Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

NUANSA HANGAT MENJELANG PILPRES (2)

NUANSA HANGAT MENJELANG PILPRES (2)
Harus dipahami bahwa setiap terdapat pilihan apapun peringkatnya dengan system one man one vote, dan di dalamnya terdapat upaya untuk memenangkan calon yang diusung, maka dipastikan bahwa akan terjadi pertarungan untuk menghadapi kostestasi dimaksud.
Proposisi yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk membahas hal ini ialah: “kontestasi untuk memenangkan setiap posisi dalam suatu organisasi atau pemerintahan yang di dalamnya terdapat pilihan public untuk memenangkannya, maka dipastikan akan terdapat tindakan-tindakan yang mengarah kepada kekerasan”. Di antara medium untuk melakukan tindakan yang mengarah kepada kekerasan itu ialah media sosial atau medsos.
Kita sekarang memang sedang memasuki suatu era yang disebut sebagai industry 4.0, yang salah satunya ialah penggunaan media teknologi untuk berbagai kepentingan. Bisa saja kepentingan commerce, politik, militer, sosial budaya dan juga agama. Yang menonjol tentu saja ialah untuk kepentingan e-commerce dan kemudian yang juga kuat ialah untuk kampanye politik.
Di dalam tulisan ini, saya akan memfokuskan pembahasan pada aspek politik yang menggunakan media sosial sebagai cara untuk berkampanye. Sudah diketahui bahwa penggunaan media sosial sebagai instrument kampanye sudah dilakukan di semua negara termasuk dalam pilpres di Amerika Serikat. Bahkan untuk kepentingan kampanye melalui media, maka selalu disiapkan tim yang kuat dengan para ahli dari berbagai disiplin ilmu dan juga kaum professional yang andal. Misalnya ahli ilmu sosial, politik dan budaya dan terutama adalah ahli komunikasi media dan juga para social marketer yang akan menjajakan gagasannya dalam bahasa kampanye yang hebat.
Tim cyber inilah yang sesungguhnya akan memainkan peranan penting di dalam upaya mendongkrak popularitas calon maupun melawan terhadap kampanye hitam atau black champagne dalam bentuk statement, seperti meme, short story, short video, speed writing dan sebagainya. Semua akan dikerahkan untuk kepentingan memenangkan paslon yang diusung.
Jika secara empiris diamati, maka yang dominan dalam menggunakan media sosial untuk kepentingan kampanye ialah PKS. Bahkan jauh sebelum kampanye dimulai, kelompok ini sudah mengusung hastag Ganti Presiden, yang sangat fenomenal. Mereka memang memiliki pasukan yang kuat terdiri dari anak-anak muda yang memiliki kepedulian dan keahlian dalam memanfaatkan media sosial. Di antara partai politik, saya kira PKS lah yang paling sadar tentang pentingnya media sosial.
#Ganti Presiden, sudah jauh hari dilansir oleh kelompok yang tergabung dengan eksponen Gerakan 212 yang bersatu padu dengan kelompok oposisi lainnya, seperti Partai Gerindra, PKS dan eksponen lain yang seperjuangan dengan hal ini.
Barulah kemudian muncul hastag lain yang merupakan posisi bertahan dari serangan hastag Ganti Presiden yang cukup massif pengaruhnya.
Era medsos adalah era untuk membangun opini. Dengan menggunakan medsos yang diharapkan ialah lahirnya simpati dan tindakan memilih. Jangan lupa misalnya dengan penolakan Neno warisman, maka kelompok ini bisa memanfaatkan situasi ini untuk membangun simpati karena merasa dipinggirkan. Mereka merasa menjadi korban dari rezim yang berkuasa dan semua pendukungnya. Perasaan menjadi korban inilah yang diunggah melalui media sosial untuk membangun simpati.
Di dalam konteks ini, maka yang diperlukan oleh para pengguna media sosial ialah memahami apa sesuangguhnya dibalik semua peristiwa. Pengguna medsos haruslah cerdas untuk memahami semua permainan yang dilakukan dalam kerangka menarik simpati. Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk memahami semua content medsos, yaitu:
Pertama, sikap kritis dalam membaca setiap content media sosial. Harus selalu berpikir bahwa setiap content di dalam media sosial terutama yang terkait dengan tindakan politik dipastikan bahwa terdapat upaya “politisasi” di dalamnya. Bisa saja sebuah peristiwa dieksegerasikan, dihiperbolakan, atau dibesar-besarkan. Tujuan utama bagi semua content berita kampanye adalah bagian dari strategi untuk memenangkan pertarungan politik. Pasti bertujuan untuk meraih dukungan sebanyak-banyaknya.
Kedua, menolak atau menerima konten berita media sosial dengan cara yang cerdas. Kita harus yakin bahwa tentu ada konten medsos yang baik dan ada pula yang jelek. Semua tergantung pada bagaimana cara kita menyikapinya dan memahaminya. Jangan sampai berpikir bahwa semua yang terurai di medsos adalah berisi kebenaran dan kebaikan. Jika perlu harus suudz dzon terhadap berita-berita politik melalui medsos. Dengan sikap ini, maka kita akan cermat dan teliti dalam menyikapi dan memahami terhadap setiap berita yang masuk ke dalam akun media kita.
Ketiga, harus cermat dan teliti untuk menyebarkan berita politik kepada sahabat atau kolega kita. Jangan bertindak semua postingan dapat dishare kepada public. Teliti dan cermati dan lakukan check and recheck agar kita tidak terjerembab dalam menyebarkan hoax atau berita palsu. Pastikan bahwa hanya konten yang baik saja yang bisa digunakan untuk kepentingan membangun kebersamaan.
Keempat, agar semua membangun kompetisi berbasis persahabatan. Harus disadari bahwa kontestasi di dalam pilpres itu memang harus diakui keberadaannya karena memang semua ingin memenangkan pertarungan yang hanya dimenangkan oleh satu orang. Makanya, yang penting ialah memiliki kesadaran bahwa siapapun yang menang hakikatnya ialah ketentuan Tuhan yang azali sifatnya. Manusia hanya pelaku aktif yang bisa memenangkan kompetisi melalui tindakan yang baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..