• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA: AL QUR’AN SEBAGAI MU’JIZAT (18)

PUASA: AL QUR’AN SEBAGAI MU’JIZAT (18)

Sebagaimana malam sebelumnya, maka Sdr. Khabirul Amru yang berlaku sebagai penceramah agama pada Mushallah Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Pada kali ini tema ceramahnya ialah mengeni “Al Qur’an sebagai Mu’jizat Nabi Muhammad saw”.

Setiap Nabi yang diutus oleh Allah swt selalu dibarengi dengan pemberian mu’jizat yang sesuai dengan zamannya. Misalnya Nabi Musa As., diberi mu’jizat berupa tongkat yang tongkatnya bisa berubah menjadi ular atau bisa membelah lautan menjadi dua bagian. Nabi Isa bisa berbicara di waktu baru lahir, bisa menghidupkan burung yang sudah mati dan sebagainya,

Nabi Muhammad saw diberikan oleh Allah berupa Al Qur’an sebagai mu’jizat. Para ulama bersepakat bahwa ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw ialah ayat 1 sampai 5 Surat Al Alaq. Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw saat Beliau sedang berada di Gua Hira’ tempat yang selalu dijadikannya sebagai tempat untuk berdoa dan bermunajah kepada Tuhan Allah. Nabi Muhammad memang sering datang ke Gua Hira’ sebagai tempat yang untuk bermunajat dalam waktu yang bervariasi. Terkadang sehari semalam, tiga hari tiga malam dan bahkan juga berminggu-minggu. Di saat seperti itu, biasanya Khadijah –isteri Beliau—mengirimkan makanan kepadanya. Di taruh makanan itu di dekatnya dan kemudian ditinggal kembali pulang.

Pada suatu malam, di saat Nabi Muhammad sedang bermunajat kepada Allah, tiba-tiba datang Malaikat Jibril –tidak diceritakan wujud Malaikat Jibril tersebut—dan meminta Nabi Muhammad untuk menirukan ucapannya. Malaikat Jibril berkata: “Iqra”, maka Nabi menjawab: “ma ana biqari’in”. maka Malaikat Jibril mengucapkannya lagi dan Nabi Muhammad menirukannya sampai tuntas ayat ke lima dari Surat Al Alaq.

Setelah selesai bertemu dengan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad saw kemudian pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kemudian bertemu dengan isterinya –Khadijah—dalam keadaan menggigil kedinginan. Oleh isterinya kemudian diselimuti. Lalu datang lagi Malaikat Jibril dan menyatakan: “Ya ayyuhal mudatstsir, Qum fa andzir wa rabbaka fa kabbir”. Yang artinya: “Wahai orang yang berselimut, bangunlah lalu beri peringatan, dan agungkanlah Tuhanmu”. Oleh Khadijah kemudian diajaklah Nabi Muhammad bertemu dengan Pendeta Kristen yang bernama Waraqah binti Naufal, sepupu Khadijah. Lalu Muhammad saw bercerita tentang apa yang dialaminya. Waraqah memperhatikan fisik dan perawakan Nabi Muhammad saw dan kemudian menyatakan bahwa kelak Muhammad akan menjadi seorang utusan Allah sebagaimana diwartakan di dalam Kitab yang dipelajarinya”.

Semenjak menerima wahyu, maka Muhammad saw sudah menjadi utusan Allah, yang kemudian mengajak umat untuk mengimani keberadaan Allah swt dan mengamalkan ajaran agamanya. Banyak suka dan duka yang dialami, sampai kemudian Beliau berhijrah di Madinah untuk menanamkan aqidah dan pengamalan Islam, dalam kurun waktu 23 tahun semenjak menerima wahyu pertama di Gua Hira’.

Kitab al Qur’an adalah kitab suci umat Islam dan merupakan pedoman yang berasal dari wahyu Allah swt. Al Qur’an merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw. Al Qur’an sebagai mu’jizat memiliki kekuatan dalam segi kebahasaannya. Al Qur’an itu membuat bingung ahli-ahli syair di Arab. Al Qur’an itu bukan prosa dan juga bukan syair. Al Qur’an memiliki langgam bahasa yang khas dan tidak bisa ditandingi oleh akal manusia.

Pada zaman Arab Jahiliyah, di Mekah selalu diselenggarakan semacam festival membuat syair dan yang menang syairnya ditempelkan di dinding Ka’bah sebagai penghargaan. Orang Arab kala itu sudah sangat ahli dalam menyusun syair dengan kualitas sangat tinggi. Salah satunya ialah Musailamah al Kadzdzab. Misalnya: Ya dzifda’ata binti abdifta’aini nakiya lakum tankina lal ma’a takdirin wala syariba ta’ nain ro’suka fil ma wadzambuka fiddin. Terjemah ialah: “wahai katak betina, anak dari dua pasang katak bersihlah apa yang kamu bersihkan air, tidak kamu kotori dan peminum tidak kamu halangi, kepalamu di dalam air sedangkan ekormu di darat. Musailamah juga berkata: “wal fiil wama adrokamal fil lahu zhulumu thowil,” artinya: “dan gajah, tahu kah kamu apa itu gajah ia memiliki perawakan yang panjang.”

Karya Musailamah al Kadzdzab ini dimaksudkan untuk menandingi Surat Al Fil yang merupakan wahyu Allah. Tetapi sayangnya sebagaimana para ahli bahasa Arab dan sastra Arab justru menyatakan bahwa karya Musailamah ini sama sekali jauh dari kualitas kebahasaan yang ada di dalam ayat al Fil.

Sebagaimana dia telah melakukan penipuan menganggap dirinya Nabi tersebut maka Musailamah digelari dengan sebutan “tukang pembohong”. Dan memang nyata bahwa tidak ada kekuatan manusia untuk menandingi kehebatan kebahasaan Al Qur’an yang bukan karya manusia tetapi firman Allah swt.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..