Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGUPAYAKAN RELIGIOUS HARMONY MELALUI PT KEAGAMAAN

MENGUPAYAKAN RELIGIOUS HARMONY MELALUI PT KEAGAMAAN

Saya diundang oleh Bante Dittisampano, PhD., untuk menjadi key note speaker dalam acara The 2nd International Conference 2018 dengan tema “Innovation in Religious Education and Buddhism” di Sekolah Tinggi Agama Buddha Smaratungga di Jawa Tengah, yang diselenggarakan di Hotel Le Beringin Salatiga, 10/11/2018. Saya membawakan makalah dengan tema “A Religious Study to Build Harmony: The Case of Higher Education under Ministry of Religious Affairs”. Akhir-akhir ini saya banyak bicara tentang religious harmony di dalam berbagai forum baik di tingkat nasional maupun regional. Hadir dalam conference ini adalah nara sumber dari Thailand, Vietnam, Singapura, Australia dan Indonesia.

Tema ini tentu tetap menarik di tengah keinginan untuk hidup bersama berbasis pada kerukunan dan harmoni agama yang memang menjadi prasyarat di dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, damai dan juga sejahtera. Melalui kehidupan yang rukun dan damai, maka kita akan bisa melihat Indonesia yang semakin baik di masa depan.

Di dalam acara ini saya sampaikan beberapa hal. Pertama, ialah bagaimana membangun harmoni dan kerukunan beragama. Sungguh satu di antara keinginan kita sebagai bangsa ialah untuk hidup di dalam kebersamaan yang didasari oleh keharmonisan dan kerukunan beragama. Sayang sekali jika Indonesia yang multikultural dan plural ini dirusak oleh bangsanya sendiri karena keinginan untuk mengembangkan ajaran dan ideologi yang tidak relevan bagi bangsa Indonesia. Sungguh kita semua tidak ingin melihat Indonesia porak poranda karena sikap dan tindakan sebagian kecil orang Indonesia yang tidak menghargai terhadap upaya memperoleh kemerdekaan dan membangun kemerdekaan. Kita semua pasti ingin agar Indonesia berada di dalam kehidupan yang rukun dan damai. Jika orang luar negeri saja menghargai dan mengapresiasi terhadap Indonesia karena kemampuan memanej perbedaan dan menjadikannya sebagai contoh yang baik dalam kehidupan yang plural dan multicultural, maka jangan sampai kita sendiri justru tidak menghargainya.

Kedua, salah satu di antara yang bisa dijadikan sebagai insfrastruktur penting di dalam membangun kehidupan yang harmony ialah pendidikan tinggi. Di Kemenag terdapat sebanyak 72 PTKN dan 700 perguruan tinggi swasta. Semuanya merupakan perguruan tinggi keagamaan, yang mengusung semangat dan pemahaman dan pengamalan beragama yang sangat baik. Dari sejumlah 144 satuan kredit semester (sks) maka sekurang-kurangnya terdapat sebanyak 30 persen sks-nya merupakan mata kuliah untuk memperdalam pemahaman keberagamaan. Di sana terdapat mata kuliah antara lain: “pengantar studi agama, pengantar tafsir, pengantar hadits, tafsir al Qur’an, Hadits, Akhlak dan tasawuf, filsafat agama dan lainnya”. Semua PTKN di bawah Kemenag, memiliki kesamaan dalam program perkuliahan religious studies. Semua ini didesain dengan keinginan untuk memperkuat basis keberagamaan yang wasathiyah atau yang moderat.

Kerukunan beragama hanya akan terwujud jika kita memahami agama dalam coraknya yang bukan ekstrim atau radikal. Jika di suatu negara atau bangsa ada sejumlah orang yang selalu berpikir ingin mengimpor ideologi lain, maka dipastikan negara itu akan mengalami kesulitan. Itulah sebabnya di perguruan tinggi dipastikan harus diajarkan pemahaman agama yang wasthiyah ini. Hanya dengan cara berpikir moderat saja kehidupan berbangsa dan bernegara akan berada di dalam suasana yang aman dan tenteram.

Akhir-akhir ini masih terdapat tindakan orang yang melakukan pengeboman bunuh diri dan melibatkan keluarganya. Anak dan istrinya, seperti kasus bom bunuh diri di Surabaya. Inilah contoh kongkrit bahwa elemen garis keras itu masih bercokol dan eksis di negeri ini. Makanya, pendidikan agama diharapkan akan dapat menjadi salah satu solusi bagi pengembangan kehidupan beragama yang rukun dan harmonis.

Ketiga, yang dikembangkan oleh pendidikan tinggi agama ialah pengembangan pendidikan karakter. Kita berharap agar dengan pendidikan karakter tersebut, maka akan lahir generasi masa depan Indonesia yang benar-benar hebat dalam kerangka menyambung estafeta kepemimpinan bangsa. Hanya dengan pendidikan karakter saja generasi muda Indonesia akan dapat menghadapi bonus demografi yang datang. Makanya, semua dosen dan mahasiswa harus menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter untuk Indonesia masa depan.

Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Agama ialah dengan membangun gerakan moderasi agama. Gerakan moderasi agama adalah suatu upaya untuk menyebarkan ajaran agama dalam kontennya yang ramah, penuh kasih sayang dan berupaya membangun kesejahteraan. Upaya ini dilakukan dengan memberikan penerangan agama, pendidikan agama dan juga khutbah dan dakwah yang menyejukkan bagi kehidupan bersama.

Kementerian Agama sudah memiliki infrastruktur Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) dan masyarakat jugas sudah punya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan dengan insfrastruktur ini kita bisa berharap banyak untuk membangun harmoni beragama. Dan yang tidak kalah penting ialah bagaimana perguruan tinggi mendesiminasi dan menstranfer harmoni beragama tersebut dalam paham dan praksis bagi mahasiswanya. Dan saya yakin kita semua bisa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..