• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA; RELASI ANTARA SHALAT DAN PUASA (2)

PUASA; RELASI ANTARA SHALAT DAN PUASA (2)

Rasa syukur saya menjadi bertambah sebab jamaah shalat tarawih yang diselenggarakan di Mushalla Al Ihsan di Perumahan Lotus Regency Ketintang ternyata cukup banyak. Meskipun jumlah penghuni perumahan Lotus Regency tidak banyak, akan tetapi yang mengikuti shalat tarawih lumayan memadai. Ke depan, saya kira akan semakin banyak di kala Mushalla Al Ihsan sudah dikenal oleh lingkungan masyarakat sekitar.

Pada bulan Ramadlan 1440 H ini, kami memang sengaja meminta kepada Direktur Ma’had Al Jami’ah UIN Sunan Ampel –KH. Drs. Abd. Mujib Adnan, MAg—untuk menugaskan mahasiswa UIN Sunan Ampel, khususnya yang hafal Al Qur’an dan mahasiswa Jurusan tafsir Hadits untuk menjadi imam tetap selama bulan Ramadlan. Dan akhirnya, dikirimkan Sdr. Khobirul Amru, S.Th.I., mahasiswa program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Program Studi Tafsir Hadits untuk menjadi imam tetap selama bulan Ramadlan. Dan selain itu juga diminta untuk memberikan ceramah agama –kuliah tujuh menit, kultum—sesuai dengan tema yang diberikan kepadanya. Pada malam ini (tarawih kedua) dia menyampaikan tema tentang shalat dan puasa di dalam Islam.

Dia memulai ceramahnya dengan pernyataan: “apa yang sesungguhnya diharapkan dari orang yang sudah meninggal?”. Sebuah pertanyaan sufistik yang biasanya menjadi bahan perbincangan di kalangan ahli-ahli tasawuf atau ahli “ngelmu” tentang kehidupan sesudah mati. Ternyata, yang diinginkan oleh mereka yang sudah wafat ialah agar diberikan kesempatan oleh Allah agar bisa berkesempatan untuk melakukan sujud. Hal ini menandakan betapa pentingnya melakukan sujud sebagai inti dari pengabdian manusia kepada Allah swt. Dengan demikian, shalat menjadi sangat penting dan memberikan pemahaman bahwa shalat adalah inti dari ajaran agama.

Shalat menempati posisi penting di dalam ajaran Islam. Betapa pentingnya shalat dapat dilihat dari perintahnya yang sangat special. Yaitu dengan cara Allah memanggil langsung kepada Nabi Muhammad saw., untuk menghadap keharibaannya. Nabi Muhammad saw mendapatkan Surat Keputusan (SK) langsung tentang pelaksanaan shalat wajib sehari semalam sejumlah 5 (kali) kali. Hal ini sangat berbeda dengan perintah untuk mengamalkan rukun Islam lainnya yang cukup dengan Malaikat Jibril untuk menyampaikannya. Perintah tentang zakat, puasa dan haji dan lainnya dicukupkan melalui wahyu Allah di dalam Al Qur’an.

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting sehingga Nabi Muhammad saw diminta langsung untuk menghadapnya. Bahkan begitu pentingnya, maka yang akan dihisab pada tahap awal sebelum amal-amal lainnya ialah shalatnya. Makanya, jika seseorang telah menjalankan amalan shalatnya dengan baik, maka peluang untuk dibebaskan dari semua tuduhan atasnya akan bisa dihapuskan. Itulah sebabnya shalat menempati posisi penting di dalam ajaran Islam. Shalat menjadi instrument agar manusia bisa berkomunikasi secara langsung kepada Allah. Shalat merupakan instrument agar hablum minallah bisa dilakukan secara seimbang. Di dalam bacaan-bacaan surat Al Fatihah, maka di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Allah. Seluruh bacaan di dalam surat Al Fatihah, memiliki konsepsi dialog dengan Allah swt.

Di dalam kitab-kitab yang membahas tentang shalat, dinyatakan bahwa orang yang menjalankan puasa tetapi tidak melakukan shalat adalah orang yang murtad. Dan sama sebaliknya jika ada orang yang shalat tetapi tidak mau melakukan puasa, maka juga dikategorikan sebagai orang yang mengingkari ajaran Islam. Tentu terkecuali mereka yang udzur syar’i atau memang menderita sakit atau dalam perjalanan yang diperkenankan untuk tidak berpuasa tetapi menggantinya pada kesempatan lainnya. Artinya, bahwa menjadi orang Islam itu mesti harus mengamalkan ajaran Islam secara utuh, misalnya mengamalkan ajaran Islam mulai dari syahadat, shalat, zakat, puasa dan menjalankan haji jika mampu secara ekonomi. Jadi tidak boleh ditinggalkan antara satu dengan lainnya.

Bahkan ada ulama yang lebih keras menyatakan, Syekh Abdullah bin Hussein bin Thohir Ba’alawi dalam Kitab Sullamut Taufiq, yang menyatakan bahwa orang yang melakukan puasa tetapi tidak melakukan shalat adalah orang murtad (keluar dari ajaran Islam), sebab mengabaikan perintah Allah di dalam beragama. Hal ini memberikan identifikasi bahwa menjadi orang Islam yang sempurna ialah dengan mengamalkan ajaran Islam secara utuh tanpa meninggalkan semua yang diwajibkan oleh Allah swt melalui percontohan yang dilakukan Nabi Muhammad saw.

Sebagai konsekuensi orang yang murtad, maka puasa yang dilakukan juga tidak dapat diterima oleh Allah swt. Tentu saja kita tidak menginginkan menjadi orang yang murtad itu. Kita semua ingin menjadi orang Islam yang sebenar-benarnya. Orang Islam yang menjalankan seluruh ajaran agama yang diwajibkan, dan bahkan yang disunnahkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

Di tengah masyarakat kita terkadang ada yang berpendapat bahwa beribadah itu nanti kalau sudah tua saja. Artinya di kala masih muda tidak perlu menjalankan ajaran agama. Pernyataan begini tentu harus dikoreksi, sebab kita semua tidak tahu kapan kita akan meninggal. Urusan kematian adalah urusan Allah swt, sehingga kita tidak bisa memprediksi kapan kematian itu akan datang. Orang bisa mati pada usia tua dan bisa juga meninggal pada waktu usia muda. Oleh karena ketika sudah ada kesadaran untuk melakukan amal ibadah yang relevan dengan ajaran Islam, maka harus segera dilakukan.

Dan insyaallah kita semua telah menjadi orang Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad saw. Tiada kebahagiaan yang melebihi posisi bahwa kita dinyatakan sebagai pengikut dan umat Muhammad saw yang menjalankan amalan agama secara benar.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..