Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GENERASI MILENIAL DALAM TANTANGAN ZAMAN

GENERASI MILENIAL DALAM TANTANGAN ZAMAN
Sebenarnya sudah sangat lama, Pak Ketua STAIN Sorong, Dr. Hamzah, MAg., meminta saya untuk mengisi acara Studium General di Kampusnya. Sayang karena waktu yang padat sehingga saya belum bisa memenuhinya. Hari ini, 11 Oktober 2018, Saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara yang sangat ditunggu oleh civitas akademika STAIN Sorong dimaksud.
Hadir pada acara ini, selain Pak Ketua ialah Pak Umar, Wakil ketua III STAIN Sorong, Direktur Pascasarjana STAIN Sorong, Asisten III Kabupaten Sorong, wakil FKUB, Kakankemenang Kabupaten Sorong dan Kota Sorong, mitra kerja STAIN Sorong (Bank Mandiri Syariah) dan juga segenap dosen dan mahasiswa STAIN Sorong. Saya merasa sangat senang bertemu dengan para dosen, pimpinan daerah dan juga para mahasiswa yang tentu saja para mahasiswa tersebut menjadi harapan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.
Saya sampaikan beberapa hal penting dan mendasar pada kuliah umum ini, yaitu: Pertama: PTKIN kita ini harus mentransfer dan mendidik anak muda kita untuk memahami betapa pentingnya religious harmony. Kita tahu bahwa filsafat hidup masyarakat Indonesia ialah bagaimana membangun harmoni, rukun dan selamat. Tidak ada sedikitpun di antara kita yang tidak menginginkan kerukunan, keharmonisan dan keselamatan. Bayangkan bagaimana kita hidup di Iraq dan Syria yang terus dilanda perang saudara. Tidak ada keamanan, tiidak ada perdamaian, tidak ada keselamatan. Maka menjadi orang Indonesia adalah suatu keberuntungan. Untung kita menjadi orang Indonesia, kalau kita menjadi orang Iraq dan Syria maka kita buntung. Hargailah kerukunan dan keharmonisan bangsa ini. Tidak ada suatu bangsa dengan pluralitas dan multikulturalitas seperti bangsa Indonesia. Kita ini bangsa yang besar yang memiliki kemampuan untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan dimaksud.
Kedua, tantangan kita yang tidak kalah keras ialah semakin menguatnya gerakan Ideologi trans-nasional. Gerakan ini kebanyakan menyasar kepada anak-anak muda. Mereka adalah anak-anak muda yang tidak mengalami sejarah perjuangan kebangsaan kita. Mereka di dalam banyak hal dipengaruhi dengan ide-ide gerakan kenegaraan berbasis agama. Dan juga perlu saya sampaikan bahwa gerakan seperti ini tidak hanya ada dalam satu agama saja, akan tetapi juga ada pada agama-agama lainnya. Oleh karena itu, anak-anak muda harus kita bentengi dengan agama yang moderat, agama yang wasathiyah atau agama yang rahmatan lil alamin. Agar mereka diajarkan beragama yang tidak bercorak intoleran terhadap kelompok lain, tidak mengajarkan kebencian kepada kelompok lain dan juga tidak mengajarkan prejudice terhadap kelompok lain. Mereka harus mendapatkan pembelajaran agama yang benar sesuai dengan agama yang diajarkan oleh para agamawan kita yang mengembangkan pemahaman, sikap dan tindakan agama yang moderat atau jalan tengah. Jangan pernah anak-anak muda kita terkecoh dengan propaganda untuk mendirikan negara lain yang berbeda dengan negara Indonesia kita ini.
Ketiga, janganlah kita mencoba untuk melakukan eksperimentasi tentang bentuk baru atau ideology baru di negeri yang aman dan damai, yang rukun dan harmoni seperti di Indonesia ini. Jangan pertaruhkan Indonesia sebagai negara besar dengan perilaku yang tidak jelas dan masa depan negara yang juga tidak jelas. Coba kita renungkan kalau kita dalam perjalanan dengan pesawat terbang dari Jakarta ke Papua, maka lama perjalanan itu nyaris lima jam. Maka perjalanan itu sama dengan perjalanan dari Jakarta ke Guangzhou di Cina. Luar biasa negera kita seperti membentang dari Jakarta ke daratan Cina. Mari kita berpikir yang jernih agar kita bisa merasakan betapa Indonesia merupakan negara yang memiliki kapasitas untuk menjadi semakin baik berkat kita berketetapan menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebinekaan.
Keempat, yang juga menjadi tantangan kita adalah teknologi informasi yang sangat dahsyat terutama di era Industri 4.0. Kita sedang menghadapi tantangan zaman yang luar biasa. Melalui artifisial intelligent, maka kita dihadapkan pada semakin sempitnya peluang kerja karena semakin banyak pekerjaan yang ditangani oleh robot atau mesin pekerja. Robot itu memiliki kemampuan bekerja cermat, kuat, dan teliti. Makanya, manusia harus mengembangkan pola pendidikan baru yang berbeda ke depan dengan robot-robot itu. Yaitu mengajarkan tentang nilai, keyakinan, berpikir kritis dan inovatif, kerja sama dan peduli sesama. Saya kira kita telah mengembangkan pendidikan dengan basis seperti ini hanya saja perlu diperkuat cakupan dan kedalamannya, sehingga akan dihasilkan alumni yang mumpuni dengan berbagai talentanya.
Oleh karena itu, saya kira diperlukan sentra-sentra baru di dalam program pendidikan, seperti sentra pendidikan berbasis harmoni sosial, sentra pendidikan berbasis literasi media, sentra pendidikan yang berbasis kearifan lokal dan sebagainya. Saya kira para dosen perlu mendiskusikan hal ini dan juga bekerja sama dengan institusi lain agar ke depan program pendidikan kita akan lebih berdaya guna,
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..