Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GURU HARUS INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN

Ada satu statemen yang saya sampaikan kepada para guru madrasah bahwa “kita harus mengubah mindset kita di era semakin menguatnya penerapan teknologi informasi di era sekarang. Jika kita tidak mengubah mindset kita bersearah dengan perubahan yang semakin cepat ini, maka kita akan ketinggalan atau ditinggalkan oleh dunia di mana kita mengabdikan diri”.

Quote ini saya sampaikan untuk mengakhiri perbincangan bersama dengan para guru di Hotel Swiss Belhotel, Waru Sidoarjo, Jum’at 14 Pebruari 2020. Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) pada Ditjen Pendidikan Islam Kemenag. Saya bersyukur dilibatkan oleh Prof. Dr. Suyitno, Direktur GTK, untuk mengisi acara ini. Kegiatan ini diikuti oleh Kepala Madrasah, Guru dan Pengawas Pendidikan dari seluruh kabupaten/kota di Surabaya.

Saya merasa senang karena ada beberapa pertanyaan guru yang menggelitik dan sangat pantas untuk dibahas. Di antara pertanyaan tersebut adalah: 1) Apakah kami harus menggunakan smartphone dalam program pembelajaran, mengingat bahwa smartphone tersebut bisa berisi hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk. Jika diharuskan untuk menggunakannya tentu harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan termonitor dengan jelas. 2) Kita berhadapan dengan kenyataan bahwa tidak semua orang tua setuju anaknya membawa HP ke sekolah. Dikhawatirkan bahwa HP dapat mempengaruhi terhadap program pembelajaran, apakah diperlukan regulasi untuk mengatur hal ini. 3) Kami sudah memiliki MoU dengan salah satu vendor untuk digitalisasi program pendidikan di madrasah, tetapi ada sekian banyak guru yang mengkritisi dan menolak terhadap program ini. Menurutnya, program ini mahal dan belum tentu bermanfaat. 4) Kami sudah menerapkan program pembelajarn berbasis IT, bahkan sebelum smartphone berkembang. Pada waktu itu kami menggunakan PC di kelas dan siswa dwajibkan belajar dengannya. Program ini berhasil, namun ada kendala misalnya ada siswa yang kemudian membuka situs yang negatif, juga iklan yang memang disediakan oleh jasa layanan internet. Bagaimana harus menyikapi hal-hal semacam ini. 5) Guru memang diciptakan untuk mengajar dan sekaligus mendidik, artinya guru harus memiliki tanggungjawab yang besar agar anak didiknya menjadi generasi yang lebih baik di masa depan, hanya saja kendalanya adalah banyaknya konten yang negatif dan tidak bertanggungjawab dan terkadang bisa diakses oleh siswa, bagaimana terhadap hal ini.

Pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik dari para guru, sebab pertanyaan ini berbasis pada pengalaman lapangan dalam proses pembelajaran. Terhadap pertanyaan ini, saya memberikan jawaban sesuai dengan kapasitas saya untuk merespon pertanyaan ini. Pertama, sekarang ini era aplikasi pembelajaran mendominasi terhadap dunia pendidikan. Bayangkan aplikasi Ruang Guru, bisa menyewa TV Swasta Nasional untuk dijadikan sebagai medium mempromosikan aplikasi Ruang Guru dalam satu jam tayangan. Bukan sesuatu yang murah, tetapi hal ini dilakukan tentu targetnya adalah agar aplikasi Ruang Guru semakin dikenal, dan tentu tidak hanya materi yang didapatkan, akan tetapi juga imej tentang kehebatan Ruang Guru sebagai aplikasi penting. Para guru harus melakukan perubahan mendasar tentang mind set, bahwa guru sekarang harus berbeda dengan guru di masa lalu. Guru sekarang harus memahami aplikasi-aplikasi modern agar dia dapat bertahan juga reputasinya. Guru yang hebat sekarang adalah guru yang mampu untuk mengajar dengan penguatan aplikasi yang disukai siswa.

Kedua, saya berkeyakinan bahwa para guru madrasah tentu sudah akrab dengan teknologi informasi, khususnya media sosial. Beberapa saat yang lalu, saya bertemu dengan sejumlah siswa dari seluruh Indonesia dalam acara tentang pendidikan Islam multikultural, dan saya dibuat kagum sebab anak-anak sekolah menengah ternyata sudah akrab dengan media sosial. Twitter, facebook, whatapp., dan sebagainya sudah dikuasainya. Hal ini menandakan bahwa para siswa kita sudah memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi, khususnya media sosial. Oleh karena itu jika terdapat guru yang sudah menerapkan aplikasi pengajaran, mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan media sosial, dan juga bereksperimentasi tentang penggunaan TI untuk pembelajaran tentu suatu yang sangat dipahami. Hanya saja saya kira yang penitng adalah bagaimana kontrol guru, orang tua dan lingkungan pendidikan yang juga sangat penting agar anak-anak tidak salah arah dalam penggunaan media sosial. Perlu ada literasi media untuk kepentingan ini, tidak hanya anak didik tetapi juga orangtua.

Ketiga, saya sependapat bahwa memang diperlukan regulasi untuk kepentingan pembelajaran berbasis IT. Sekedar pemikiran, mungkin juga perlu dipilih mata pelajaran apa saja yang bisa di-IT-kan. Tidak perlu semua. Pelajaran yang sangat rumit untuk dijelaskan secara verbal barangkali perlu tambahan instrumen untuk memperkuatnya, misalnya kimia, biologi, fisika, matematika dan yang dianggap urgen. Nah kepentingan regulasi adalah untuk memastikan bahwa seluruh lembaga pendidikan dasar dan menengah sudah menerapkan instrumen TI, dan juga memastikan bagi orang tua bahwa membawa smart phone ke sekolah atau madrasah bisa dilakukan “hanya” untuk kepentingan pembelajaran.

Saya optimis bahwa menghadapi era TI seperti sekarang, dan jika ada yang melakukan penolakan terhadap inovasi, tentu para pimpinan madrasah harus menawabnya dengan bukti nyata bahwa TI itu sedemikian penting. Setiap menghadapi inovasi dipastikan ada yang mendukung dan menolak. Jalan terus pantang menyerah. Para guru harus mengubah pemikiran, bahwa guru harus mengikuti perkembangan zaman, dan sekarang eranya bukan besuk atau lusa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..