Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJADI BAHAGIA DENGAN IBADAH DAN BERBUAT BAIK

MENJADI BAHAGIA DENGAN IBADAH DAN BERBUAT BAIK
Semestinya saya menjadi khatib di Masjid Agung Gresik pada hari raya Idul Fithri 1441 Hijrah yang lalu, tetapi karena bertepatan saya harus bed rest, dan bertepatan juga belum diperkenankan untuk menyelenggarakan shalat idul Fithri karena Covid-19, maka saya diminta untuk menjadi khatib Shalat Idul Adha 1441 Hijrah. Tetapi karena pertimbangan keluarga, maka saya belum diperkenankan untuk berada di dalam ruangan yang penuh sesak dengan sejumlah orang, termasuk pada waktu pelaksanaan shalat idul adha.
Itulah sebabnya, saya diminta untuk menjadi khatib di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency, yang baru pertama kali menyelenggarakan shalat hari raya. Shalat ini dilaksanakan di lapangan sebelah masjid dan jamaahnya tidak terlalu banyak dan berada di ruangan terbuka. Maka kami menyanggupi untuk melaksanakan tugas tersebut dan jadilah hari itu, Jum’at, 31/07/2020 atau tanggal 10 Dzulhijjah 1441 di Perumahan Lotus Regency dilakukan shalat id berjamaah. Memang jamaahnya hanyalah warga perumahan yang jumlahnya kira-kira 80 orang.
Shalat Id berjamaah ini diselenggarakan dalam nuansa Covid-19, sehingga penerapan protocol kesehatan juga dilaksanakan dengan ketat. Setiap jamaah ditest suhu tubuhnya, harus mencuci tangan dengan disinfectant dan menjaga jarak kurang lebih satu meter, ke depan dan ke samping serta membawa peralatan shalat dari rumah. Sungguh memang kita harus mengikuti sebuah tradisi baru di dalam menjalankan shalat berjamaah. Khutbah pun dibatasi hanya maksimal 10 menit, sebagaimana khutbah shalat jum’at yang juga menggunakan protocol kesehatan yang ketat.
Meskipun hanya dalam waktu 10 menit, akan tetapi harus saya sampaikan beberapa hal, yaitu: pertama, ungkapan rasa syukur atas kenikmatan Allah yang berupa kesehatan sehingga kita tetap bisa melaksanakan ibadah kepada Allah. Di tengah pandemic Covid-19 tentu rasa syukur itu adalah karena keluarga kita semua selalu di dalam lindungan Allah swt dan diselamatkan dari wabah corona yang menakutkan tersebut. Sebagai akibat dari wabah corona ini maka haji yang biasanya terdapat sebanyak 4,5 juta orang, maka otoritas pemerintah Saudi Arabia hanya mengizinkan 10.000 orang saja dan yang bisa mengikuti ibadah haji diutamakan warga Saudi Arabia dan mukimin yang sudah lama berada di Arab Saudi. Bahkan untuk hari ini shalat idul adha juga ditiadakan di Masjidil Haram. Suatu hal yang sangat tidak lazim akan tetapi harus terjadi karena wabah Covid-19.
Kedua, agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, sebagaimana tercantum di Surat Al Haj ayat 77, yang berbunyi: “ya ayyuhal ladzina amanur ka’u, was judu wa’budu, waf’alul khairo la’allakum tuflihun”. Yang artinya, “wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah dan sujudlah dan beribadahlah dan berbuat baiklah sehingga kamu sekalian akan memperoleh kebahagiaan”. Ayat ini memang ditujukan kepada orang yang beriman, yaitu orang yang percaya kepada Allah swt dan meyakini kenabian Muhammad saw., sebagaimana ucapan syahadat kita: “asyahadu ‘anla ilaha illallah, waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah”. Jika kita bersyahadat, maka kita dikenai perintah Allah untuk memperoleh kebahagiaan.
Untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut, Allah memberikan syarat-syaratnya, yaitu menjalankan ruku’ kepada Allah swt. Ruku’ adalah penyerahan diri kepada Allah dengan ucapan “Maha Suci Allah dzat yang maha agung”. Kita harus mengagungkan asma dan dzat Allah yang Maha Suci. Dan sekali-kali tidak diperkenankan untuk menyekutukannya. Kita juga harus bersujud kepada Allah, penyerahan total kepada Allah swt, sebagaimana yang diungkapkan dalan shalat kita, “inna shalati wa nusuki, wamahyaya wamamatiu lillahi rabbil ‘alamin”. Sesungguhnya shalatku, korbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata”. Inilah yang kita sebut sebagai penyerahan total hidup ini hanya kepada Allah swt.
Lalu, ita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada peribadahan yang kita lakukan kecuali hanya karena Allah. Kita ini diciptakan oleh Allah semata-mata hanya untuk beribadah kepadanya. Tidak ada peribahadan kepada selain Allah. Tidak ada peribadahan kepada benda-benda, arca-arca, tempat-tempat yang dianggap suci, sebab peribadahan itu hakikatnya hanya kepada Allah semata. Jika kita beribadah dengan menghadap Ka’bah bukanlah berarti kita menyembah ka’bah itu. Sebab ka’bah hanyalah medium untuk mempersatukan umat Islam dalam ritual shalat dan lainnya. Hakikat shalat itu adalah persembahan kepada Allah azza wajalla.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah berbuat baik kepada manusia dan alam. Di dalam ayat ini, maka yang digunakan adalah al khoir artinya adalah kebaikan umum. Makanya, kebaikan itu harus dilakukan tanpa memandang siapa orangnya, apa agamanya, apa warna kulitnya, apa etnisnya, apa penggolongan sosialnya dan sebagainya. Kebaikan harus dilakukan kepada semua manusia tanpa pandang bulu. Kebaikan yang dilakukan itu harus menggunakan kata kunci “kemanusiaan” atau basisnya adalah ukhuwah basyariyah. Sesama manusia kita harus saling tolong menolong, saling mengasihi, saling menghargai, saling menghormati dan semua perilaku kebaikan yang memiliki makna di dalam kehidupan. Janganlah kita menyakiti baik batiniyah maupun lahiriyahnya, jangan menganggap remeh sesama manusia dan semua perbuatan yang tidak menyenangkan.
Shalat kita itu bahkan luar biasa, sebab setiap kali shalat kita selalu menyatakan: “assalamu alaika ayyuhan nabiyuu warahmatullahi wabarakatuh, assalamu Alaina wa’ala ibadillahis shalihin”. Kita mengucapkan salam kepada seluruh rasul dan nabi, 25 rasul dan 124.000 nabi, dengan harapan Allah akan memberkahinya dan juga ucapan salam kepada kita semua orang-orang yang shalih”. Alangkah luar biasanya ibadah yang kita lakukan tersebut.
Ketiga, Kita sekarang sedang berada di dalam hari raya idul adha atau hari raya kurban, yang ditandai dengan penyembelihan hewan kurban. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, “aku diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban, dan kurban tersebut adalah sunnah untukmu”. Mudah-mudahan semua umat Islam yang berkorban dengan hewan korban hari ini dan dua hari ke depan, akan mendapatkan pahala sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..