MENJADI SARJANA YANG PROFESIONAL
MENJADI SARJANA YANG PROFESIONAL
Meskipun sarjana atau lulusan strata satu dalam KKNI berlevel 6 atau seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah dengan pendekatan monodisiplin, akan tetapi tidak berarti bahwa sarjana itu tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam bidangnya. Itulah pesan inti yang saya sampaikan dalam acara pembekalan bagi para mahasiswa yang diyudisium oleh IAIN Kediri, 24/11/2019, di Aula IAIN Kediri. Yang diyudisium sejumlah 582 orang dari berbagai Fakultas di IAIN Kediri.
Hadir pada acara ini adalah Rektor IAIN Kediri, Dr. Nurhamid, para wakil rector, dekan dan wakil dekan, para dosen, Kabiro IAIN Kediri dan jajaran pejabat serta para mahasiswa dan mahasiswi IAIN Kediri. Saya tentu bersyukur bisa bertemu dengan para mahasiswa yang hari ini diyudisium dan juga bisa melihat kembali perkembangan IAIN Kediri pasca transformasi dari STAIN Kediri, dua tahun yang lalu. Perkembangan fisiknya tentu sangat baik berkat sentuhan anggaran SBSN yang menjadi skema Kemenag dalam kerangka memperkuat sarana dan prasarana pendidikan pada PTKIN.
Saya menyampaikan tiga hal terkait dengan pembekalan pada para mahasiswa yang diyudisium. Pertama, saya mengapresiasi dengan sangat mendalam atas penyelesaian studi, baik untuk program sarjana maupun pasca sarjana. Saya menyatakan bahwa “saudara-saudara yang diyudisium hari ini adalah orang-orang hebat, dan pasti dilahirkan dari orang-orang hebat”. Jika orang tua kita tidak hebat pasti kita tidak akan bisa meraih titel sarjana atau pasca sarjana. Apapun fakultas anda dipastikan bahwa anda dan orang tua anda adalah orang-orang yang terpilih untuk menghadirkan orang-orang hebat”. Ada sebuah pernyataan orang tua (Bapak) saya, yang selalu saya kenang sebelum Beliau meninggal. Pada suatu sore ba’da maghrib, Beliau menyatakan dalam bahasa Jawa, kira-kira dalam bahasa Indonesia bisa dinyatakan: “aku ingin menyekolahkan kamu tinggi sekali, tetapi rasanya sudah tidak kuat”. Pagi hari jam 05.00 WIB, pagi tanggal 1 Ramadlan, beliau dipanggil kembali oleh Allah”. Kata-kata ini yang memicu saya untuk terus dan terus sekolah melawan terhadap keinginan masyarakat agar saya berhenti sekolah”. Jadi, saya yakin bahwa orang tua anda adalah orang-orang yang hebat dengan cita-cita yang sangat baik untuk pendidikan anak-anaknya.
Ucapan selamat juga pantas saya sampaikan kepada jajaran Rektorat, Dekanat, dan para tenaga kependidikan yang sudah melayani dan memberikan ilmunya kepada anda semua. Tanpa kehadiran dosen dan tenaga akademik, maka mustahil anda bisa duduk dalam barisan para sarjana yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan para pemuda lainnya. Ketulusan para dosen akan menentukan bagaimana kehidupan anda di masa yang akan datang. Pada dosen adalah orang yang membuka jendela rumah ilmu pengetahuan. Dan anda yang melanglang dunia ilmu di rumah ilmu pengetahuan tersebut. Kita adalah “the Seeker”, “the Explorer” yang bisa membuka pintu demi pintu pengetahuan yang sudah dibuka oleh para dosen.
Kedua, para alumni pendidikan tinggi memiliki tantangan yang sangat besar di era perkembangan teknologi informasi. Tantangan tersebut berupa semakin menguatnya artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan seperti robot yang multifungsi. Robot rumah tangga akan bisa melayani kebutuhan dalam pelayanan kerumahtanggaan, mobil tanpa supir yang dibuat oleh Volvo dan juga truck tanpa sopir yang diinsiatifkan oleh Daimler akan mengubah peta tenaga kerja. Lalu juga munculnya aplikasi-aplikasi di bidang pendidikan juga akan mengubah peta dunia pendidikan menjadi “berkurangnya” peran guru atau dosen dan sebagainya.
