• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

REZEKI SEBAGAI NIKMAT ALLAH SWT (BAGIAN KETIGA)

REZEKI SEBAGAI NIKMAT ALLAH SWT (BAGIAN KETIGA)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebelum kita memulai ngaji bareng pada program ngaji bareng Selasanan (4/1/22), maka terlebih dahulu kita membaca Surat Alfatihah, semoga dengan membaca Ummul Qur’an ini maka semua tujuan kita yang memiliki kebaikan akan bisa dikabulkan oleh Allah SWT. Mari kita Yakini bahwa dengan bacaan ummul qur’an maka tujuan kita insyaallah akan bisa dikabulkan Allah SWT. Syaiun lillah lahum alfatihah…

Di antara kita ada yang keliru di dalam membaca atau memahami tentang rezeki. Baginya bahwa rezeki itu hanya persoalan materi. Jadi tidak dianggap sebagai rezeki jika tidak berupa materi, misalnya lebih specific uang. Dengan demikian, rezeki itu hanya uang saja. Kenikmatan Allah hanya dianggap jika berupa nikmat material, misalnya menjadi kaya, memiliki banyak uang, memiliki rumah besar, memiliki perabot rumah yang mewah, memiliki mobil yang bagus dan semuanya terkait dengan materi.

Oleh karena itu, saya membagi rezeki Allah tersebut dengan dua hal, yaitu rezeki fisikal atau material dan rezeki nonfisikal atau nonmaterial. Rezeki yang bersifat fisikal adalah rezeki yang bisa dilihat dan dirasakan kenikmatannya. Uang, kekayaan, mobil, rumah mewah dan sebagainya adalah rezeki yang bersifat fisikal atau material. Rezeki fisikal ada kaitannya dengan kebutuhan biologis. Manusia membutuhkan papan (rumah), pangan (makanan dan minuman), sandang (pakaian, baju atau jabatan) yang merupakan symbol-simbol fisik atau materi. Sedangkan nikmat Allah SWT yang sungguh luar biasa sebenarnya adalah nikmat iman dan islam. Syukur kalau bisa merasakan nikmat ihsan. Tetapi yang dua di depan itu saja sudah sangat luar biasa. Tidak banyak manusia yang memiliki nikmat iman dan Islam. Di dunia ini ada sebanyak 6 milyar umat manusia dan hanya 2 milyar saja yang menjadi Islam. Beriman kepada Allah dan menjadi umat Islam. Yang umat Islam sebanyak 2 milyar itu juga tidak semuanya memperoleh nikmat iman dan Islam yang utuh. Ada yang bisa menjalankan ajaran Islam dan ada yang tidak mampu menjalankan ajaran Islam. Kita yang mengikuti pengajian ini adalah orang yang memperoleh nikmat iman dan Islam yang utuh. Paling tidak sudah shalat, puasa, zakat dan bahkan ada yang sudah haji. Tidak hanya syahadat sebagai pengakuan formal sebagai orang Islam.

Ada banyak orang yang mempelajari Islam tetapi berhenti menjadi ilmu dan tidak menjadi pengamalan. Ada ahli ilmu keislaman tetapi tidak melakukan Islam atau menjadi Islam. Ada yang sedikit pengetahuan ilmu keislamannya tetapi mengamalkan Islam dengan baik. Inilah yang harus kita syukuri karena kita telah menjadi bagian umat Islam yang bisa mengamalkan ajaran Islam. Orang-orang Barat yang disebut sebagai ahli orientalis itu orang yang mempelajari Islam secara tuntas tetapi tidak menjadi Islam. Bisa disebut misalnya Wael B. Hallaq yang ahli hukum Islam, L. Stoddart, ahli kebudayaan Islam, J. Spencer Trimingham yang ahli tasawuf, Virginia Hooker yang ahli hukum Islam, Philip K. Hitti yang ahli sejarah Islam, dan lain-lain yang ilmunya tuntas tetapi tidak mendapatkan hidayah untuk menjadi muslim atau Muslimah. Tetapi juga ada yang kemudian menjadi Islam, misalnya Maurice Buchaile yang ahli sains, Muhammad Ali, Floyd Mayweather, Mike Tyson yang menjadi petinju, dan Muhammad As’ad yang ahli sejarah Islam.

Semua ini menggambarkan kenikmatan yang terselubung yang tidak berupa materi dan biasanya kita kurang bersyukur karena dianggap sebagai biasa saja. Nikmat Tuhan yang seperti ini justru sebagai nikmat al udzma atau nikmat Tuhan terbesar. Dan ini tidak kita sadari, kita anggap sebagai biasa saja. Nikmat Tuhan yang tidak tampak terkadang justru lebih banyak dibandingkan dengan nikmat fisikal. Sungguh kita tidak bisa menghitung nikmat Tuhan kepada kita. Saking banyaknya.

Nikmat yang Tuhan yang bisa dilihat, dirasakan dan direnungkan itu semua adalah rezeki Allah kepada kita semua. Kita memiliki rumah, yes sebagai rezeki, kita bisa menerima gaji yang cukup, yes itu sebagai rezeki, kita punya simpanan uang di Bank, yes itu rezeki, kita bisa sehat, yes itu rezeki, tetapi jangan lupa kita menjadi umat Islam yang akan diberikan Rahman dan Rahim Tuhan juga rezeki. Kita bisa tidur tenang, kita bisa berdzikir banyak, kita bisa shalat dengan damai adalah rezeki Tuhan yang tidak bisa kita abaikan. Rezeki Tuhan itu maha luas, hanya sayangnya kita tidak memahaminya.

Kita perlu memperoleh pencerahan agar kita bisa selalu bisa merasakan betapa besarnya nikmat Allah yang kemudian disebut sebagai rezeki. Jangan sampai Allah swt memberikan tandzir atau peringatan kepada kita karena ketidaksyukuran kita atas rezeki yang Allah berikan kepada kita. Saya yakin bahwa kita bisa menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur atas nikmat Allah, baik itu rezeki yang bersifat fisikal atau material dan juga rezeki yang bersifat non material atau non fisikal. Kita selalu berdoa “ya Allah berikan kami rezeki yang berkah fid dini, wad dunya wal akhirah”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..