PUASA; AL QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK KEHIDUPAN (17)
PUASA; AL QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK KEHIDUPAN (17)
Sebagaimana biasa terjadi, Khabirul Amru, yang menjadi imam mushalla Al Ihsan juga sekaligus memberi ceramah agama. Hari itu memang saya tidak menyediakan penceramah khusus, sehingga saya menunjuk sdr. Khabir untuk menjadi penceramah agama.
Beliau memulai ceramahnya terkait dengan malam 17 Ramadlan yang dikaitkan dengan Hari Turunnya Kitab Suci Al Qur’an. Atau malam Nuzulul Qur’an. Ada beberapa varian pandangan mengenai kapan turunnya al Aqur’an. Sebagaimana diketahui bahwa Al Qur’an yang azali berada di Lauhil Mahfudz dan kemudian pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW diturunkan Al Qur’an tersebut pada langit dunia (Baitul Izzah). Dan dari sini kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara bertahap atau gradual. Al Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (rumah kemuliaan) dan dari sini kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril atau secara langsung.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadlan. Malam ini oleh para ulama dan juga masyarakat diperingati sebagai malam turunnya al Qur’an atau Nuzulul Qur’an. Bahkan di Indonesia diperingati di Istana Negara. Pendapat ini sesuai dengan bunyi Surat Ad Dukhan, ayat 3, yang berbunyi: “inna alzalnahu fi lailatin mubarakatin inna kunna mundzirin.” Yang Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan”. Dan malam yang diberkahi tersebut ialah malam di mana Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw.
Kemudian kedua, ada pandangan yang menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Yaitu suatu malam di mana Allah swt menurunkan malam kemuliaan yang dikenal sebagai malam lailatul Qadr tersebut. Pada malam itu Allah menurunkan kebaikan dan kemuliaan, bahwa jika seseorang beribadah kepada Allah atau melakukan kebaikan lainnya maka akan dikarunia pahala sebagaimana orang beribadah atau melakukan kebaikan selama seribu bulan. Al Qur’an menjelaskan di dalam Surat Al Qadr ayat 1 yang berbunyi: “inna anzalnahu fi Lailatul Qadr”. Yang berarti: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur’an) pada malam Kemuliaan (lailatul Qadr)”.
Dari dua pendapat ini, lalu ada yang juga memahami bahwa yang diturunkan oleh Allah pada tanggal 17 Ramadlan ialah ayat 1-5 pada surat al Alaq, yang berbunyi: Iqra’ bismi Rabbikal ladzi khalaq. Khalaqal insana min ‘alaq. Iqra’ wa rabbuka akramul ladzi ‘allama bil qalam. ‘allamal insana malam ya’lam”. Yang artinya: “Bacalah. Dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Para ulama bersepakat bahwa turunnya Al Qur’an ialah pada bulan Ramadlan, sesuai dengan bunyi teks Al Qur’an pada Surat Al Baqarah, ayat 185, yang menyatakan: “Syahru Ramadlanal ladzi unzila fihil Qur’an. Hudan linnasi wa bayyinatin minal huda wal furqan”. Yang artinya ialah: “Bulan Ramadlan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia, serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan sekaligus sebagai pembeda (antara yang haq dan yang bathil)”.
Oleh karena itu, apapun menurut pendapat para ahli sejarah bahwa Allah telah menurunkan kitab suci Al Qur’an kepada manusia sebagai petunjuk atas kebenaran yang perlu dilakukan oleh manusia. Al Qur’an tidak hanya berisi tentang petunjuk tetapi juga penjelasan mengenai petunjuk dan sekaligus juga untuk membedakan antara yang benar dan salah atau yang haq dan yang bathil.
Petunjuk telah diberikan dan manusia memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan petunjuk Al Qur’an. Tetapi di atas segalanya, maka petunjuk Allah tentu juga menjadi factor penting di dalam keislaman dan keimanan seseorang.
Wallahu a’lam bi al shawab.