Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEMBALI DALAM PENGABDIAN DOSEN (2)

KEMBALI DALAM PENGABDIAN DOSEN (2)
Salah satu di antara moment penting bagi Pak Suryadharma Ali sewaktu menjadi Menteri Agama ialah melaksanakan gerak jalan kerukunan umat beragama. Moment ini dilakukan melalui diskusi kecil saya dengan Pak Surya dan Pak Kakanwil Jogykarta, Pak Masykul Hadi, pada awal tahun 2014. Salah satu di antara yang digagas bersama ialah bagaimana menggerakkan umat terutama di daerah untuk membangun semangat kerukunan. Makanya, kemudian dilakukanlah gerak jalan kerukunan umat beragama di seluruh wilayah Indonesia. Mula-mula yang melakukan ialah Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, Pak Khoiruddin, lalu berturut hampir setiap akhir pekan dilakukan gerak jalan dimaksud. Tidak hanya dilakukan di daerah tetapi juga di pusat, yang selalu dimulai dari Kantor Lapangan Banteng 3-4 Jakarta. Bahkan pernah menyelenggarakan apel kerukunan umat beragama dengan peserta sebanyak 50.000 orang di Lapangan Monas Jakarta. Hadir pada waktu itu ialah Wakil Presiden RI, Bapak Professor Budiono. Apel akbar ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Amal Bhakti Kemenag. Sebagai seorang Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) tentu saya mendukung terhadap Gerakan Kerukunan Umat Beragama, sebab memang bernilai sangat strategis. Saya masih ingat ungkapan Pak Surya: “pembangunan bangsa tidak bisa dilaksanakan tanpa persatuan bangsa dan persatuan bangsa tidak akan terjadi jika tidak terdapat kerukunan umat beragama”.
Pada suatu sore, saya datang ke ruang Pak Surya. Bertepatan waktu itu terdapat Menteri Perumahan Rakyat, Pak Djan Farid. Sambil berdiri Pak Surya memberitahu bahwa saya akan dilantik untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kemenag. Kalau tidak salah, hal itu terjadi satu hari sebelum saya dilantik, tanggal 11 April 2014. Maka sambil berdiri itu, saya nyatakan bahwa saya akan lebih banyak bisa membantu Pak Surya dalam jabatan Dirjen. Apa tidak sebaiknya saya tetap dalam jabatan saya saja. Pak Surya menyatakan: “Surat Keputusan Presiden sudah jadi, makanya akan segera saya lantik”. Mungkin tidak ada yang pernah menyangka bahwa saya sebenarnya keberatan ketika mau diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Kemenag.
Tetapi tentu takdir berkata lain, sebab akhirnya saya memang dilantik sebagai Sekjen Kemenag dan jabatan itu berlangsung sampai kemudian Pak Lukman Hakim Saifuddin, diangkat untuk jabatan Menteri Agama pada akhir tahun 2014 dan kemudian tetap dipertahankan pada waktu Pak Lukman menjadi Menteri Agama pada era Pak Jokowi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Ada banyak suka dn duka di dalam menjabat sekjen Kemenag. Maklumlah bahwa Sekjen Kemenag itu dituntut untuk juga memahami konsep—konsep dasar Ilmu Agama. Meskipun tidak ahli betul di dalam ilmu agama, akan tetapi pengetahuan dasar mengenai ilmu agama harus dikuasai. Sebagai alumni IAIN tentu sedikit atau banyak saya cukup memahami banyak hal tentang ilmu keislaman. Tentu berbeda dengan sekjen K/L lainnya, yang memang murni administrasi pemerintahan, maka untuk Sekjen Kemenag diperlukan seperangkat pengetahuan tentang Ilmu administrasi kelembagaan dan juga administrasi yang terkait dengan agama.
Memang tugas pokok dan fungsi Kemenag itu sangat luas. Dari aspek administrasi pemerintahan, pendidikan Islam, dan juga administrasi agama dan kelembagaan agama pada semua agama. Sebagai sekjen Kemenag tentu yang sangat mendasar ialah bagaimana mengkomunikasi dan mengkoordinasikan tupoksi kemenag yang sangat luas tersebut. Untuk administrasi pendidikan Islam dan all of the problem pendidikan Islam tentu saya tahu, sebab saya pernah menjabat sebagai dirjen Pendidikan Islam. Tentang administrasi kelembagaan juga bisa saya kuasai dalam waktu yang relative singkat, namun yang tidak kalah pointing ialah administrasi keagamaan dan kelembagaan keagamaan.

Categories: Opini
Comment form currently closed..