PERINGATI TAHUN BARU HIJRIYAH DENGAN RENUNGAN KEBAIKAN
PERINGATI TAHUN BARU HIJRIYAH DENGAN RENUNGAN KEBAIKAN
Saya diminta oleh Ta’mir Masjid Al Ihsan untuk memberikan khutbah Jum’at, 21/08/2020, sehari setelah peringatan Tahun Baru Hijriyah 1442. Saya tentu bersyukur sebab Masjid Al Ihsan bisa menjadi tempat shalat Jum’at bagi warga Lotus Regency dan juga warga sekitar. Perumahan Lotus Regency memang hanya terdiri dari kurang lebih 20 KK, berbeda misalnya dengan Perumahan Sakura atau lainnya. Namun demikian, pelaksanaan Shalat Rawatib dan Shalat Jum’at bisa dilaksanakan dengan jumlah jamaah yang memadai.
Di dalam khutbah ini saya sampaikan beberapa hal, yaitu: Pertama, pesan taqwa. Sebagai umat Islam tentu kita harus bertaqwa kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa. Bertaqwa sering dipahami sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah Swt., dengan cara menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Semua umat Islam tentu yang diharapan adalah ketika meninggal dunia berada di dalam suasana khusnul khatimah. Jangan sampai meninggal dalam keadaaan suul khatimah. Inilah yang dimaksud sebagai wa la tamutunna illa wa antum muslimun. Jangan kita meninggalkan dunia dalam keadaan tidak pasrah menjadi umat Islam.
Kedua, kemarin kita memperingati Tahun Baru Hijriyah atau tahun 1442 Hijriyah. Makna memperingati hari Tahun Baru Hijriyah itu tidak sebagaimana dengan berakhirnya tahun baru Masehi dan memulai Tahun Baru Masehi, yaitu dengan hura-hura bersama alunan music dan sebagainya, akan tetapi merayakan Tahun Baru Hijriyah sebaiknya dilakukan dengan perenungan dan doa. Apa yang sudah kita lakukan pada tahun yang baru saja berakhir dan apa yang seharusnya dilakukan di tahun berikutnya sebagaimana kemarin adalah sesuatu yang benar.
Yang justru harus direnungkan adalah bagaimana Nabi Muhammad saw melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah dalam jarak 490 KM lebih di tengah gurun pasir yang tandus, penuh bebatuan kecil dan besar, gunung-gunung, lembah dan ngarai batu dan gundukan pasir yang kering, bahkan suatu ketika bisa saja terjadi badai pasir yang menerbangkan pasir lembut kemana saja.
Perjalanan Nabi Muhammad saw di dalam hijrah inilah yang seharusnya menjadi perenungan kita untuk diteladani dan dilakukan yaitu hijrah di dalam kerangka menjalankan ajaran agama yang benar sesuai dengan keyakinan kita. Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan hijrah itu pasti tidak akan bisa dilakukan oleh manusia biasa. Kita semua tidak akan mampu melakukannya. Nabi Muhammad saw diberikan kekuatan yang dahsyat sebagaimana dahsyatnya ajaran agama yang harus disebarkannya. Tidak mungkin manusia berjalan di malam hari dalam kegelapan atau terang bulan di tengah padang pasir yang seperti itu. Pastilah Allah yang membimbingnya dan menjalankannya. Semua terjadi karena takdir Allah semata. Hijrah Nabi Muhammad saw yang dijadikan sebagai permulaan tahun baru Islam menandai disebarkannya Islam ke seluruh dunia, dan berdasarkan statistic tahun 2019 sudah terdapat sebanyak 1,8 Milyar umat Islam di seluruh dunia.
Makanya sudah benar ketika terjadi pergantian tahun baru di dalam tahun Hijriyah, maka yang dilakukan adalah berdoa sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw memang tidak menyuruh kita melakukannya, akan tetapi dengan Nabi Muhammad saw melakukan hal ini, maka pantaslah jika kita mengikuti apa yang dilakukannya. Inilah yang membedakan dalam perayaan tahun baru Masehi dengan tahun baru Hijriyah. Jadi kita sudah melakukan yang benar di dalam menyambut tahun baru Hijriyah tersebut.
Ketiga, sebagai konsekuensi dari perenungan tersebut, maka sudah sewajarnya kalau kita kemudian selalu berdoa kepada Allah swt agar kita ditunjukkan jalan kebenaran. Jalan yang diridhoi oleh Allah swt. Ada doa yang sangat baik yang bisa dilantunkan malam hari ketika kita selesai Shalat Malam, selesai Qiyamul Lail dan membaca dzikir kepada Allah. Doa itu adalah: Allahumma arinal haqqa haqqa war zuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnaj tinabah”. Yang arti bebasnya adalah: “Ya Allah tunjukkan kepada Kami yang benar itu kebenaran dan berikan kekuatan kami untuk mengikutinya, dan tunjukkan kepada kami yang salah itu kesalahan dan berikan kami kekuatan untuk menjauhinya”.
Alangkah indahnya doa ini. Doa yang menunjukkan bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah agar Allah menunjukkan kepada kita mana yang benar dan mana yang salah, dan yang paling penting Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa melakukan yang terbaik dan menjauhi yang jelek. Doa ini akan menjadi harapan kita kepada Allah agar kita menjadi umat Islam yang terbaik. Dan umat Islam yang terbaik itu ditandai dengan kebaikan pula.
Ketika Islam mengajarkan tentang Islam itu rahmat bagi seluruh alam, maka hendaknya kita tidak melakukan kekerasan. Tidak melakukan pelecehan, penghinaan, penistaan terhadap umat Islam sendiri bahkan terhadap umat manusia lainnya. Manusia di dalam kehidupan ini memiliki hak yang kita harus menghormatinya, hak sebagai sesama manusia, hak sebagai sesama umat Islam dan hak sebagai bangsa atau masyarakat.
Marilah kita hargai “kemanusiaan” dengan hak-hak istimewanya tersebut agar kita bisa menjadi teladan bahwa umat Islam memiliki peradaban yang luar biasa dan menjadi contoh bagi manusia dan bangsa lainnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.