Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJADI PEMBIMBING MANASIK HAJI PROFESIONAL

MENJADI PEMBIMBING MANASIK HAJI PROFESIONAL

Secara mendadak saya dihubungi oleh Pak Cholil agar bisa memberikan materi dalam Program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji, kerjasama antara Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan Direktorat Jenderal Pelayanan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI. Ternyata Pak Cholil meneruskan pembicaraan Pak Dr. Agus Santoso agar kiranya saya dapat terlibat di dalam program dimaksud.

Pak Agus juga WA saya terkait dengan hal ini. Sebagai balasan kepada Pak Agus saya sampaikan bahwa saya siap untuk terlibat dengan catatan saya akan menyampaikan dimensi managemen yang sedikit banyak saya kuasai. Saya tidak akan bercerita tentang conten ibadah haji. Maka, jadilah saya memberikan materi tersebut di Asrama Haji Sukolilo, 3/10/2019.

Secara umum, saya sampaikan tiga hal, yaitu: pertama, standarisasi dan sertifikasi.

Standar ialah suatu usaha melalui program atau kegiatan dalam rangka menetapkan kepastian atau ketentuan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bersama. Jadi, ada beberapa hal yang pasti, yaitu: dipastikan ada usaha atau kegiatannya, dipastikan ada aturan atau kepastian ukurannya atau parameternya, dipastikan ada yang dinyatakan standar dan tidak standar. Standarisasi ialah upaya untuk melakukan bersama-sama dalam mencapai standar dimaksud.

Sedangkan sertifikasi adalah hal yang lain. Sertifikasi ialah program atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk menetapkan seseorang atau individu yang memiliki kualifikasi dalam bidang tertentu dan dilakukan oleh institusi yang berkompeten. Di dalam sertifikasi juga harus ada kepastian. Dipastikan ada program atau kegiatan, dipastikan ada standarisasi keahliannya, dipastikan ada keputusan atau penetapan ahli atau tidak ahli. Program sertifikasi disebut juga sebagai sertifikasi profesi.

Sedangkan manasik haji ialah program atau kegiatan untuk memberikan peragaan tentang tatacara melakukan ibadah haji. Untuk beribadah yang baik, maka dipastikan niat, tujuan dan maknanya benar, dipastikan bahwa tatacaranya benar, dipastikan prosesnya benar, dipastikan tempatnya benar, dipastikan waktunya benar, dipastikan doa ibadahnya benar. Serta dipastikan rukun, wajib dan sunnahnya benar.

Kedua, Bekal pengalaman berhaji. Saya berpendapat bahwa pelatihan manasik haji bukan memberikan pengetahuan tentang berhaji, sebab manasik haji merupakan program atau kegiatan pelatihan yang berbasis pada pengalaman berhaji. Manasik haji memberikan bekal pengalaman yang pernah dilakukan oleh pembimbing tentang bagaimana melaksanakan ibadah haji. Para pembimbing harus memahami tentang sekian banyak problem yang dimiliki oleh calon Jemaah haji (calhaj).

Ada beberapa problema yang mendasar terkait dengan jamaah haji. Kebanyakan jamaah haji merupakan individu dengan tingkat literasi keislaman yang belum optimal. Kebanyakan jamaah haji kita berasal dari masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Kebanyakan jamaah haji kita orang pedesaan dengan tingkat literasi kewilayahan yang rendah. Kebanyakan jamaah haji kita itu tidak memiliki pengalaman menggunakan transportasi udara. Kebanyakan jamaah haji kita berasal dari daerah yang bervariasi. Banyak calhaj yang berusia tua, kira-kira 30 persen. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan secara   mendalam tentang ibadah haji, baik yang bercorak fisikal maupun non fisikal.

Para jamaah haji perlu mengenal titik-titik rawan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Diperlukan memahami problem utama haji, baik dari sisi teknologikal, fisikal maupun spiritual. Selain itu juga diperlukan untuk mengajarkan tentang pentingnya kelompok, regu dan kebersamaan.

Ketiga, Manajemen Manasik Haji. Dalam kerangka memperkuat pemahaman para jamaah haji, agar tujuan haji mabrur dapat ditunaikan, maka tata kelola bimbingan manasik haji yang baik tentu diperlukan untuk penyiapan jamaah haji. Pelatihan harus menggambarkan bahwa tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan manasik haji akan menentukan terhadap keberhasilan haji secara umum maupun khusus. Dan juga untuk menjelaskan bahwa melalui tata kelola yang baik akan dapat memberikan jaminan tentang kepuasan pelanggan.

