Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ISLAM NUSANTARA: ANTARA ARAB DAN INDONESIA (2)

ISLAM NUSANTARA: ANTARA ARAB DAN INDONESIA (2)
Di antara pertanyaan lain ialah apakah Islam Nusantara itu varian baru Islam yang merupakan gerakan untuk memisahkan diri atau berbeda dengan tradisi Islam yang berkembang di dunia Arab. Pertanyaan ini penting untuk dikemukakan sebab di dalam pandangan kaum kontra Islam Nusantara itu ternyata beranggapan bahwa Islam Nusantara itu merupakan varian baru Islam, dan akan berbeda dengan Islam-Islam lain di tempat lain.
Secara akademis, perdebatan tentang Islam universal dan Islam particular itu sudah sangat lama. Basis diskusinya bukan pada aras mana yang genuine dan mana yang tidak genuine, akan tetapi pada cakupan pengaruh Islam itu di dalam skala besar atau kecil. Saya yakin bahwa Islam memiliki cakupan ajaran yang universal, yang berlaku umum dan harus dilakukan secara menyeluruh di semua wilayah dan bentangan dunia ini.
Islam di seluruh dunia menggunakan bahasa Arab sebagai instrument peribadahannya, misalnya yang paling riil ialah shalat. Adapun tentang do’a, tentu tidak ada kewajiban asasi bahwa harus menggunakan bahasa Arab, bisa juga menggunakan bahasa yang paling dikuasainya. Saya yakin Allah pasti mendengarkan doa kita dalam bahasa apapun. Jika kemudian dibatasi doa hanya dengan bahasa Arab saja yang diterima, maka akan mengerdilkan Allah yang memang secara sunnatullah menjadikan manusia itu berbeda-beda dalam suku, ras dan bahasanya. Yakinlah bahwa Allah memahami semua bahasa manusia, baik bahasa yang dilafalkan atau diungkapkan di dalam hati saja. Shalat dalam bahasa Arab dan doa dalam bahasa yang bervariatif ini yang kemudian membedakan ada corak Islam yang bersifat universal dan ada yang particular. Bukan ajaran Islamnya yang particular akan tetapi implementasi dalam berislam itulah yang bercorak particular, ditentukan oleh factor budaya, kewilayahan atau kedaerahan.
Jika kita memiliki kemampuan berdoa dalam bahasa Arab sesuai dengan doa-doa Nabi Muhammad saw yang tertuang di dalam al Qur’an atau hadits Nabi Muhammad saw dan bahkan juga doa-doa yang dirumuskan oleh ulama-ulama Islam, maka tentu itu akan sangat baik dan afdhal. Namun tidak berarti bahwa doa dalam bahasa yang kita kuasai lalu sama sekali tidak mendapatkan manfaat. Jadi, Allah yang memiliki hak untuk menerima doa kita itu.
Islam mengajarkan hal-hal yang sangat universal, bahkan juga menjadi ajaran semua agama di dunia ini. Konsepsi keadilan, pemihakan kepada kaum mustad’afin, pemihakan kepada hak-hak perempuan, pemihakan kepada kaum difabel, menjaga kerukunan umat manusia, menjaga persaudaraan dan sebagainya adalah ajaran universal Islam yang luar biasa. Siapapun tidak akan mengingkari hal ini. Baik Islam di Arab, Mesir, Irak, Cina, Maroko dan sebagainya pastilah menjadi ajaran Islam universal itu sebagai pedomannya. Tetapi lalu kenapa misalnya terjadi konflik antar sesama umat Islam di berbagai belahan dunia ini, tentu itu didasari oleh penafsiran akan Islam yang dianggapnya paling benar dan menafikan penafsiran bagi lainnya. Kenapa umat Islam di satu negara atau antar negara tetangga yang sama beragama Islam terjadi konflik, tentu karena hal itu dipengaruhi oleh politik kekuasaan dan lain-lain.
Dari sisi budaya, tidak mungkin kita akan memaksakan hanya ada satu budaya saja, bahkan budaya berbasis agama. Bayangkan bahwa kita akan memaksakan semua umat Islam akan menggunakan jenggot ala orang Arab atau berpakaian ala orang Arab. Maka itu hal yang sangat mustahil. Orang boleh berpakian dengan cara pakaian orang Arab, tetapi juga tidak bisa melarang orang berpakaian dengan tradisinya. Prinsip Islam dalam berpakaian ialah pakaian itu menutup aurat. Tetapi ekspressi menutup aurat itu juga bermacam-macam. Yang penting bahwa pakaian itu masih termasuk dalam kategori menutup aurat.
Dalam cara merawat jenazah, maka tentu juga tidak sama antara apa yang menjadi tradisi orang Arab dengan orang Indonesia, sebab memang hal itu adalah termasuk dalam budaya yang bisa bervariasi. Tetapi prinsipnya ialah orang Islam yang meninggal pastilah digunakan cara-cara yang dianggapnya relevan dengan ajaran Islam. Di Arab tentu tidak ada tradisi mengantar jenazah dalam ratusan orang, tetapi di Indonesia hal ini adalah hal yang lumrah. Di Arab tidak ada talqin mayit, tetapi di Indonesia didapati tindakan merawat orang mati seperti itu. Jadi inilah bentuk partikularitas Islam yang diamalkan oleh masyarakat di dunia ini.
Yang termasuk tradisi, misalnya acara kunjungan rumah setelah puasa atau hari raya. Di Arab tentut tidak ada hal seperti ini. sebab tata cara pergaulan di antara mereka memang tidak mengharuskan seperti itu. Tetapi di Indonesia, hal ini sudah mendarahdaging di dalam kehidupan masyarakat Islam. Ajaran saling memaafkan adalah ajaran universal Islam, tetapi melakukannya dalam bentuk halal bil halal adalah tradisi yang bercorak particular.
Dengan demikian jelaslah bahwa tidak ada keinginan untuk menjadikan Islam terkebiri dengan istilah Islam Nusantara itu, sebab dia hanyalah untuk menyebut satu kenyataan bahwa Islam dan wilayah itu bukanlah untuk dipertentangkan tetapi justru untuk saling berkolaborasi.
Jadi tuduhan bahwa Islam Nusantara itu bertentangan dengan Islam Arab juga sebuah gambaran yang mengada-ada. Sama sekali tidak ada halangan untuk menyatakan bahwa Islam itu kompatibel dengan budaya yang telah diislamkan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..