• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BUDAYA MESIR YANG ADILUHUNG

Harus diakui bahwa Mesir memang memiliki sejarahnya sendiri. Negeri ini begitu kaya dengan peninggalan sejarah yang sungguh tidak kalah dengan negeri-negeri lain bahkan jauh lebih unggul. Bentangan peristiwa historis itu terdapat di mana-mana. Makanya Mesir bisa disebut sebagai negeri dongeng atau negeri sejarah. Begitu banya peninggalan sejarah yang bisa dilacak hingga tahun sebelum masehi. Mulai dari masa prasejarah sampai menjadi negeri modern. Jadi Mesir merupakan negeri dengan tujuan wisata yang sangat komplit, mulai dari wisata ritual hingga wisata pra sejarah. Semuanya ada. Pantaslah jika jumlah wisatawan asing yang datang ke Mesir mencapai 14 juta orang setiap tahun. Mereka datang dari seluruh pelosok penjuru dunia. Tidak lain adalah ingin melihat kehebatan Orang Mesir di masa lalu hingga sekarang.

Pada hari kedua kunjungan saya ke Mesir, maka saya manfaatkan untuk melihat Mesir masa lalu. Monumen Mesir yang didirikan oleh Bangsa Perancis dan diperbaharui oleh Muhammad Ali tahun 1897 M dan selesai tahun 1901 M sungguh menyajikan kehebatan bangsa Mesir di era lalu. Di Museum ini disajikan berbagai benda sejarah masa lalu. Ada sebanyak 12 mummi dari tahun 1600 SM sampai tahun 1200 SM. Raja-raja Mesir seperti Ramses I dan II serta lainnya ternyata jasadnya masih utuh. Demikian tinggi teknologi pengawetan mayat itu hingga sekarang. Pantaslah jika banyak ahli antropologi fisik yang terkagum-kagum dengan temuan yang spektakular tersebut.

Ternyata bahwa kita memang harus mengagumi teknologi orang-orang dulu. Teknologi pembuatan perhiasan dari emas dan perak juga luar biasa. Cincin, gelang, kalung, liontin, broz, perhiasan lainnya ternyata sangat indah. Mahkota raja dan peralatan kelengkapan raja juga dibuat dengan sangat canggih. Jika sekarang kita mengagumi teknologi pembuatan perhiasan, maka di zaman pra sejarah ternyata juga sudah sangat tinggi. Perhiasan emas bertatahkan berlian warna-warni dan juga perhiasan khas raja-raja Mesir dibuat dengan sangat indah. Teknologi peralatan dari kayu dan tembikar juga sangat menakjubkan. Anyaman tembikar sudah sedemikian bagusnya. Sungguh tidak kalah dengan teknologi anyaman yang berkembang sekarang. Ketika saya memperhatikan teknologi anyaman itu, maka muncul rasa kekaguman bahwa teknologi masa lalu ternyata sangat adiluhung. Ukiran kayu juga tidak kalah dengan ukiran kayu sekarang. Motif dan coraknya sangat variatif. Kehalusan dan kerapiannya juga tidak tertandingi. Teknologi batu juga sangat baik. Patung-patung Dewa Mesir dibuat dan diukir dengan sangat menakjubkan. Ada yang ukuran kecil dan besar. Demikian pula kendaraan yang ditarik oleh kuda atau keledai –di Yogyakarta disebut delman—juga sudah sangat maju. Makanya, jika orang sekarang menyombongkan teknologi kayu, emas, anyaman dan sebagainya rasanya memang harus melihat dulu teknologi masa lalu, terutama di Mesir kuno. Jika ingin tuntas melihat hasil cipta, rasa dan karsa manusia masa lalu, maka seharusnya satu hari penuh. Jadi bisa bercengkerama dengan produk masa lalu tersebut secara menyeluruh. Sayangnya saya hanya dua jam saja sebab harus segera ek Universtas Al Azhar dalam muhibah ilmiah di sana.

