Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KETIKA ANAK MUDA MENCARI JATI DIRI (2)

KETIKA ANAK MUDA MENCARI JATI DIRI (2)

Ada memang orang yang meragukan apakah para guru dan dosen masih fungsional di masa depan. Akan tetapi saya berkeyakinan bahwa selama masih ada institusi pendidikan, maka selama itu pula pendidik masih diperlukan. Hanya saja yang mungkin berubah ialah system pendidikan atau system pembelajarannya.

Sekarang saja perubahan system pembelajaran itu sudah berlangsung. Misalnya di kala internet sudah menjadi tempat untuk mencari jawaban atas soal-soal ujian dan lebih luas tentang pengetahuan dan pembelajaran, maka sebenarnya wajah dunia pendidikan sudahlah berubah. Makanya, para pendidik juga harus memperhatikan terhadap perubahan di sekitar pembelajarannya.

Suatu contoh kehadiran Google sebagai mesin pencari atau Google search, maka pencari jawaban atas hal yang ingin diketahuinya bukan lagi lewat orang pintar atau cerdik pandai, akan tetapi ke mesin pencari tersebut. Dan yang hebat bahwa semua menu tersedia di situ. Jika di masa lalu untuk menanyakan masalah agama, maka orang harus bertanya kepada kyai atau ulama. Sekarang sudahlah berbeda. Dengan Googling, maka secara real time jawaban akan bisa ditemukan. Demikian pula ketika hadir aplikasi Ruang Guru, maka melalui aplikasi ini akan bisa ditemukan jawaban atas soal-soal mata pelajaran, sehingga akan sangat membantu bagi para siswa. Begitulah kehebatan aplikasi di tengah kehidupan pendidikan di era sekarang.

Namun demikian, kehadiran guru atau dosen di era sekarang, tentu masih sangat dibutuhkan. Jika mesin pencari hanya menyajikan tentang jawaban apa atas pertanyaan apa, maka guru akan bisa memberikan dasar logika, emosi dan factor-faktor yang menghadirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Itulah kelebihan guru atau dosen di dalam dunia pendidikan. Dengan demikian kehadiran pendidik masih diperlukan dalam program pendidikan.

Berbasis atas logika semacam ini, maka urgensi pendidik masih signifikan di dalam mengarahkan dan membimbing para mitra pendidikan di era sekarang dan mendatang. Dari hasil survey tentang rendahnya toleransi para guru terhadap orang di luar dirinya, terutama yang menyangkut agama dan etnis atau suku, maka sebenarnya ini merupakan lampu “kuning” bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Di tengah nuansa politik identitas yang terus digelorakan di dalam tahun politik ini, maka sikap dan tindakan pendidik tentu bisa menjadi rujukan. Apalagi jika guru tersebut bisa menempatkan dirinya di tengah para muridnya.

Masyarakat Indonesia, meskipun sudah berada di era teknologi informasi yang kuat, akan tetapi sikap patron-client itu masih mengakar dengan kuat. Para mitra pendidikan masih menganggap bahwa pendidik adalah orang yang melebihi dirinya dalam banyak hal. Ada factor usia, factor akademis, factor status dan sebagainya yang bisa saja tetap berpengaruh bagi para siswa. Oleh karena itu, pendidik masih memegang kunci penting di dalam mengarahkan sikap dan tindakan para siswanya, atau bahkan dosen terhadap para mahasiswanya.

Anak-anak muda adalah mereka yang sedang di dalam proses pencarian jati diri, baik dari sisi kebangsaan, kesukuan, etnisitas, bahkan keagamaan. Oleh karena itu, di saat seperti ini, maka mereka harus mendapatkan pendidikan yang benar. Yaitu pendidikan yang akan mengarahkannya pada pengetahuan, sikap dan tindakan yang relevan dengan bangsa, negara dan agamanya. Banyaknya anak-anak muda yang tertarik dengan situs-situs agama yang keras tentu disebabkan mereka mendapatkan pelajaran dari dunia agama melalui teknologi informasi yang seperti itu. Misalnya situs-situs yang mengunggah beragama yang bercorak intoleransi, kekerasan bahkan terorisme. Padahal situs-situs seperti ini luar biasa banyaknya dan luar biasa pula tawarannya. Bagi yang tidak diback up oleh lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan sosial yang baik, maka mereka bisa terjerembab di dalam kubangan gerakan intoleransi yang keras.

Institusi pendidikan merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga, makanya bagi saya tentu memiliki pengaruh yang cukup signifikan di dalam proses pencarian jati diri dimaksud.

Pendidik yang memiliki pemahaman agama yang moderat tentu merupakan solusi yang memadai di dalam mendidik mitra didiknya untuk memiliki paham keagamaan yang moderat dan sebaliknya jika gurunya intoleran maka juga akan menghasilkan anak didik yang intoleran. Maka solusinya ialah bagaimana kebijakan pemerintah tentang profesi guru dalam wawasan kebangsaan. Selain itu juga keluarga dan masyarakat yang harus terlibat di dalam pengawasan bagi para remaja.

Semua harus terlibat di dalam membantu pencarian jati diri di kalangan generasi muda agar mereka bisa menjadi pewaris negeri ini untuk tetap berada di dalam kerangka tegaknya NKRI, terjaminnya Pancasila sebagai ideology negara dan tetap langgengnya Indonesia sebagai rumah bersama seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..