Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SILATURRAHIM VIRTUAL DI ERA COVID-19

Tidak hanya pembatasan manusia harus berada di dalam rumah di era covid-19 akan tetapi juga membatasi relasi antar manusia. Yang tidak dibatasi hanya orang pergi ke rumah sakit atau klinik untuk periksa kesehatan, pergi ke rumah makan atau warung untuk membeli makanan, ke mall yang khusus untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan, ke apotik untuk membeli obat dan ke POM bensin untuk mengisi bahan bakar kendaraan. Saya kira yang lain dibatasi.

Di era ini, kendaraan pun harus mengangkut orang setengah dari biasanya. Bus, metro mini, kereta api, pesawat dan sebagainya harus diisi penumpang separoh kapasitasnya. Memasuki mall juga dibatasi maksimal 20 orang dengan menggunakan kartu antrian, dan sebelum memasuki ruang dalamnya harus test suhu tubuh dan mencuci tangan dengan disinfectant, dilarang berboncengan di kendaraan sepeda motor.

Bahkan jika seseorang memaksa mudik akan didenda Rp100 juta, dan berdasarkan informasi (JP/25/04/20), bahwa terdapat sebanyak 1181 mobil yang berusaha menerobos untuk mudik ke luar Jakarta lalu harus balik ke Jakarta lagi. Semua ini dilakukan di dalam kerangka untuk menghentikan penyebaran virus corona yang semakin banyak penderitanya di Jakarta, Bandung, dan juga Surabaya.

Saya kira sisi positif keberadaan teknologi informasi di era sekarang adalah sebagai sarana untuk melakukan relasi sosial yang sangat efektif. Melalui Hand Phone android, maka tidak ada lagi jarak antar wilayah, selama di situ ada signal HP maka di situ pula kita bisa melakukan komunikasi dengan efektif. Tidak hanya mendengarkan suara lawan bicara kita, tetapi bisa juga melihat gambar orang yang berkomunikasi tersebut. melalui Whats Up call, maka jarak untuk berkomunikasi tidak menjadi masalah. Melalui teknologi Zoom atau Google Meet, maka kita bisa menyelenggarakan pertemuan dalam jumlah terbatas.

Dalam pekan kemarin, saya bisa melakukan ujian disertasi dengan empat mahasiswa program doktor dari IAIN Jember dengan Prof. Dede Rosyada UIN Jakarta, Prof. Rukmina Gonibala IAIN Menado, Prof. Babun Suharto IAIN Jember, Prof. Khusnur Ridlo IAIN Jember, Prof. Halim Subahar, Prof. Miftah Arifin, Dr. Aminuddin, dan lainnya. Pekan kemarin kami juga bisa meeting dengan Tim PT. Sarana Pembayaran Syariah (SPS) di Jakarta dan juga rapat dengan Tim Penyelesaian Rumah Sakit Haji Jakarta (RSHJ) dengan Prof. Nizar Ali, Plt. Sekjen Kemenag, Prof. Gunaryo, Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Dr. Janedjri, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum, Ali Irfan, Kabiro Keuangan dan BMN Kemenag dan segenap jajarannya. Semua ini dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi. Sungguh dunia bisa dilipat dalam jarak dan waktu.

Pekan sebelumnya juga saya harus menguji disertasi di UIN Sunan Ampel Surabaya, baik untuk kegiatan verifikasi hasil penelitian dan juga ujian tahap tertutup. Juga dilakukan secara daring. Termasuk juga memberi kuliah di kelas manajemen pada FEBI, kelas Agama dan Resolusi Konflik di FISIP maupun kelas Teori Sosial di PPs UIN Sunan Ampel Surabaya. Jadi semua bisa diselesaikan dengan menggunakan aplikasi yang disiapkan untuk kepentingan pembelajaran. Ada satu lagi yang membuat saya bergembira bahwa presensi melalui aplikasi ctrl juga bisa dilakukan. Pada waktu saya di Jakarta saya pernah mengundang Tim PUSTIPEDE UIN Sunan Ampel Surabaya, dan salah satu kritik saya waktu itu adalah bagaimana caranya agar dosen bisa presensi di mana saja. Tidak harus datang ke kantor tetapi bisa absensi di tempat dia sedang beraktifitas, dan semuanya bisa dikonversi menjadi Beban Kerja Dosen (BKD). Sayangnya pada waktu itu belum mampu terjawab. Tetapi bertepatan dengan Work From Home (WFH) dan Learning at Home, maka bersamaan dengan kehadiran covid maka inovasi baru bisa dihadirkan juga.

Seirama dengan larangan untuk mudik sebagai tradisi liminal tahunan menjelang dan sesudah puasa ramadlan, maka yang bisa menjadi harapan untuk menggantikannya adalah silaturrahim virtual. Pemerintah tidak lagi memberikan kelonggaran untuk acara mudik yang telah mentradisi bagi masyarakat Indonesia ini. PSBB yang telah diterapkannya diikuti dengan pengawasan ketat oleh tim Kepolisian dan tim kerja penagnggulangan covid di seluruh Indonesia. tidak hanya di kota tetapi juga di desa-desa secara serentak melakukan pembatasan tersebut. jika ada orang yang sengaja mudik atau pulang dari daerah terpapar, maka harus dikarantina selama 14 hari dengan pengawasan dan pemeriksaan yang ketat dan ditempatkan di tempat yang sudah disediakan. Bisa di Balai Kelurahan atau Balai Desa atau lainnya.

Oleh karena itu kiranya kita tidak perlu nekad untuk silaturrahim dengan cara yang tradisional. Di tengah suasana seperti ini, maka kita bisa menggunakan cara modern sebagaimana yang dilakukan oleh orang modern. Dunia TI sudah tidak lagi menjadi domain orang kota atau orang metropolis, akan tetapi sungguh sudah menjadi domain semua orang.

Kita tentu bersyukur bahwa dunia TI yang memiliki dampak negatif seperti media sosial untuk penyebaran informasi kebohongan publik atau hoaks ternyata bisa diimbangi dengan penggunaan TI untuk kepentingan kebaikan, dan salah satunya adalah menggantikan silaturrahim tradisional dengan sillaturrahim virtual.

Cara ini yang seharusnya digunakan di era sekarang ini. Kita bisa saling melepas rindu, memohon maaf dan juga berkasih sayang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..