Saya datang lebih cepat satu jam dari jam yang ditentukan oleh Universitas. Kemudian, saya bertemu dengan Wakil Rektor Bidang akademik dan kemahasiswaan, Prof. Dr. Abdullah Husni Hilal dan ditemani oleh staf bidang kerjasama. Dari kedutaan Besar Indonesia di Mesir datang Pak Muhlason. Sementara saya, Prof. Saiful Anam, Prof. Abdul A’la, Prof. Abdul Haris dan Ahmad Zaini hadir di ruang Rektor I tersebut. Karena Prof. Saiful yang paling bagus bahasa Arab amiyahnya, maka beliaulah yang menjadi juru bicara mewakili IAIN Sunan Ampel. Intinya, bahwa IAIN Sunan Ampel menghendaki ada Memory of Understanding (MoU) untuk pengiriman tenaga dosen Bahasa Arab, kemudian review kurikulum dan program kunjungan ilmiah. Sayangnya bahwa untuk penandatangan MoU harus melewati proses birokrasi yang cukup rumit. Meskipun demikian, Prof. Abdullah Husni menyambut baik keinginan melakukan kerjasama dalam bidang-bidang tersebut. Memang butuh waktu untuk melakukan penandatangan MoU.

Saya dan kawan-kawan kemudian makan di Restoran dan Cafe Soiree Gohar Group. Restoran ini dipenuhi oleh pembeli dari berbagai bangsa. Rupanya, banyak biro travel yang bekerjasama dengan restoran ini. Dengan 75 Lira Mesir (pon) maka bisa saja orang mengambil makanan apa saja yang disediakan di sini. Sajian model buffee, sehingga orang bisa mengambil makanan seperti nasi goreng, nasi putih, bubur khas Mesir, sayuran dan ikan ayam atau daging dan dapat dimakan secukupnya.

Wisata Ziarah juga tidak kalah dengan tempat lainnya. Masjid Sultan Hasan, misalnya didirikan tahun 1356 M atau 757 H. Masjid ini juga dihiasi ornamen yang sangat indah. Di Masjid ini terdapat empat ruangan yang dulu digunakan untuk menampung jamaah pengajian dari empat madzab. Jika ada orang yang menginginkan mengaji sesuai dengan madzab Syafii, maka dia akan datang ke situ. Demikian pula penganut madzab Hambali, Maliki, Hanafi. Dalam masjid ini ada seorang imam yang selalu siap untuk melayani konsultasi agama dalam bahasa Inggris. Dia berperan sebagai mu’adzin setiap waktu salat dan sekaligus imam shalat rawatib.

Menurut ukuran sekarang, di mana bangunan lebih bercorak minimalis, maka masjid Sultan Hasan ternyata memang berseni tinggi. Bangunannya yang tinggi menjulang dengan menara yang sangat indah menjadi ciri khas bangunan-bangunan masjid di Mesir. Saya sempat shalat jama’ qashar di masjid ini. Hanya saja lalu muncul pertanyaan, bagaimana para Sultan itu dapat membangun gedung-gedung sedemikian megah di masa itu, dan mengapa justru di era modern tidak banyak pemimpin yang dapat mewujudkan bangunan indah seperti itu. Bisa saja ada faktor politis yang mendukung terhadap hal ini. Kekuasaan Sultan yang otoriter tentu mendukung semua mimpi raja untuk dapat diwujudkan.

Di sebelahnya juga ada masjid yang juga sangat indah. Masjid Imam Rifa’i. Masjid ini didirikan pada tahun 1869 M atau tahun 1286 H. Masjid ini juga berornamen sangat indah. Bahkan orang menyatakan masjid kembar. Di dalamnya terdapat makam orang Suci, Imam Rifa’i dan juga beberapa lainnya. Sebagai mursyid agung tarekat Rifa’iyah, maka banyak peziarah yang melakukan ritual sesuai dengan keyakinannya. Misalnya melakukan penghormatan dengan mencium lantai di depan makam al-Imam. Makam itu juga dihias sangat indah. Tentu sebagai penghormatan terhadap kewalian sang Auliya.

Saya sungguh bersyukur bisa menikmati kekayaan budaya bangsa Mesir meskipun hanya selintas. Seandainya tidak diburu waktu harus melakukan kunjungan yang bercorak akademis, rasanya ingin menjejakkan kaki ke seluruh artefak budaya bangsa ini. Saya tentu menjadi yakin dengan kebenaran pendapat para pengkaji antropologi struktural, bahwa tidak ada sebuah bangsa yang dianggap tinggi atau rendah budayanya, sebab budaya memiliki kekhasan yang masing-masing memiliki keunggulannya. Dan bangsa Mesir sudah membuka mata kita, bahwa orang Kuno ternyata juga memiliki budaya yang luar biasa dilihat dari kurun waktu itu.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini