Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGEMBANGKAN TATA KELOLA PENDIDIKAN ISLAM

MENGEMBANGKAN TATA KELOLA PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA MENUJU INDONESIA EMAS

Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi

A. Pengantar
Dunia pendidikan kita sedang menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Bahkan bisa jadi 1001 tantangan. Bagi orang yang ingin menghadapi banyak tantangan maka masuklah di dunia pendidikan. Baik yang terkait dengan masalah internal maupun masalah eksternal. Semua bisa memacu adrenalin kita untuk terus berjuang agar setiap masalah atau tantangan bisa diselesaikan dengan cara-cara yang beradab.
Sesungguhnya, manusia memang hidup di tengah tantangan, hambatan dan masalah. Selama manusia masih hidup, maka selama itu pula manusia harus bergelut dengan hal-hal itu. Jadi, artinya manusia selalu di dalam kubangan masalah, hambatan dan tantangan yang akan terus dan terus diselesaikan baik secara individual maupun kelompok.
Persoalan pendidikan merupakan masalah yang kompleks. Dunia pendidikan merupakan kompleksitas kehidupan dalam kerangka menyiapkan generasi di masa depan yang lebih baik. Apalagi Indonesia sedang menghadapi Tahun Emas Indonesia, 2045, yang tentu saja harus disiapkan generasi penyambung estafeta kepemimpinan bangsa yang bisa lebih baik dari generasi sekarang. Dan tugas itu diemban oleh dunia pendidikan.

B. Tantangan Dunia Pendidikan
Dari sekian banyak tantangan pendidikan, saya hanya akan menyampaikan yang mendasar saja, sebab tidak mungkin kita elaborasi keseluruhan tantangan, hambatan dan masalah pendidikan yang sangat kompleks tersebut. Makanya di dalam kesempatan ini, saya hanya menyampaikan tiga tantangan pendidikan Indonesia, yang sungguh kompleks untuk menyikapi dan aksinya.
Nyaris tidak ada ahli pendidikan yang menolak bahwa pendidikan merupakan instrument terbaik dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Andal dalam kecerdasan rasional, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual. Semua itu hanya bisa diraih jika pendidikan dapat menyajikan yang terbaik bagi para anak didik kita di masa sekarang. Era sekarang ini adalah tahun-tahun emas untuk menyiapkan generasi muda kita dalam menyongsong Indonesia yang memiliki kebersamaan, kerja keras dan hebat.
Tiga tantangan tersebut dapat saya formulasikan sebagai berikut: Pertama, tantangan penguatan kualitas pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa di dalam Rencana Strategis atau RPJMN 2019-2024 adalah era peningkatan kualitas pendidikan. Ada empat saja yang ingin saya sampaikan, yaitu: Indonesia tanpa kemiskinan, Indonesia tanpa kelaparan, Indonesia sehat dan pendidikan berkualitas. Saya akan membahas yang terakhir, pendidikan Indonesia berkualitas.
Pendidikan Indonesia belum sedemikian baik, sebab rangking kita di dalam Education Development Index masih berada di level tengah. Berada di dalam rangking 69 dari seluruh negara yang disurvey. Sedangkan dari aspek Global Competitiveness Index (GCI) masih berkutat di peringkat 41 dalam tahun-tahun terakhir, di mana pada tahun sebelumnya pernah berada di peringkat 34 dunia. Ada penurunan rangking disebabkan negara lain juga berkembang cepat dalam mengejar ketertinggalannya di bidang competitiveness. Dari aspek Human Development Index juga kualitas kita berada di atas 100. Tepatnya ialah rangking 113 dari 188 negara di dunia. Profile ini yang harus menjadi perhatian kita semua, sebab kita sudah menyepakati bahwa pendidikan merupakan instrument terbaik untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.
Meskipun peringkat kita turun secara internasional, akan tetapi dilihat dari perkembangan setiap tahun meningkat. IPM kita naik 0,90 persen dibandingkan dengan tahun 2016. Pada tahun 2017 IPM kita sebesar 70,81. Jadi menurut BPS bahwa perkembangn tersebut menggambarkan bahwa secara internasional memang menurun, akan tetapi secara nasional terdapat perkembangan yang signifikan. Negara lain meskipun naik peringkatnya, akan tetapi secara nasional masih kalah dibandingkan dengan indeks kenaikan IPM Indonesia.
Kedua, tantangan era industry 4.0, yang sudah di depan mata, sementara penyikapan kita terhadap era baru ini masih biasa-biasa saja. Nyaris kita tidak terpikir bagaimana menghadapi era baru yang disebut sebagai revolusi industry 4.0 tersebut. Era revolusi Industri 4.0 tersebut ditandai dengan semakin menguatnya inovasi di bidang Artificial Intelligent (AI) seperi banyaknya robot pintar yang menjadi pesaing manusia di dalam dunia pekerjaan. Berdasarkan perkiraan para ahli, maka tahun 2030 akan terdapat sebanyak 800 juta jenis pekerjaan yang akan ditangani oleh robot. Jadi, suatu kenyataan bahwa robot akan memaksa manusia menjadi penganggur, sebab banyaknya pekerjaan yang akan dilakukannya. Dengan kata lain, bahwa nanti manusia akan melawan terhadap produk teknologi hasil ciptaannya sendiri. “When The Machine do Everything”. Makanya, pendidikan harus diarahkan untuk menjawab tantangan ini agar ke depan kita siap menghadapinya dengan kepala tegak.
Ketiga, tantangan peningkatan kualitas pendidikan. Harus juga disadari bahwa kita sedang menghadapi kenyataan tentang kualitas pendidikan Islam yang belum optimal. Di satu sisi terdapat tingkat pendidikan berbasis internasional yang bagus, sementara terdapat kualitas pendidikan yang masih kembang kempis. Hidup segan mati tak mau. Ada institusi pendidikan Islam yang sangat baik dalam program pendidikannya sementara juga didapati lembaga pendidikan yang belum memiliki program unggulan. Disparitas itu bisa dilihat dari kualitas pendidik, kualitas sarana prasarana pendidikan, kualitas proses pembelajaran dan sebagainya.
Di tingkat pendidikan tinggi saja bisa dilihat bahwa yang memperoleh gelar doktor sebagai ukuran kualitas tenaga pendidik, baru sebesar 11,11 persen yang bergelar doktor. Idealnya tentu harus 30 persen. Jumlah tenaga pendidik di PTKI sebesar 31.500 orang sementara yang doktor baru mencapai angka 3500 orang. Dan jumlah professor sebanyak 419 profesor. Atau sejumlah 11,97 persen untuk yang bergelar doktor. (https://nujateng.com). Dari sisi akreditasi, juga masih memerlukan penguatan. Jika menggunakan standart PTKIN, maka terdapat sebanyak 169 Prodi teakreditasi A, 718 Prodi terakreditasi B dan sebanyak 299 Prodi terakreditasi C. (Jurnal Walisongo.ac.id).
Yang tidak kalah menarik adalah kualitas managerial atau tata kelola lembaga pendidikan Islam. Di dalam banyak hal, saya kira tata kelola lembaga pendidikan Islam masih bercorak konvensional. Artinya, bahwa lembaga pendidikan dikelola apa adanya, tanpa mempertimbangkan bagaimana lembaga pendidikan yang modern. Tentu ada di antaranya yang sudah menggunakan tata kelola baru yang mengadaptasi perubahan, tetapi tentu jumlahnya tidak banyak. Di dalam konteks ini, maka untuk menyongsong Indonesia Emas, 2045, tentu diperlukan antisipasi dari perspektif peningatan kualitas kelembagaan dan program pembelajaran agar bonus demografi yang sering didengungkan akan memberi untung jangan sampai menjadi buntung.

