PUASA: MARI PERBANYAK DOA (23)
PUASA: MARI PERBANYAK DOA (23)
Saya selalu menyatakan bahwa pada bulan puasa itu, yang terbaik ialah memohon kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh, yaitu memohon ampunan dan pertolongan agar Allah meridloi perbuatan kita dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Sebaik-baik perbuatan ialah beribadah kepada Allah swt.
Puasa itu identic dengan bulan permohonan kepada Allah swt. Di antaranya ialah memohon agar dijauhkan dari api neraka dan diberikan keridlaannya. Saya menyatakan bahwa jika Allah ridla maka semua hal pasti diselesaikannya. Iman kita mengajarkan agar kita selalu memohon keridlaannya. Kita harus meminta ampunan dan juga maaf atas segala tindakan kita yang tidak sesuai dengan perintah dan larangan Allah.
Saya ingin menyampaikan suatu doa yang sebenarnya banyak kita baca terutama pada saat shalat-shalat wajib. Doa itu berbunyi: “Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddin, wa ‘afiyatan fil jasad, wa jiyadatan fil ‘ilmi wa barakatan fir rizqi, wa taubatan qablal maut, wa rahmatan ‘indal maut, wa maghfiratan ba’dal maut, Allahumma hawwin ‘alaina fi sakaratul maut, wa najatan minan nar wal afwa ‘indal hisab”.
Mari kita coba untuk terjemahkan dan kemudian kita pahami maknanya. Doa itu artinya: “Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepadamu keselamatan di dunia, dan kesehatan fisik, dan tambahan ilmu, dan keberkahan dalam rizki, dan pertobatan sebelum meninggal, dan kerahmatan ketika meninggal, dan ampunan setelah meninggal, Ya Allah mudahkan kami saat menjelang kematian, dan jauhkan dari api neraka dan ampunan ketika dihisab”.
Jika kita pahami betapa doa ini adalah doa yang sangat komplit dan mendasar. Mulai urusan dunia, urusan kematian dan pasca kematian berada di dalam doa ini. Kita meminta keselamatan kepada Allah. Adakah yang lebih hebat dari keselamatan itu. Saya selalu menyatakan bahwa keselamatan adalah segala-galanya di dalam kehidupan ini. Islam mengajarkan bahwa keselamatan itu tidak hanya di dunia tetapi yang lebih penting ialah keselamatan di akherat. Keselamatan di dunia adalah washilah keselamatan di akherat. Untuk menjadi selamat, maka syarat selamat itu harus dilakukan. Syarat itu ialah menjaga kebaikan pada semua aspek kehidupan. Menjaga kebaikan kepada Allah dengan melakukan perintahnya dan menjauhi larangannya, lalu juga menjaga kebaikan dengan sesama manusia dengan tindakan yang menyenangkan dan bukan menyakitkan, membahagiakan dan bukan menyengsarakan. Bukankah menggembirakan hati orang adalah sedekah. Jika kita sering mengajak tersenyum orang lain, maka kita sudah bersedekah secara gratis. Sedekah dengan kebaikan melalui senyuman.
Hadits Nabi Menyatakan: “ashshadaqatu tadfa’u bala’.” yang artinya “shadaqah dapat menghindarkan diri dari bala’.” Maka agar kita terhindar dari mara bahaya, dan sebagainya maka dianjurkan kita untuk bersedekah dengan macam apapun yang kita miliki.
Doa itu juga menyatakan permohonan kita agar kita dikaruniai kesehatan. Bukankah kesehatan juga menjadi aspek penting di dalam kehidupan. Pada badan yang sehat akan terdapat rohani yang sehat. Sebuah pernyataan: “qalbun salim fi jismin salim” yang artinya: “hati yang sehat terletak pada badan yang sehat”. Orang akan bisa berpikir positif jika badannya sehat, dan sebaliknya orang bisa berpikir negative jika badannya sakit. Meskipun banyak juga orang sehat badannya tetapi pikirannya negative, akan tetapi sesungguhnya dengan badan yang sehat maka akan bisa berpikir sehat. Dengan badan yang sakit maka akan banyak mengeluh dan bahkan suudz dzan pada Allah, tetapi dengan badan yang sehat maka akan sedikit mengeluh dan bisa husnudz dzan kepada Allah. Makanya, memohon kesehatan kepada Allah merupakan keniscayaan bagi manusia di dalam kehidupannya.
Lalu doa memohon ilmu yang bertambah. Di dalam peribahasa Indonesia dinyatakan bahwa: “orang berilmu itu seperti pohon padi, yaitu semakin tua semakin merunduk.” Jadi dengan terus bertambahnya ilmu yang kita miliki maka semakin akan menjadikan kita semakin arif, semakin memahami kehidupan dan semakin menundukkan kepala kita kepada Allah swt. Ilmu yang makin banyak bukan menjadikannya semakin sombong dan tinggi hati, akan tetapi justru mengarahkannya untuk semakin rendah hati. Semakin menghargai orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kita patut merenung, apakah dengan ilmu kita yang semakin banyak menjadi penyebab semakin tinggi tingkat ketawadluan kita itu atau justru kebalikannya.
Kemudian, memohon rizki yang berkah. Rizki itu memang haknya Allah. Diberikan sedikit atau banyak itu sangat tergantung kepada Allah. Rizki adalah bagian dari takdir yang Allah tentukan. Kaya atau miskin merupakan ketentuan Allah. Tetapi kaya yang berkah atau miskin yang berkah adalah bagian dari doa kita. Doa yang terbaik bukan terletak pada permohonan kekayaan tetapi kecukupan. Ada banyak orang kaya tetapi hidupnya tidak nyaman karena banyak penyakit. Ada orang miskin atau memiliki harta yang sangat sedikit tetapi dikaruniai kesehatan yang baik. Jadi, kekayaan atau kemiskinan bukanlah variabel penting di dalam kebahagiaan, akan tetapi adalah keberkahan rizki yang Allah berikan kepada kita itu. Makanya, kita juga berdoa: “Allahummar zuqna rizqan halalan, wasi’an wa mubarakan”, yang artinya: “Ya Allah berikan rizki yang halal, luas dan berkah”.
Dengan demikian, yang kita harapkan dari Allah adalah keselamatan hidup di dunia dan akherat, badan kita yang sehat dan rizki yang berkah. Jika ketiganya ini kita dapatkan maka urusan berikutnya ialah kita pasrah dan syukur kepada-Nya. Inilah makna dari doa yang terus kita lantunkan kepada Allah swt.
Wallahu a’lam bi al shawab.