Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERLUNYA MENJAGA EKOSISTEM LINGKUNGAN (1)

PERLUNYA MENJAGA EKOSISTEM LINGKUNGAN (1)

Terlepas dari anomali iklim yang terjadi akhir-akhir ini karena pemanasan global, tetapi yang jelas bahwa bencana semakin banyak terjadi, terutama banjir, tanah longsor dan topan atau angin ribut yang menyebabkan terjadinya kerusakan di banyak tempat. Sungguh manusia menuai banyak tantangan dan gangguan terkait dengan alam yang menjadi tempat bermukim manusia semuanya.

Pemanasan global tentu berakibat terhadap meningginya air laut dan menyebabkan rob di banyak tempat. Semarang, misalnya menjadi langganan rob karena meningkatnya permukaan air laut yang disebabkan oleh pamanasan global dewasa ini. Mencairnya gletzer di wilayah antartika tentu menyebabkan air laut pasang dan berefek terhadap permukaan laut. Pemanasan global yang dipicu oleh industry dan menipisnya ozon serta anomali iklim yang terus melanda terhadap lingkungan alam tentu menjadi gangguan secara serius terhadap kehidupan manusia.

Terjadinya banjir di beberapa wilayah di Indonesia tentu juga merupakan rangkaian masalah yang ditimbulkan oleh rendahnya perilaku masyarakat dalam menjaga ekosistem alam. Perusakan hutan yang dilakukan oleh manusia baik sengaja atau tidak sengaja tentu memiliki sejumlah perngaruh yang signifikan terhadap semakin rentannya alam dalam menyangga kehidupan.

Terdapat kegiatan deforestasi yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Tindakan deforestasi itu bisa dilakukan secara sengaja karena untuk kepentingan ekonomi, misalnya penebangan hutan atau illegal logging dan bisa juga karena ketidakmengertian masyarakat tentang dampak penggundulan hutan yang bisa berakibat terhadap tanah longsor, banjir bandang dan juga kerusakan ekosistem lingkungan.

Hutan sesungguhnya menjadi tumpuan manusia untuk kehidupan. Hutan yang lebat dan luas akan memiliki kemampuan untuk cadangan karbon dan menyerap emisi karbon sehingga ekosistem lingkungan akan terjaga. Jika hutan rusak karena perilaku manusia maka dipastikan bahwa akan terjadi pula kerusakan lingkungan, dan terjadinya banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah di Indonesia adalah contoh kongkrit tentang kerusakan ekosistem lingkungan tersebut.

Di konteks ini, Prof. Emil Salim (Harian Kompas, 13/12/2018) menyatakan bahwa pembangunan yang berorientasi pada sector ekonomi bisa menjadi penyebab deforestasi yang berkembang dewasa ini. pembangunan yang berorientasi ekonomi termasuk yang menjadi penyebab menyusutnya hutan tropis di Indonesia. sedangkan kebakaran hutan juga berakibat terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan jangan sampai berpengaruh terhadap eskploitasi hutan.

Peringatan Prof. Emil Salim tentu layak untuk dijadikan sebagai pedoman di dalam perencanaan pembangunan, sebab melalui pengalaman dan ilmu lingkungan hidup yang beliau miliki tentu bisa menjadi guru yang baik dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Saya kira tidak ada maknanya merencanakan sustainable development jika pembangunan berbasis ekonomi tetap menjadikan hutan sebagai bagian untuk dieksploitasi. Pembengunan berkelanjutan harus dilakukan dengan memperhatikan sector hutan yang harus tetap lestari di tengah pemanasan global yang terus terjadi. Jadi, pemerintah hatus benar-benar focus untuk membendung deforestasi untuk kepentingan bangsa di masa mendatang.

Selain pemerintah, masyarakat juga harus terlibat di dalam menjaga ekosistem lingkungan ini. sebaik apapun upaya pemerintah, tetapi masyarakat dan dunia usaha tidak meresponnya dengan wajar dan beritikad baik, maka juga tidak ada artinya. Masyarakat melalui tokoh-tokohnya dan juga kaum agamawan perlu untuk turun gunung dalam kerangka menghentikan gerakan deforestasi itu.

Kaum agamawan yang menurut saya tetap memiliki kemampuan untuk menjadi rujukan masyarakat dan juga menjadi penyebar agama yang gigih agar gerakan deforestasi bisa dihentikan.

Di dalam konteks ini, dakwah atau penyebaran agama mestilah memasukkan unsur pembahasan tentang perlunya menjaga lingkungan. Terutama pada masyarakat pinggiran hutan yang selama ini menjadikan hutan sebagai tempat untuk aktivitas kehidupan. Saya kira dakwah atau penyebaran agama harus bermuatan menjaga ekosistem lingkungan berbasia pada norma-norma agama yang selama ini sangat pro terhadap penjagaan ekosistem lingkungan.

Dan yang lebih dahsyat ialah upaya pemerintah dan dunia usaha agar tidak lagi menjadikan hutan sebagai obyek ekonomi. Pemerintah dengan kekuasaannya tentu bisa merumuskan kebijakan yang pro pembangunan nir eksploitasi hutan dan sementara itu para pengusaha juga menyadari bahwa illegal logging atau usaha lainnya dalam mengekspoitasi hutan akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.

Sinergi antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dirasakan sebagai kebutuhan mendesak agar kerusakan lingkungan tidak akan terus terjadi. Saya khawatir bahwa kiamat itu sebenarnya disebabkan oleh perilaku kita yang semena-mena terhadap lingkungan kita yang seharusnya dijaga dengan baik.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..