MAULID NABI MAULID KITA
MAULID NABI MAULID KITA
Tidak terasa Maulid Nabi sudah berada di pelupuk mata. Hari ini (19/11/18) kita akan memperingati kelahiran Manusia Agung, Nabi Muhammad sallalahu alaihi wasallam (saw), yang jatuh pada hari Senin, 20 November 2018. Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau bertepatan tanggal 22 April tahun 571 M.
Setiap tahun kita memperingati hari Kelahiran Nabi Muhammad saw, artinya bahwa setiap tahun pula kita bersentuhan dengan hari bersejarah di dalam kehidupan ini. Lalu apa sesungguhnya makna memperingati Kelahiran Nabi Muhammad saw itu bagi kehidupan kita? Masih relevankah memperingati hari itu sebagai penanda kita sebagai umat Islam? Pertanyaan ini rasanya penting untuk dikemukakan dalam kaitannya dengan upaya perbaikan kualitas kehidupan kita, tidak hanya dari dimensi kepatuhan kepada ajarannya, akan tetapi juga kualitas kehidupan kita secara umum.
Jika kita lacak secara tekstual, maka kehadiran Nabi Muhammad saw adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, “innama buistu liutammima makarim al akhlaq” atau arti secara generalnya ialah “sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk memperbaiki keutamaan akhlaq manusia.” Betapa agungnya Allah menurunkan Nabi Muhammad saw itu dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas akhlak manusia yang diketahui jelek dan bahkan diprediksi juga akan jelek. Makanya, kehadirannya sebagai penanda hadirnya pedoman untuk membangun akhlak yang hebat, akhlak yang terpuji.
Sebagai pedoman bagi tindakan, agama memang dihadirkan untuk menjadi tolok ukur bagi perilaku manusia, sehingga ada yang disebutnya sebagai “ashab al yamin” da nada “ashab al syimal”. Manusia yang digolongkan sebagai “orang yang baik dilambangkan dengan kanan, dan orang yang jahat yang dilambangkan dengan kiri”. Manusia yang baik adalah mereka yang saleh secara teologis atau saleh ritual dan juga saleh sosial. Digambarkan bahwa manusia tidak cukup saleh ritual saja, hidupnya hanya untuk Tuhan saja, dan melupakan terhadap kehidupannya sendiri. Orang yang baik ialah yang bisa menyeimbangkan antara saleh ritual dan saleh sosial tersebut.
Makanya, agama mengajarkan agar dalam harta, misalnya, tidak menumpuk dalam diri satu atau dua orang atau satu kelompok orang, atau akumulasi modal yang bisa disebut sebagai bentuk kapitalisme. Harta harus diberikan kepada yang juga berhak menerimanya, sebab ada hak yang melekat pada orang lain. Inilah di dalam Islam disebut sebagai zakat yang memang harus ditunaikan sebagai pertanggungjawaban atas harta yang dimilikinya.
Jadi di dalam agama ini diajarkan tentang bagaimana kesalehan ritual dalam menjalankan agamanya itu berimbas pada kesediaan untuk berbagai dengan orang lain dan memberikan hak kepada orang lain yang memang memilikinya. Di sinilah makna penting bagaimana seseorang bisa menjaga relasi dengan Tuhan dan sekaligus juga membangun relasi dengan sesama manusia.
Agama ini mengajarkan agar selalu menebar keselamatan. Di dalam teks disebutkan “afsyus salam” atau arti generiknya ialah “tebarkanlah kedamaian atau keselamatan”. Dengan demikian, agama ini mengajarkan agar hamba Nabi Muhammad saw selalu menebarkan keselamatan kepada seluruh alam. Artinya tidak hanya keselamatan sesama manusia akan tetapi juga keselamatan bagi seluruh makhluk dan alam di sekeliling kita.
Manusia tidak akan bisa selamat dengan cara alam ini kita rusak. Kerusakan ekosistem akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh ketika ular diburu untuk dimusnahkan, dan burung-burung pemakan tikus juga diburu untuk diperdagangkan, maka jumlah tikus akan merajalela, sehingga akan merusak pertanian kita dan itu artinya ekosistem tidak terjaga dengan baik dan akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Allah sudah membuat alam ini dengan keseimbangan yang sangat rapi dan semuanya diperuntukkan bagi kebaikan manusia.
Di kala hutan dirusak dengan illegal logging, maka juga dipastikan akan terdapat kerusakan ekosistem sebab hutan merupakan penyangga air tanah yang sangat baik. Jika hutan rusak, maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem yang akan berakibat kerusakan sumber mata air dan juga akan terjadi banjir bandang yang bisa merusak kehidupan manusia. Jadi sebenarnya Tuhan sudah mengatur segala sesuatu dengan desain dan manajemen yang sangat rapi dan baik. Jika manusia tidak melakukannya sesuai dengan pedoman ajaran agamanya dipastikan alam akan menjadi rusak dan manusia jualah yang akan menanggung akibatnya.
Ini hanya sebagian kecil saja dari bagaimana kita dalam hal yang sangat elementer harus menjadikan ajaran Nabi Muhammad saw sebagai pedoman di dalam menjalankan kehidupan. Padahal seluruh kehidupan ini sudah ditata dengan desain dan manajemen kehidupan yang rapi dan sempurna. Jika kita tidak menjalankannya dengan sebaik-baiknya berarti kita tidak melakukan yang terbaik bagi kehidupan ini.
Memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw, sesungguhnya adalah sarana bagi kita untuk merefleksikan kehidupan ini apakah sudah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw ataukah belum. Yang diharapkan dari peringatan itu bukan hanya dengan ritual yang kita kenal selama ini, tetapi dengan mencoba mereview kehidupan kita, sudahkah kita meneladani perilaku dan tindakan Nabi Muhammad saw. Dan itu adalah tugas kita semua.
Wallahu a’lam bi al shawab.