PUASA: MARI PERBANYAK DOA (24)
PUASA: MARI PERBANYAK DOA (24)
Pada tulisan sebelumnya, saya ungkapkan bahwa terdapat doa yang luar biasa cakupannya, dan sudah saya bahas tentang berdoa untuk keselamatan, kesehatan fisik dan rizki yang berkah. Maka saya sekarang akan membahas tentang kelanjutan doa tersebut, yaitu taubat sebelum meninggal, kerahmatan sewaktu meninggal, pengampunan sesudah kematian, dan kemudahan pada waktu meninggal serta dijauhkan dari siksa api neraka.
Meninggal atau mati adalah peristiwa perpindahan dari alam menjalankan perintah Allah ke alam barzakh atau alam mengetahui hasil menjalankan perintah Allah. Jadi sesungguhnya yang mati hanyalah fisiknya sementara ruhnya terus hidup dalam alam lainnya. Alam barzakh adalah alam penantian antara kehidupan di alam dunia dengan alam akherat. Di alam ini, sesungguhnya sudah ditunjukkan tentang apa balasan yang diberikan kepada manusia terkait dengan tindakan atau perilakunya di dalam dunia. Jadi sudah memperoleh gambaran sa’idun atau saqiyyun atau bahagia atau sengsara.
Yang selalu diinginkan oleh umat Islam ialah bagaimana bisa memperoleh pengampunan Allah sebelum meninggal. Doa yang banyak dibaca ialah “Allahummagh firli wa liwalidaiyya warhamhuma kama rabbayani shaghira”. Yang artinya: “Ya Allah ampuni kami dan kedua orang tua kami, dan rahmati kedua orang tua tersebut sebagaimana beliau telah mengasuh kami di kala kecil”. Doa ini yang saya kira banyak dilantunkan oleh anak untuk kedua orang tuanya. Betapa agungnya doa ini, dan doa ini insyaallah akan dikabulkan oleh Allah. Salah satu cara kita menyantuni orang tua kita yang sudah meninggal ialah mendoakannya di kala beliau sudah wafat.
Lalu, memperoleh kerahmatan pada waktu meninggal. Adakah yang lebih hebat dibandingkan dengan diberikannya rahmat oleh Allah pada saat kita menghembuskan nafas yang terakhir atau “khusnul khatimah”. Kita semua berharap bahwa keluarnya ruh dari badan kita itu seperti keadaan orang tertidur, sehingga tidak dirasakan sebagai peristiwa yang menyakitkan. Itulah sebabnya kita berdoa agar dirahmati Allah saat kematian menjemput.
Terdapat cerita dari Ensiklopedi Shirah Nabi Muhammad saw (yang saya ringkas), bahwa pada saat Nabi Muhammad saw sedang sakit dan ditunggui oleh Fathimah puteri kesayangannya dan beberapa sahabatnya, maka datanglah Malaikat Izrail, yang disuruh Allah untuk menjemput Nabi Muhammad menghadap ke hadirat-Nya dengan pesan jika Nabi mengizinkan, maka lakukan perintah ini tetapi jika Nabi Muhammad keberatan agar kembali saja.
Malaikat Izrail berpakaian layaknya orang biasa dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Fathimah keluar memberitahu jika Ayahnya sedang sakit. Fathimah kembali ke dalam dan ditanya siapa yang di luar rumah. Fathimah memberitahu ada orang yang mencarinya. Lalu Muhammad menyatakan itu Malaikat Izrail yang akan menjemputnya. Menangislah Fathimah mendengar ucapan ayahnya ini. Malaikat Izrail masuk ke rumah menjumpai Rasulullah saw. Malaikat Izrail menyampaikan pesan Allah untuk menjemputnya. Rasulullah menyatakan siap untuk dijemput. Lalu Rasulullah saw bertanya: “di manakah Malaikat Jibril”, lalu dinyatakan, Malaikat Jibril berada di Langit dunia”. Tiba-tiba Jibril datang. Lalu Rasulullah bertanya tentang apa yang disediakan untuk di sisi-Nya. Maka Jibril menjawab: “semua Malaikat dan Bidadari sudah siap menjemput di langit dunia, dan semua surga sudah dibuka pintunya, dan segala kebahagiaan sudah disiapkan”. Rasul bertanya, apa lagi yang disiapkan oleh Allah untukku?. Malaikat Jibril menjawab: “Aku membawa kabar gembira bahwa Engkau adalah Rasul Allah yang diberikan pertama kali untuk memberi syafaat di hari kiamat. Lalu Rasulullah bertanya lagi, “wahai Malaikat Jibril beritahu aku kabar gembira apa yang Allah akan berikan kepadaku”. Jibril menyatakan: “apa yang sesungguhnya engkau inginkan ya Kekasih Allah”. Lalu Muhammad menyatakan: “apakah yang akan diperoleh orang yang membaca Al Qur’an sesudahku, apa yang diperoleh orang yang berpuasa sesudahku dan apa yang didapatkan orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku”. Jibril menyatakan: “saya membawa kabar gembira untuk Rasulullah, sesungguhnya Allah telah berfirman: “Aku telah mengharamkan surga bagi semua Nabi dan umat sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu”. Nabi kemudian menyatakan: “sekarang tenanglah hati dan perasaannku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku”. Di saat itu Ali bertanya: “wahai Rasulullah, siapakah yang akan memandikanmu,” Rasulullah menjawab, “Engkau yang memandikan aku, Ibnu Abbas yang menyiramkan airnya, dan Malaikat Jibril yang akan menuangkan minyak wangi dari surga.” Malaikat Maut lalu secara perlahan-perlahan mencabut ruh Rasulullah saw, dan ketika sampai di perut, Rasulullah berkata: “Wahai Jibril alangkah pedihnya maut”. Jibril lalu memalingkan mukanya, sehingga Rsulullah menyatakan: “Wahai Jibril apakah engkau sudah tidak lagi mau melihat wajahku”. Jibril menyatakan: “wahai Rasulullah, siapa yang tega melihat kekasih Allah kesakitan”. Lalu ruh Rasulullah terlepas dari jasadnya, dan beliau meninggal pada usia 63 tahun.
Doa yang kita baca itu adalah bagian dari upaya agar kita mendapatkan rahmat dari Allah saat ajal tiba. Selanjutnya “Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut, wanajatam minan nar wal ‘afwa ‘indal hisab”. Yang artinya: “Ya Allah mudahkanlah bagi kami saat sakaratil maut, dan jauhkan kami dari siksa neraka dan ampuni kami waktu dihisab”.
Memperhatikan doa ini, maka sudah selayaknya jika kita selalu berdoa dengan doa yang komplit ini, dan kita meyakini bahwa doa kita akan diterima oleh Allah swt. Jika Rasul Muhammad saw saja merasakan betapa beratnya menahan sakit waktu sakaratul maut, maka kita perlu untuk merenung bagaimana dengan kita di saat itu. Makanya doa ini menjadi relevan untuk kita lantunkan.
Wallahu a’lam bi al shawb.