Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENDIDIKAN TINGGI BAGI GENERASI MILENIAL DI ERA DISRUPTIF

PENDIDIKAN TINGGI BAGI GENERASI MILENIAL DI ERA DISRUPTIF

Ketika Prof. Clayton Christensen dari School of Business Harvard University menyatakan bahwa dalam jangka 10-15 tahun banyak perguruan tinggi di Amerika Serikat yang akan kolaps, mungkin kita bertanya, apakah benar pernyataan ini, dan apakah sejauh itu pengaruh teknologi informasi terhadap dunia pendidikan tinggi? Dan kemudian pertanyaan bisa dilanjutkan, bagaimana dengan PT di Indonesia?

Inilah yang saya kira akan menjadi tantangan para pengelola pendidikan tinggi, tenaga pendidik dan kependidikan di PT, bahwa ke depan harus terdapat sejumlah inovasi terutama dalam menjawab tuntutan dunia milenial yang di dalamnya terdapat era disruptif. Dan salah satu pemicunya adalah semakin menguatnya era teknologi tinggi dan semakin kuatnya artificial intelligent, yang kehadirannya tidak bisa dihindari di manapun di belahan dunia ini.

Namun demikian, saya merasa senang bahwa respon pendidikan tinggi di era milenial sungguh sangat luar biasa. Terbukti betapa banyaknya tulisan dari berbagai ahli tentang bagaimana merespon tantangan era milenial dengan era disruptifnya tersebut. Di beberapa negara seperti Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Jepang, bahkan Malaysia dan lainnya sudah melakukan perubahan-perubahan yang terkait dengan bagaimana menghadapi era teknologi informasi.

Untuk merespon hal di atas, kemarin terdapat tiga tulisan di Jawa Pos (11/11/2019) tentang bagaimana PT di Indonesia menghadapi era milenial. Yaitu tulisan Bagong Suyanto dan Suko Widodo dengan tema “PT di Era dan Generasi Milenial” dan tulisan Prof. Muhammad Nasich, Rektor Universitas Airlangga, yang lebih optimis dalam menyikapi terhadap perubahan di era milenial dengan topik “Optimisme dan Pendidikan Milenial di Era Disrupsi”. Di banyak kesempatan, saya juga selalu menyampaikan bahwa tantangan generasi milenial dengan dunia pendidikan tingginya sungguh merupakan tantangan yang tidak sederhana.

Ada beberapa tantangan yang nyata: pertama, ke depan akan semakin banyak lembaga pendidikan yang harus lebih terfokus pada penerapan teknologi informasi di dalam program pembelajaran. Kolapsnya 50 persen PT di Amerika Serikat disebabkan oleh keterlambatan mereka menerapkan program berbasis IT di dalam pembelajannya. Jadi, siapa yang tidak siap dengan distance learning, maka akan menuai kata: the death of university.

Kedua, Tantangan berikutnya adalah semakin menguatnya penggunaan daring system di dalam proses pembelajaran, sehingga ke depan tidak diperlukan ruang-ruang besar untuk perkuliahan tutorial. Yang diperlukan adalah ruang-ruang yang berisi infrastruktur lengkap dalam program pembelajaran yang berbasis IT. Jadi bisa dibayangkan ke depan bahwa gedung-gedung yang megah dan besar sebenarnya tidak terlalu siginfikan kegunaannya sebab ruang yang relevan dengan program distance learning saja yang diperlukan.

Ketiga, semakin menguatnya aplikasi dalam program pembelajaran. Tidak bisa dipungkiri bahwa ke depan akan semakin menguat penerapan aplikasi dalam program pembelajaran. Di kalangan siswa SMA/SMK/MA sudah terdapat sekian banyak aplikasi yang digunakan di dalam kerangka memberikan kemudahan untuk belajar, misalnya Ruangguru, Edmodo dan sebagainya. Edmodo biasa digunakan di dalam pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan ruangguru bisa dilakukan sendiri dengan penggunaan aplikasi tersebut. Bahkan ada sebanyak 15 aplikasi baru yang sudah dilaunching di media sosial. Dewasa ini kita sudah berada di pasar raya aplikasi dan kita bisa memilih mana yang relavan dengan yang dibutuhkan. Inilah era yang disebut sebagai “The Death of Expertise”. Guru dan dosen harus berbagai peran dengan teknologi informasi karena kehadiran aplikasi pembelajaran.

Keempat, Tidak hanya program pembelajaran tetapi juga bagaimana intervensi TI untuk analisis data dalam penulisan karya ilmiah dan juga problem solving. Saya diberitahukan oleh Dr. Lilik Hamidah tentang ditemukannya aplikasi Drone Emprit yang diciptakan oleh Dosen ITB, Ismail Fahmi, PhD. Melalui aplikasi ini, maka seorang pengkaji atau peneliti akan bisa memahami struktur jaringan dalam komunikasi melalui media sosial atau media komunikasi lainnya. Jika ada hoaks, misalnya akan bisa diketahui dari mana mula-mula penyebarnya dan bagaimana persebarannya bahkan struktur persebarannya. Sungguh merupakan aplikasi yang sangat penting di tengah keinginan untuk membangun komunikasi beradab yang sesungguhnya diperlukan di era sekarang dan mendatang, dan juga untuk kepentingan penelitian yang lebih mendasar dengan cakupan yang bermakna.

Oleh karena itu, seharusnya institusi pendidikan tinggi haruslah melakukan beberapa upaya dalam kerangka menyiapkan generasi milenial yang lebih kaya wawasan dan penuh optimisme, yaitu:

  • supaya institusi pendidikan tinggi menyiapkan instrument untuk menyongsong era baru pendidikan berbasis TI. Sudah saatnya dilakukan perencanaan berbasis kebutuhan TI di masa depan. Lima sampai 10 tahun ke depan sudah tidak perlu lagi membangun fisik ruang kelas dan bangunan megah untuk kantor dan sarana prasarana perkuliahan. Akan tetapi yang urgent adalah menyusun perencanaan untuk mengembangkan basis infrastruktur high level untuk information technology.
  • Kemudian dipersiapkan SDM andal yang mampu menggawanginya. Siapkan rekruitmen yang memadai untuk menyongsong era baru ini dengan SDM IT yang berkelas dengan kemampuan programing, pendataan, dan analisis IT yang kuat untuk mempersiapkan kelas dan SDM dosen untuk kepentingan distance learning.
  • Mulai harus diadakan sekurang-kurangnya adalah media track untuk mengetahui arus atau alur berita dan trendnya, sehingga para pimpinan dan dosen memahami trend-trend pemberitaan melalui berbagai media. bagaimana trend berita agama, politik, sosial, budaya, keamanan bahkan gossip. Dengan cara ini maka akan dengan mudah untuk melihat trend berita yang haruis direspon dan mana yang dipinggirkan saja.
  • Jika bisa seharusnya menuju ke media intelligent untuk memahami lebih jauh trend dan struktur pemberitaan di media, baik media sosial maupun media pada umumnya. Sungguh sudah saatnya institusi pendidikan tinggi memiliki infrastrukur seperti ini, sebab hanya dari dunia kampus orang akan mendengarkan tentang kebaikan dan kebenaran sebagaimana kampus seharusnya memang berisi hal-hal luar biasa ini.
  • Untuk hal ini semua, maka kata kuncinya ialah pemihakan. Harus ada yang berani mengambil eksekusi mana yang didahulukan dan mana yang ditangguhkan. Tanpa keberanian ini rasanya semua hanya akan berjalan wajar saja dan easy going.

Wallahu a’lam bi alshawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..