Kita sedang berada di era milenial dengan ciri khasnya yang unik. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IDN Research Center tentang “Indonesia Milenial Report 2019” dinyatakan bahwa 47,7 persen generasi milenal memperoleh pekerjaan lewat media sosial. Dan mereka bekerja reratanya 2-3 tahun saja. Mereka suka melakukan perpindahan, dengan alasan mencari pekerjaan yang bebas berinovasi, nyaman dalam waktu dan disupport oleh team. Hal ini tentu dikaitkan dengan generasi milenial yang memang menguasai TI sangat baik, dalam belajar mereka mencari pengalaman, tukang explorer, suka yang hal-hal yang bersifat instant, tetapi memiliki kemampuan kolaborasi atau kerja sama team yang sangat baik.
Lalu, tantangan pekerjaan di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang memastikan tidak ada proteksi dan pembatasan masuknya tenaga kerja asing yang professional. Jika kita teriak tentang masuknya tenaga kerja Cina ke Indonesia tentu disebabkan yang masuk bukan tenaga kerja professional dimaksud. Ke depan, tenaga professional akan semakin banyak bekerja di Indonesia. Negara seperti Filipina telah mengirim paramedic ke Arab Saudi karena mereka memiliki kemampuan bahasa Inggris dan professional dalam bekerja. Ini adalah contoh yang baik bagi tenaga kerja Indonesia.
Selain itu juga tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sekarang memasuki era baru, berupa kecenderungan generasi milenial yaitu kecenderungan untuk memasuki ajaran agama yang radikal. Hasil survey IDN Research Center 2019 menggambarkan bahwa sebanyak 19,5 persen generasi milenial mendukung adanya khilafa, sementara 81,5 persen mendukung NKRI. Ini adalah early warning bagi para generasi senior bahwa ada perkembangan baru di kalangan anak-anak muda kita di Indonesia. Kewaspadaan sangat diperlukan dalam kerangka membentengi terhadap keberlangsungan NKRI dengan Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945 sebagai landasan yuridisnya.
Ketiga, apa yang bisa dilakukan?. Saya menyatakan bahwa kita harus memasuki dunia global dengan kepala tegak. Caranya ialah dengan menguasai piranti dunia global, yaitu kemampuan bahasa yang baik, dan kemampuan TI yang memadai. Jangan berpikir bahwa “saya bukan alumni TI”, tetapi yang penting adalah bagaimana kita bisa berkolaborasi untuk mengembangkan pekerjaan berbasis TI. Mas Nadim Makarim tidak bekerja sendiri dengan Go Jek, lalu berkembang menjadi Go Pay, Go Food, Go Send, Go Massage dan sebagainya. Semua dikerjakan oleh team. Jack Ma, raja pebisnis on line, Alibaba.com juga guru bahasa Inggris yang karena kecerdasannya bisa bekerja sama dengan para ahli TI untuk mengembangkan bisnis yang sekarang bahkan sudah mengalahkan Amazon.com.
Kuasai Bahasa dunia (Arab, Inggris dan lainnya) dengan baik, kuatkan kolaborasi dan kerja sama antar bidang serta kuasai teknologi informasi dengan baik, maka kita akan bisa bersaing dengan orang lain. Jadilah guru yang menguasai aplikasi teknologi pembelajaran, kuasai aplikasi pembelajaran tafsir dan hadits, atau ilmu al Qur’an, Kuasai hukum Islam dengan baik melalui kemampuan TI yang memadai, maka kita akan bisa bersaing dengan para competitor. Jika saya dan generasi “colonial” untuk menyebut generasi “baby boomer” cukup dengan kemampuan dasar saja tentang TI, maka anda sebagai generasi milenial harus memahami aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan untuk bekerja.
Jadilah orang professional, yaitu orang yang tidak ketinggalan dengan zamannya. Jangan menjadi generasi masa lalu di era generasi milenial. Jadilah generasi milenial dengan pemikiran dan aksi milenial. Saya berkeyakinan bahwa sebagai orang hebat kita pasti akan bisa melampaui tantangan demi tantangan dengan kepala tegak dan dada membusung.
Kita sudah memiliki value, believing, berpikir independent, kerja sama tim yang baik dan juga kepedulian pada orang lain. Modalitas ini saya kira perlu dijadikan sebagai kekuatan dalam meraih masa depan yang jauh lebih baik. Man jadda wa jadda.
Wallahu a’lam bi al shawab.