IAIN SA HARUS GO INTERNASIONAL
Salah satu tantangan IAIN Sunan Ampel ke depan adalah globalisasi pendidikan tinggi. Di tahun 2011, tantangan Perguruan Tinggi (PT) adalah bagaimana PT harus hidup di tengah dunia kompetisi global yang semakin nyata. Makanya di tahun 2010 harus menjadi titik awal dalam kerangka menjemput berbagai macam kompetisi yang memang menjadi awal pertarungan di dunia PT. Di dalam kerangka itulah maka semua komponen PT harus bekerja keras untuk bersiap melakukan kompetisi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Untuk menyongsong 2011 tersebut, maka IAIN Sunan Ampel sudah mencanangkan lima hal utama atau prioritas program yang akan dikedepankan, yaitu: pertama, penguatan dan pengembangan kelembagaan. Saya menangkap ada keinginan yang sangat kuat di kalangan dosen-dosen muda untuk menjadikan IAIN Sunan Ampel sebagai suatu lembaga yang kuat dan berwibawa. Penguatan kelembagaan tersebut dilakukan tidak hanya dengan penambahan program studi dan penguatan program studi yang sudah ada dan eksis, akan tetapi juga dengan mengembangan wider mandate menjadi universitas. Sebuah tim yang melibatkan dosen-dosen muda yang visioner sudah bekerja dan diharapkan di paroh pertama tahun 2010 ini sudah dapat menyelesaikan proposal untuk pengembangan tersebut. Saya sungguh bersyukur bahwa di tahun 2009, ada tambahan prodi baru, yaitu prodi Sastra Inggris dan sedang dalam proses prodi Ilmu Perpustakaan. Selain itu juga terdapat penguatan tiga prodi yang diharapkan akan menjadi ikon klas internasional, yaitu prodi Pengembangan Masyarakat Islam (Islamic Community Development), Sejarah Peradaban Islam (The History of Islamic Civilizations) dan Tafsir Hadits (Hadits and Qur’anic Exegesis).
Kedua, pengembangan sarana dan prasarana. Tidak bisa dipungkiri bahwa prasarana dan sarana pendidikan tinggi harus ekselen. Saya menganut paham bahwa sarana yang sangat baik akan menjadi wadah yang kondusif dalam rangka program pembelajaran yang baik. Ketersediaan ruang laboratorium, ruang kuliah, ruang administratif, ruang pelayanan, ruang ibadah, ruang perpustakaan, ruang komputer, ruang ICT, ruang pelatihan, dan ruang lain yang terkait dengan eksistensi PT haruslah sangat memadai. Di dalam kerangka inilah maka percepatan pengembangan fisik menjadi sangat mendasar. Tahun 2011 diharapkan bahwa loan dari IDB akan dapat membantu tercapainya pengembangan fisik IAIN Sunan Ampel. Makanya pada tahun 2010 harus dimaksimalkan untuk melakukan negosiasi dengan berbagai pihak untuk mengakses pengembangan fisik IAIN Sunan Ampel.
Ketiga, mengembangkan ICT sebagai bagian penting dari upaya untuk menjadi perguruan tinggi yang memiliki peringkat dunia. Tentu IAIN Sunan Ampel masih harus melakukan persiapan matang untuk mengarah ke World Class University (WCU), sebab untuk masuk ke peringkat tersebut harus memiliki kapasitas yang memadai. Capaian ke arah itu masih panjang, tetapi bukan berarti tidak bisa. Dalam perbincangan di Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) bersama empat perguruan tinggi lainnya: UIN Jakarta, UIN Jogyakarta, UIN Malang dan IAIN Sunan Ampel, maka diputuskan agar ada sekurang-kurangnya di tahun depan sebuah perguruan tinggi Islam yang masuk peringkat webometrics. Perburuan peringkat ini mesti dilakukan dengan merumuskan persiapan-persiapan ke arah itu. IAIN Sunan Ampel telah memiliki sejumlah kapabilitas untuk memasuki peringkat tersebut secepat-cepatnya tiga tahun lagi.
Keempat, internasionalisasi dosen IAIN Sunan Ampel. Ke depan harus semakin banyak dosen IAIN Sunan Ampel yang memiliki pengalaman internasional. Melalui kerjasama dengan Melbourne University, maka sampai tahun 2012 akan dikirim sebanyak 45 orang dosen untuk mengambil shortcourse dalam bidang penelitian, pengajaran bahasa Arab dan manajemen. Kemudian juga sedang diupayakan agar ada kerjasama dengan perguruan tinggi di Mesir atau lembaga-lembaga pendidikan bahasa Arab yang jika MoU-nya sudah disepakati juga dalam kurun waktu tiga tahun akan dikirim sejumlah 45 orang dosen. Berarti dalam jangka tiga tahun akan terdapat sebanyak 90 dosen yang memiliki pengalaman internasional. Dengan demikian akan semakin banyak dosen yang akan memiliki pengalaman internasional dalam bentuk pendidikan degree maupun non degree. Apalagi program SILe juga akan dilaksanakan tahun 2010 yang salah satu programnya adalah pengiriman dosen untuk belajar di luar negeri. Jadi dalam kurun waktu tiga tahun ke depan akan terdapat sekurang-kurangnya 40% dosen yang memiliki pengalaman internasional. Program ini dilakukan setelah semakin banyak dosen yang bergelar doktor dan sedang mengambil program doktor, sehingga mereka harus memiliki pengalaman internasional dalam kerangka melengkapi pengetahuan akademiknya.
Kelima, internasionalisasi mahasiswa. Institusi pendidikan tinggi harus menjadi center of exellence bagi semua mahasiswa di tingkat nasional maupun internasional. Makanya, salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 2010 adalah bagaimana IAIN Sunan Ampel dapat menjadi ajang pendidikan bagi mahasiswa asing. Di dalam hal ini, maka jaringan dengan lembaga-lembaga pendidikan di negara asing harus ditingkatkan. Misalnya dengan Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Filipina dan sebagainya. Maka, semua pimpinan institusi pendidikan tinggi ini harus memprioritaskan kerjasama dengan lembaga pendidikan selevel sekolah menengah atas (high school) di luar negeri agar bisa mengirimkan calon mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan di IAIN Sunan Ampel.
Tentu masih banyak program yang akan dicanangkan. Namun demikian, lima hal ini merupakan prioritas program yang akan menjadikan IAIN Sunan Ampel ”go international”
Wallahu a’lam bi al shawab.