• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA; INSTRUMEN PENGAMPUNAN DOSA (3)

PUASA; INSTRUMEN PENGAMPUNAN DOSA (3)

Pada hari ke tiga Bulan Ramadlan 1440 H, saya memperoleh kesempatan untuk memberikan kuliah tujuh menit (kultum) pada Jamaan Mushalla Al Ihsan di Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Saya sampaikan beberapa hal terkait dengan puasa sebagai instrument pengampunan dosa.

Pertama, Betapa Allah itu menyayangi hambanya sedemikian rupa. Allah itu sungguh-sungguh menyayangi dan mengasihi hambanya secara luar biasa. Allah Maha Mengetahui tentang apa yang diperbuat oleh hambanya, baik tindakan kebaikan maupun keburukan, maka Allah menyediakan kesempatan dan peluang untuk memohon ampunan atas kekhilafan, kesalahan dan dosa yang diperbuat hambanya. Di dalam Islam, maka yang menjadi instrument untuk memohon ampunan itu ialah puasa pada Bulan Ramadlan. Di dalam Hadits Nabi Muhammad saw disebutkan: “man shama ramadlana imanan wa ihtisaban ghufiro lahu ma taqaddama li dzanbihi”. Yang artinya secara generic ialah “Sesiapaun yang menjalankan puasa Ramadlan secara sungguh-sungguh dengan keimanan dan perhitungan yang matang atau keikhlasan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa sebelumnya”. Subhanallah, alangkah indahnya hadits ini bagi kita. Allah berjanji akan mengampuni dosa kita sebelum pelaksanaan puasa sekarang. Maknanya, bisa dosa sebulan yang lalu, setahun yang lalu dan bahkan beberapa tahun yang lalu. Masyaallah, subhanallah.

Puasa hakikatnya ialah menahan dari segala yang membatalkannya. Misalnya, makan, minum, melakukan hubungan seksual dan menjauhi segala perilaku yang membatalkannya pada siang hari. Jika puasa hanya seperti ini, maka puasa kita itu semakna dengan puasa fisikal. Secara fisik kita berpuasa. Akan tetapi yang dikehendaki dengan puasa yang imanan wa ihtisaban itu melebihi takaran puasa fisik. Orang mengembangkan olah batin untuk bertaqarrub kepada Allah. Puasanya itu dijadikan sebagai medium untuk melakukan “kemenyatuan” dzikir kepada Allah. Mungkin bisa dinyatakan bahwa keluar masuknya nafas adalah gerak dzikir kepada Allah. Makanya, puasa bagi para perindu Tuhan adalah medium untuk melatih kejiwaan atau rohani untuk bersama Allah dalam perbuatan. Apa yang dilakukan adalah dalam rangka ibadah kepada Allah semata. Jadi bukan hanya fisiknya yang berpuasa tetapi juga batinnya atau spiritualnya. Dan ujung dari semua itu ialah ampunan Allah swt.

Di dunia ini, saya kira tidak ada orang yang tidak bersuka cita memperoleh ampunan Allah, sama dengan kita melakukan kesalahan kepada orang lain dan orang itu mengampuni kekhilafan kita. Sungguh kita akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dengan memperoleh ampunan Allah, maka sungguh-sungguh kita telah terbebas dari belenggu dosa yang kita lalukan. Dengan menurunkan ritual ibadah berupa puasa, maka Allah memberikan suatu kesempatan dalam setahun untuk manusia memperoleh ampunannya. Namun, sekali lagi bahwa perolehan ampunan itu sangat tergantung kepada usaha yang kita lakukan. Puasa dengan imanan wa ihtisaban merupakan medium untuk memperoleh ampunan tersebut.

Kedua, pada bulan puasa ini kita harus memperbanyak permohonan ampunan kepada Allah melalui pernyataan “astaghfirullah”, yang artinya: “Wahai Allah ampuni dosa kami”. Para ulama menyatakan bahwa ampunan tersebut berada di dalam 2 (dua) kategori, yaitu maghfirah dan afwun. Maghfirah ialah ampunan Allah yang diberikan kepada manusia tetapi catatan kesalahannya itu masih tertulis, sedangkan afwun ialah pengampunan oleh Allah atas kesalahan manusia dan catatan tersebut dihapusnya. Jadi ada kesalahan yang diampuni tetapi catatannya masih dilestarikan dan ada ampunan yang diberikan kepada manusia dan catatan kesalahan tersebut dihapus. Sama dengan ibarat, kita punya hutang pada seseorang tetapi catatan hutang tersebut masih disimpan, sedangkan ada hutang yang dibebaskan dan catatan hutangnya juga dihapuskan.

Allah menjadikan puasa sebagai instrument untuk menghapus dosa dan catatan dosa juga dihapusnya. Makanya, doa kita ialah “Allahumma innaka ‘afwun karim, tuhibbul afwa fa’fuanna ya karim”, yang pengertian secara bebasnya ialah Wahai Allah Engkau adalah Maha Pengampun yang Agung, Engkau menyukai ampunan maka ampuni kami, Wahai Dzat yang Mulya”. Subhanallah, sesungguhnya kita diberi peluang oleh Allah untuk mendapatkan pemaafan yang agung ini, khususnya pada bulan Ramadlan. Jadi kita perbanyak membaca istighfar dan doa di atas. Dengan harapan agar dosa kita diampuni tanpa catatan, atau sekurang-kurangnya diampuni dengan masih ada catatan. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sehingga peluang untuk diampuni dengan tanpa catatan tentu sangat terbuka.

Sungguh kita merasa sangat beruntung, sebab bisa berjumpa lagi dengan bulan puasa, bulan penuh berkah, bulan penuh maghfirah sehingga kita masih berpeluang untuk memohon ampunan kepada Allah. Peluang ini saya kira harus kita manfaatkan sebesar-besarnya dengan melakukan permohonan yang serius dan melakukan amal kebaikan.   Yang kita harapkan ialah kelak kita akan dapat memperoleh kebahagian, khususnya ialah kebahagiaan di akherat sebab kita termasuk golongan ashabul yamin, atau golongan orang yang menerima catatan amal ibadah dengan tangan kanan dan masuk ke dalam surganya Allah swt.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..