Kita sekarang telah memasuki dunia manajemen baru. Di antara ragam manajemen, maka manajeman pelayanan termasuk bagian dari manajemen kinerja atau performance management. Tujuan manajemen kinerja ialah memastikan bahwa semua proses, prosedur, content dan produk sesuai antara perencanaan dan produknya (target dan capaian). Tujuan pelayanan ialah memastikan bahwa pelanggan kita puas (customer satisfaction). Bahkan Jika mungkin sampai loyalitas pelanggan (customer loyalty).

Sebagai manajemen modern, manajemen pelayanan tentu mengandaikan bahwa calhaj kita adalah orang yang bisa dilatih sesuai dengan pedoman manasik yang sudah baku. Ada prinsip bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menyerap pengetahuan dan pengalaman yang ditransfer oleh petugas, meskipun dalam kapasitas penerimaan yang berbeda-beda. Di sinilah kearifan para petugas untuk menterjemahkan pengetahuan dan pengalaman agar dapat dipindahkan kepada para calhaj.

Di dalam manajemen performa, maka ada beberapa prinsip, yaitu: (1) menentukan sasaran program. Jadi, Tentukan siapa sasaran yang akan dilatih untuk manasik haji. Kenali dengan baik siapa mereka. Kenali dengan baik kemampuan mereka dalam ilmu keislaman, khususnya ibadah haji. Kenali dengan memadai tentang latar keagamaannya. Kenali dengan memadai tentang latar kehidupan sosialnya. (2) Indikator Sasaran: Berapa persen yang memiliki kemampuan cukup memadai tentang agamanya. Berapa persen yang dapat membaca dan menulis dengan baik. Berapa persen yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan berapa yang tidak. Berapa yang bisa berbahasa selain bahasa daerah dan Bahasa Indonesia. Berapa persen yang berlatarbelakang organisasi keagamaan. Berapa persen yang sudah saling mengenal di antara mereka. Berapa persen calhaj yang diinginkan untuk dapat memahami dan mengaplikasikan tata cara memakai ihram dan dam. Berapa persen calhaj yang diinginkan untuk memahami tata cara thawaf. Berapa persen calhaj yang diinginkan untuk memahami tata cara sa’i dan tahallul. Berapa persen calhaj yang diinginkan untuk memahami tata cara wukuf di Arafah. Berapa persen calhaj yang diinginkan untuk memahami tata cara mabid di Muzdalifah. Berapa persen yang diinginkan calhaj tentang tatacara melempar jamarat. Berapa persen clhaj yang diinginkan untuk memahami nafar awal dan tsani. Berapa persen yang diinginkan dari calhaj untuk memahami tentang shalat arbain. Berapa persen yang diinginkan dari calhaj untuk memahami tentang ziarah di Tanah Suci. Berapa persen yang diinginkan dari calhaj untuk memahami etika haji dan ziarah. (4) Capaian kinerja: Berapa persen capaian calhaj memiliki pemahaman dan mengaplikasikan tata cara memakai ihram dan dam. Berapa persen capaian calhaj yang memahami tata cara thawaf. Berapa persen capaian calhaj yang memahami tata cara sa’I dan tahallul. Berapa persen capaian calhaj yang memahami tata cara wukuf di Arafah. Berapa persen capaian calhaj yang memahami tata cara mabid di Muzdalifah

Secara hakiki, bahwa pembimbing bukan hanya sekedar trainer. Mereka para manasiker (sebutan yang saya berikan kepada pembimbing manasik) adalah pendidik, pelatih dan pemimpin. Sebagai pendidik maka harus menggunakan pendidikan base on pendidikan orang dewasa atau andragogi dengan prinsip memiliki konsep diri, memiliki akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, keinginan memanfaatkan hasil belajar, memiliki kemampuan belajar.

Sebagai pemimpin, maka manasiker harus menerapkan friendly leadership (kepemimpinan ramah atau kepemimpinan persahabatan). Tidak memandang orang lain berada di bawah kita. Tidak menanggap diri sebagai atasan atau yang paling hebat dalam segala hal. Menganggap orang lain adalah mitra kerja atau mitra belajar atau mitra ibadah. Dapat melakukan kerja sama atau kolaborasi. Dan ciri utamanya ialah kepemimpinan yang membawa kebahagiaan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..