Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

THE POWER OF SOFT SKILLED

THE POWER OF SOFT SKILLED
Di era industry 4.0 yang sekarang sedang memasuki eranya, maka salah satu yang dianggap penting untuk menyongsong era tersebut ialah dengan mengembangkan kemampuan yang disebut sebagai soft skilled. Kemampuan ini diperlukan sebagai jawaban atas semakin menguatnya artificial intelligent (AI) yang ke depan akan menjadi pesaing manusia.
Soft skilled dapat diartikan sebagai kemampuan yang bersumber dari kecerdasan multi talenta. Maksudnya tidak hanya berbasis pada kecerdasan rational, akan tetapi juga kecerdasan emosional, sosial dan bahkan kecerdasan spiritual. Jika kecerdasan rational akan mengantarkan kepada kemampuan hard skilled dan profesionalitas, maka soft skilled mengantarkan kepada kecerdasan yang lebih kompleks dibalik kecerdasan atau hard skilled dan profesionalitas. Ia berada dibalik semua itu.
Saya ingin menggambarkan kemampuan apa saja yang bisa mengantarkan kepada kecerdasan atau soft skilled tersebut, yaitu:
Pertama, the power of thinking. Kemampuan berpikir tentu bersumber dari kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh manusia secara variatif. Ada kaitannya dengan Intellectual Quotion (IQ). Bahkan ada yang beranggapan perlunya blue sky thinking atau pemikiran yang melambung seperti awan, berbasis pada ide-ide yang highly ideas performance. Di dalam konteks ini, maka kekuatan pemikiran ialah menghasilkan pemikiran-pemikiran yang out of the box atau lateral thinking. Misalnya ide cemerlang tentang aplikasi Go-Jek, Go-Pay, Go-Food, Bukalapak, Shahnaz shop, Amazon.com., Alibaba.com dan sebagainya yang bisa melakukan dekonstruksi atas kemapanan perusahaan-perusahaan pertaksian, mall, dan sebagainya. Yang dibutuhkan ialah berpikir kritis untuk menghasilkan inovasi dengan memanfaatkan talenta yang dimilikinya.
Kedua, the power of communications, yaitu di dunia millennial ini, maka yang bisa mengangkat posisi seorang individu ke dalam jenjang pergaulan luas ialah kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi jangan hanya diartikan sebagai kemampuan berbahasa asing, akan tetapi sesungguhnya ialah kemampuan untuk memahami siapa lawan komunikasinya. Jika kita akan melakukan komunikasi untuk kemampuan negosiasi, maka harus diketahui siapa sesungguhnya orang yang akan kita ajak untuk berkomunikasi. Pelajari back ground pendidikannya, keluarganya, hobbinya, kemampuannya dalam bernegosiasi, karakternya dan sebagainya. Pelajari secara mendalam agar kita bisa menyeimbangkan posisi dan kemampuan kita dengan lawan komunikasi kita. jangan biarkan pertemuan penting hilang begitu saja. Sebagai seorang negosiator atau human relations atau public relations, maka mutlak diperlukan kemampuan komunikasi.
Ketiga, the power of informations. Kita sedang berada di era peluberan informasi. Artinya lalu lintas berita itu sangat dominan. Dalam hal ini maka kita harus mampu untuk memanfaatkan informasi untuk memperkaya gagasan, ide atau tindakan-tindakan kita. Kita harus memilih infomasi yang membuat kita semakin arif tetapi jitu dalam mengambil keputusan. Setiap informasi yang datang kepada kita harus kita analisis dengan cermat agar kita tidak salah meresponnya. Pilihlah informasi yang membuat kita semakin wise dan smart. Saya akhir-akhir ini senang membaca majalah SWA, sebab ada banyak inspirasi tentang dunia talenta yang terekspose menjadi praksis berwirausaha dan sebagainya.
Keempat, the power of team work. Kita hidup di era semakin terdiferensianya kemampuan, visi pekerjaan, jenis-jenis layanan dan sebagainya. Kita hidup di era organisme sosial yang sangat menantang. Di tengah kehidupan ini tidak ada orang yang bisa menyelesaikan pekerjaan atau misinya seorang diri. Semua harus dilakukan dengan kerja team yang solid. Makanya, sebagaimana Jack Ma menyatakan bahwa team work adalah kekuatan kita untuk menghadapi masa depan yang sarat dengan tantangan. Sebagaimana Islam juga mengajarkan agar kita saling tolong menolong –ta’awun—agar kita bisa menyelesaikan tantangan kehidupan dengan lebih realistis dan sukses.
Kelima, the power of friendship. Kita diciptakan oleh Tuhan, Allah swt., sebagai makhluk dengan kehidupan berkelompok. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Semuanya memiliki kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk bersahabat, berekspressi dan mengembangkan rasa dan tindakan persahabatan tersebut sebagai manifestasi kemanusiaan kita. Jangan pernah berpikir bahwa kita adalah orang yang paling hebat sendiri, paling jempolan sendiri, sebab setiap manusia memiliki talenta dan keunggulan untuk saling melengkapi. Stephen Hawking adalah manusia cerdas tetapi memiliki kecacatan nyaris sempurna. Beliau hanya bisa menciptakan tiga kata dalam satu menit. Hal ini semua dibantu oleh mesin yang membuatnya bisa bekerja cerdas. Makanya Stephen Hawking membutuhkan orang lain untuk menemukan teori “asal-usul alam semesta” yang sangat luar biasa. Jadi, berpikirlah cerdas, bahwa persahabatan merupakan kunci sukses di dalam kehidupan ini.
Kemampuan soft skilled tidak hanya persoalan bakat atau talenta, akan tetapi sesuatu yang bisa dipelajari. Dia tidak hanya given tetapi juga achievement. Makanya, kita harus meraihnya di saat waktu masih ada dan tersedia untuk kita semua.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..