MENJAGA KEINDONESIAAN DI PTKN (1)
MENJAGA KEINDONESIAAN DI PTKN (1)
Di dalam acara Seminar Nasional yang digelar oleh IAIN Pontianak, saya diminta untuk menjadi narasumbernya. Selain saya, juga hadir Prof. Dr. Muhibbin Syah, MEd, dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Acara ini dibaeri tajuk “Isu-Isu Pendidikan pada Abad ke 21”. Sebuah acara yang menarik karena mengusung tema pendidikan, sebuah program pemerintah yang tidak lelah untuk dibicarakan, dibedah dan dicari solusinya.
Acara ini dibuka oleh Rektor IAIN Pontianak, DR. Syarif, dan diikuti oleh sejumlah mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak, para pejabat dan segenap tenaga kependidikan. Hadir Dr. Misdah, MPd. (Direktur PPs), Dr. Syamsul Hidayat (Wadir PPs), Dr. Saifuddin Herlambang (Wakil Rektor II), Dr. Saifullah (Kaprodi EI PPs), Dr. Hariansyah, MPsi., (Kapro PAI PPs), Dr. Rahmad, MAg., (Sekpro EI PPs), Dr. Wahab (Sekpro PAI PPs), Dr. Ahmad Hasan, MAg. (Ka LPM) dan Kepala Perpustakaan.
Di dalam pengantarnya, Rektor menyatakan bahwa ada banyak mimpi yang diinginkannya, misalnya ialah IAIN Pontianak menjadi pusat kajian yang unggul dan kompetitif dalam bidang keilmuan Islam multidisipliner, pusat kajian pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal, keinginan untuk memperkuat digitalisasi pelayanan public dan lainnya. Tahun depan harus sudah ada system presensi berbasis finger print untuk mahasiswa. Sekarang sudah dilakukan untuk pegawai, maka ke depan harus diberlakukan untuk mahasiswa. Selain itu tugas kita ialah memperkuat basis keagamaan mahasiswa yang porsinya masih 80 peren berasal dari lembaga pendidikan umum, dan hanya 20 persen saja yang berasal dari Madrasah Aliyah. Di dalam acara ini saya sampaikan beberapa hal, yaitu:
Pertama, kita hidup di era yang disebut sebagai era millennial. Di era inilah teknologi informasi mencapai titik tertinggi dalam pengaruhnya terhadap manusia. Era yang disebut sebagai Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan hadirnya Artificial intelligent (AI) yang sangat tinggi kualitasnya dan luar biasa pengaruhnya bagi manusia, khususnya dunia kerja.
Robot adalah salah satu di antara yang dikhawatirkan akan mengganti posisi manusia ke depan terkait dengan dunia kerja. AI tersebut sesungguhnya ada beberapa macam, yaitu: computer game, jaringan saraf, jaringan fuzzy, robot dan system pakar. AI ialah system kecerdasan yang ditambahkan ke dalam computer atau barang melalui system ilmiah. Jadi, robot bukan satu-satunya AI di era sekarang. Sistem pakar dan system fuzzy sudah digunakan oleh dunia perusahaan untuk memperkuat pengambilan keputusan, terutama yang berbasis data yang kompleks.
Sebagai bagian dari high information technology, maka juga tumbuh berkembang dengan pesat smart phone, yang dapat dijadikan sebagai sarana bermedia sosial. Dewasa ini kemampuan manusia untuk bermedia sosial tersebut luar biasa, dan hal ini dipicu oleh kepemilikan media sosial yang sangat tinggi. Di Indonesia jumlah kepemlikan HP sebesar 361,7 juta orang. Angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 236 juta atau sebesar 142 persen.
Oleh karena itu menjadi wajar jika medsos menjadi sangat ramai di tengah cyber war. Bisa dibayangkan bagaimana di tengah cyber war ini terjadi pertarungan antar calon persiden dan wakil presiden yang sangat mengedepan. Media sosial menjadi hiruk pikuk karena semakin mendekatnya tahun politik. Tanggal 17 April tentu semakin dekat.
Kedua, Lalu, apa yang menjadi tantangan pendidikan tinggi kita sekarang dan yang akana datang? Kita sekarang sedang berada di era yang tidak pernah kita bayangkan, yaitu era AI dan dipastikan akan sangat mempengaruhi terhadap masa depan generasi muda Indonesia. berdasarkan beberapa survey bahwa AI akan berpengaruh terhadap dunia pekerjaan dan diperkirakan akan terdapat sebanyak 800 juta pekerjaan yang akan digantikan dengan AI atau robot pintar. Kemudian yang tidak kalah penting juga mengenai tantangan pemahaman keagamaan yang cenderung keras. Sehingga melahirkan pemikiran untuk mengganti Pancasila dengan ideology lain, khususnya ideology khilafah Islamiyah. Makanya, yang harus dipikirkan ialah bagaimana kita harus melakukan berbagai tindakan agar kekuatan anti-Pancasila tidak semakin membesar dan semakin menguat. Jangan berikan peluang kepada mereka melakukan “makar” terhadap pemerintah yang absah.
Ketiga, Tantangan berikutnya terkait dengan cyber war yang sekarang juga menuai kebangkitan yang luar biasa. Sebagaimana diketahui bahwa menjelang pemilu dipastikan hoax dan ujaran kebencian akan merajalela. Dan kenyataan di lapangan sudah membuktikan bahwa hoax semakin meningkat jumlah dan kualitasnya. Demikian pula ujaran kebencian, disinformasi, character assassination dan sebagainya. Oleh karena itu, para mahasiswa dan civitas academika IAIN Pontianak harus cerdas untuk menyikapi terhadap era cyber war ini terutama menjelang pemilu yang sebentar lagi akan menghampiri kita semua.
Berangkat dari tantangan ini, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai harakah dan bukan hanya menjadi halaqah, yaitu: melakukan perubahan untuk menyongsong era digital atau era AI. Kita harus membangun kurikulum yang memadai untuk menyambut kehadirannya. Misalnya ialah dengan memberikan porsi yang cukup untuk memperuat basis pengetahuan dan keterampilan IT sehingga para mahasiswa akan melek teknologi informasi untuk kepentingan kebaikan. Agar diupayakan review kurikulum dengan mempertimbangkan lingkungan sosial dan perubahan dunia yang sedemikian dahsyat.
Kemudian, juga memberikan benteng moral dan pengetahuan yang cukup kepada mahasiswa agar tidak terjebak pada pikiran dangkal untuk mengikuti ajakan yang tidak cocok bagi masyarakat Indonesia yang plural dan multicultural dengan pemahaman agama yang wasathiyah. Masyarakat Indonesia yang multi etnis dan multiagama tentu sangat cocok dengan agama yang wasathiyah ini. Selalu menempuh jalan damai dan bukan jalan konflik apalagi peperangan. Jangan jadikan Indonesia sebagai Afghanistan, Iraq, Syria dan sebagainya.
Lalu, agar semuanya memperkuat terhadap kualitas pendidikan sebab tahun depan sudah akan dimulai rencana baru pembangunan nasional dan di antara yang mendasar ialah pendidikan berkualitas. Makanya, semua civitas akademica agar berpikir dan memantapkan tujuan agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih bermutu, baik dosen, mahasiswa, program pembelajaran, penelitian, pengabdian masyarakat dan sebagainya. Hanya dengan cara seperti ini maka kita akan bisa bersaing di masa depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.