C. Apa Yang Bisa Dilakukan?
Kita sudah memiliki banyak inovasi terkait dengan upaya untuk menjawab tantangan kependidikan menuju era Indonesia Emas, 2045. Ada banyak hal yang sudah dilakukan akan tetapi saya kira dari perspektif tata kelola rasanya masih ada beberapa hal yang harus kita upayakan secara optimal.
Pertama, peningkatan kualitas pendidikan melalui program 5000 doktor. Saya kira program ini sangat menjanjikan dan akan berdampak pada peningkatan kualitas dosen dengan pendidikan terbaik. Jumlah ini saya kira perlu dipertimbangkan mengingat bahwa persentase dosen dengan gelar doktor baru 11,11 persen. Belum lagi kualitas pendidikan para guru yang juga memerlukan sentuhan optimal untuk peningkatan kualitasnya.
Problem guru saya kira juga tidak sederhana, misalnya tentang distribusi guru yang tidak merata, persebaran guru mata pelajaran yang tidak berimbang. Masih banyak mismatch dalam pengangkatan guru dalam jabatan professional. Problem ini tentu bertali temali dengan kualitas guru dan dosen yang rasanya memang masih memerlukan penguatan kualitasnya. Misalnya jumlah professor yang masih minim, hanya 11,97 persen.
Kedua, untuk mengatasi program pembelajaran yang masih konvensional, kiranya diperlukan satu konsep baru, yang saya sebut sebagai program discovery learning, yaitu program pembelajaran yang bertujuan untuk menemukan “sesuatu”, berupa hasil penelitian, hasil rekayasa teknologi, hasil upaya pengabdian dan sebagainya. Jadi siswa atau terutama mahasiswa harus diajarkan agar mereka menemukan produk akademis atau teknis selama pembelajaran berlangsung. (periksa: “discovery Learning” dalam nursyam.uinsby.ac.id). Selain itu juga diperlukan penguatan soft skilled untuk memberikan kapasitas lebih kepada terutama mahasiswa. (periksa “The Power of Soft Skilled”, dalam nursyam.uinsby.ac.id).
Ketiga, di dalam tata kelola, saya kira masih penting untuk meninjau kembali penerapan “Total Quality Management” sebagai basis penyelenggaran pendidikan Islam. Saya merasakan bahwa kata kunci memberikan “kepuasan pelanggan” akan tetap menjadi basis managerial di dalam pengelolaan pendidikan Islam. Semakin besar “kepuasan pelanggan” akan semakin besar peluang lembaga pendidikan tersebut berkualitas.
Masyarakat kelas menengah Indonesia, sedang mencari lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas dan hal ini harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan Islam. Masyarakat sebagai pelanggan eksternal perlu untuk memperoleh kepuasan sehingga mereka mempercayai terhadap kualitas pendidikan Islam dimaksud.
Berikut adalah bagaimana cara kerja “Total Quality Management”, yang kiranya dapat diterapkan pada lembaga pendidikan kita. Jika kita perhatikan pada gambar di bawah ini, sesungguhnya lembaga pendidikan Islam bisa mengadaptasi TQM sebagai salah satu tool untuk mengembangkannya. Total Quality Management is an extensive and structured organization management approach that focuses on continuous quality improvement of products and services by using continuous feedback. Joseph Juran was one of the founders of total quality management just like William E. Deming.

Gambar diadaptasi dari https://www.toolshero.com/wpcontent/uploads/2014/03/total-quality-management-tqm-toolshero.jpg

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..