. Di dalam konteks ini, maka arrahman adalah kasih sayang Tuhan YME yang diberikan kepada semua makhluk Allah di dunia ini dan juga akhirat. Semua makhluk yang diciptakan Allah sudah didesain untuk memperoleh Rahman tersebut, seperti peluang untuk makan, minum dan bahkan melangsungkan keturunannya. Manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan semuanya membutuhkan energi yang dipasok dari makanan. Tumbuhanpun juga harus menyerap sinar matahari dan juga tanah yang basah untuk melangsungkan kehidupannya. Bahkan untuk mempertahankan keturunannya dalam bentuk buah maka tumbuhan juga harus melangsungkan perkawinan sebagaimana desain Allah.
Arrahim adalah kenikmatan Allah yang diberikan kepada manusia yang berjalan di atas hukum-hukum Allah. Mereka bisa berasal dari agama-agama yang Allah turunkan, misalnya agama Nasrani atau Yahudi sebelum diturunkannya Alqur’an sebagai kitab suci di dalam agama Islam. Tetapi posisi Alqur’an tentu tidak mengabrogasi atau menasakh atas kitab-kitab sebelumnya. Kitab Injil, Taurat dan suhuf-suhuf lainnya adalah kebenaran pada zamannya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan agar umat Islam percaya kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum turunnya Kitab Suci Alqur’an. Kitab-kitab itu adalah wahyu Allah yang diberikan kepada rasul-rasulnya pada zamannya.
Kerahiman Allah ini bersifat khusus dan pada era Nabi Muhammad SAW dan seterusnya diberikan kepada umat Islam di akherat. Di dalam kitab Alqur’an dijanjikan oleh Allah bahwa manusia yang beriman dan beramal shalih, maka Allah akan memberinya jalan ke surga atau jalan kenikmatan di akhirat.. Secara sosiologis, orang bisa hidup berbahagia di kala hidupnya tenteram dan marasakan kenikmatan yang Allah berikan dan kemudian bersyukur atas kenikmatannya.
Allah menyatakan di dalam Shurat al Bayyinah, ayat 7: “innal ladzina amanu wa’amilush shalihati ulaikahum Khairul bariyyah. Jaza’uhum ‘inda rabbihim jannatu ‘adnin tajri min tahtihal anharu khalidina fiha abada”. Yang artinya kurang lebih: “sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, balasannya di sisi Allah adalah surga Aden yang di bawahnya mengalir air sungai yang kekal abadi di dalamnya”.
Bagi orang Islam, maka Rahman dan Rahim Tuhan adalah kebahagiaan yang tiada akhir atau endless bliss yang dirasakan tidak hanya di akhirat tetapi juga di dunia ini bagi orang yang menginginkan keridlaan Allah dan berusaha secara optimal untuk mendapatkannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.