PENDIDIKAN PEDULI ORANG MISKIN BERPRESTASI
Hari Rabu, 16 Desember 2009, Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, di Hotel Mason Pine, Jl Raya Parahyangan Padalarang, Jawa Barat melaunching program yang dikemas dalam penandatangan MoU antara Departemen Pendidikan Nasional yang dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Prof. Fasli Jalal dengan seluruh Rektor, Direktur dan KetuaPTN dan PTAIN di seluruh Indonesia. Program ini merupakan program baru yang dirancang dalam kerangka pemenuhan program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II yang penyelesaiannya bisa lebih cepat dari yang diperkirakan. Program ini dinamakan “Program Bidik Misi” Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi atau Beasiswa Pendidikan Bagi Calon Mahasiswa Berprestasi Dari Keluarga Kurang Mampu”.
Muhammad Nuh dalam sambutan singkatnya menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang perlu direnungkan bersama, Pertama, bahwa pendidikan harus memihak kepada orang miskin yang berprestasi, di tahun 2010 akan disiapkan sejumlah 20.000 anak-anak miskin yang dibantu dengan beasiswa. Mereka akan diseleksi dari anak-anak SMA/MA/SMK/MAK untuk masuk ke pendidikan tinggi dengan biaya pemerintah. Gerakan beasiswa peduli anak miskin berprestasi tersebut akan sangat bermakna. “Siapa tahu dari mereka ini nanti akan ada yang menjadi pemimpin bangsa, bahkan predisen RI yang ke berapa,” katanya.
Kedua, pemberian bea siswa anak miskin berprestasi ini melibatkan kerjasama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. Menurut Pak Nuh, bahwa ini adalah kali pertama dua institusi ini duduk bersama untuk sama-sama peduli terhadap pendidikan yang memihak kepada anak-anak miskin berprestasi. Dengan cara ini maka tidak ada lagi dikotomi antara pendidikan agama dan umum, sebab intinya adalah pendidikan.
Ketiga, sebagai pengabdi di bidang pendidikan bahwa tantangan kita tidak akan ada habisnya. Tantangan itu akan selalu ada. Sepanjang masih ada kehidupan dan pendidikan, maka selama itu akan terus ada tantangan itu. Makanya jangan terus menerus menambah tantangan akan tetapi bagaimana menjawab tantangan tersebut. Program ini merupakan jawaban atas kerisauan kita akan pendidikan yang berpihak kepada kemiskinan. Bari saja kita selesaikan tantang UN dan jawabannya adalah menjadi UN kredibel dalam pelaksanaan dan hasilnya. Dan melalui kerja sama para rektor, dengan instansi pendidikan dan sekolah-sekolah yang baik, maka diharapkan hasil UN akan bisa lebih baik dibanding tahun lalu. “Kita semua ini adalah orang cerdas, yang pasti akan dapat menjawab tantangan lebih cepat dari orang lain,” katanya.
Di dalam pemberian beasiswa ini, IAIN Sunan Ampel memperoleh jatah sebanyak 75 orang yang terdiri dari bantuan beasiswa untuk mahasiswa Tafsir hadits, Akidah dan Filsafat, Perbandingan Agama, Al-Ahwalusy Syakhsiyah, Jinayah Siyasah, Manajemen Dakwah, Pengembangan Masyarakat Islam, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bahasa dan sastra Arab serta Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Program ini memiliki visi: menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu untuk terus menempuh sampai ke jenjang pendidikan tinggi dan menghasilkan sumber saya insani yang mampu berperan dalam memutus rantai kemiskinan. Oleh karena itu menggunakan prinsip 3 T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Waktu dan Tepat Jumlah. Persyaratannya adalah siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun 2010. berprestasi dan orang tua/walinya kurang mampu secara ekonomi dan calon penerima beasiswa mempunyai prestasi akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yan diketahui oleh Kepala Sekolah/pimpinan Unit Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten/kota. Adapun prestasi akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 persen terbaik di kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler minimal peringkat ke-3 tingkat kabupaten/koya dan harus sesuai dengan program studi yang dipilih.
Memang, seharusnya pendidikan harus memihak kepada masyarakat miskin, sebab jika mereka tidak tersentuh oleh kebijakan yang pro poor tersebut maka mereka tidak akan mampu bersaing di tengah gencarnya “kapitalisme Pendidikan” yang semakin deras perjalanannya.
Program ini merupakan pemenuhan terhadap amanah Pembukaan UUD 1945, bahwa kemerdekaan hakikatnya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan untuk menjadi cerdas, maka salah satu caranya adalah melalui pendidikan.
Wallahu a’lam bi al shawab.