Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ANAK

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ANAK
Suatu pagi saya memperoleh pesan melalui Whatsapp (WA) dari Ibu Hurriyah El Islamy, anggota Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), tentang pesan Jack Ma, pengusaha China yang sukses dan luar biasa keberhasilannya. Makanya, pesan itu lalu saya sampaikan kepada grup WA Eselon I Kemenag, terutama kepada Pak Dirjen Pendis, Prof. Kamaruddin Amin, sebab sangat relevan untuk direspon.
Pesan Jack Ma itu ialah: “kita harus mengubah cara kita untuk mendidik anak-anak. Kita tidak dapat berkompetisi dengan mesin. Robot dapat mengganti 800 juta pekerjaan pada tahun 2030. Makanya, pendidikan memiliki tantangan besar pada masa yang akan datang. Jika kita tidak mengubah cara kita mendidik anak, maka 30 tahun ke depan kita akan memiliki masalah besar. Kita harus mengubah cara kita mengajar anak. Kita harus berhenti mengajarkan pengetahuan sebagaimana 200 tahun yang lalu. Para guru agar berhenti mengajar untuk melawan mesin. Dia sangat cepat. Kita memiliki sesuatu yang unik. Guru harus mengajarkan tentang soft skill. Guru harus mengajarkan tentang nilai, keyakinan, berpikir independent, team work dan menghargai manusia. Guru harus berhenti mengajarkan pengetahuan. Guru harus mengajarkan tentang hal-hal yang tidak dimiliki oleh mesin. Guru harus mengajarkan tentang olahraga, music, melukis, dan seni. Inilah yang membedakan antara manusia dengan mesin.”
Apa yang dinyatakan oleh Jack Ma, saya kira benar. Kita sekarang sedang menghadapi era industry 4.0, di mana semakin menguat peran mesin, khususnya robot dalam dunia pekerjaan. Manusia sesungguhnya akan melawan terhadap teknologi hasil ciptaannya sendiri. Artificial intelligent yang merupakan ciptaan manusia ke depan akan menjadi lawan tangguh bagi manusia di dunia kerja. Dan dipastikan manusia akan kalah melawan mesin artifisial intelligent tersebut. Robot memiliki ketangguhan, kecepatan dan akurasi yang sangat tinggi.
Itulah sebabnya Jack Ma memberikan atau membagi pengetahuannya agar dunia pendidikan melakukan perubahan terkait dengan program pengajaran. Pembelajaran harus mengangkat keunikan manusia dengan pengetahuan, keterampilan dan keyakinannya. Manusia harus diajarkan sesuatu yang lebih dari sekedar pengetahuan. Dia harus diajarkan tentang nilai, yaitu seperangkat standart kebenaran dan kebaikan yang diyakini dapat menjadi pedoman di dalam kehidupannya. Manusia harus diajari tentang keyakinan, bahwa dia akan bisa melakukan sesuatu yang benar berdasarkan atas nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai sosial dan budaya yang baik. Manusia harus diajarkan tentang agama yang dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam kehidupannya. Di dalam agama tentu selalu ada aspek kejujuran atau integritas, keadilan, kerukunan, keharmonisan dan juga keselamatan. Manusia harus yakin bahwa dengan ajaran agama itu maka dirinya akan bisa menyelamatkan kehidupannya sendiri, masyarakat dan juga lingkungannya.
Anak-anak juga harus dididik untuk berpikir independent, berpikir bebas dan bahkan juga berpikir kritis tetapi solutif. Dengan berpikir bebas, maka dia akan mampu untuk menghasilkan karya-karya inovatif yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan serta masyarakat. Karya inovatif hanya akan muncul ketika seseorang bisa berpikir kritis, independent dan terbuka. Era sekarang mengajarkan bahwa siapa yang paling inovatif, maka dialah yang akan menguasai banyak hal di dalam kehidupan ini.
Anak-anak juga harus diajari untuk bekerja sama dan bukan hanya berpikir kompetitif. Kemampuan kompetisi penting tetapi harus berbasis pada kerja sama. Saya kira ke depan kita membutuhkan kemampuan bekerja sama di tengah semakin terdiferensiasinya kehidupan yang semakin kompleks. Hanya dengan teamwork maka kerja yang sulit akan bisa diurai dan dipecahkan melalui solusi yang cerdas.
Yang tidak kalah penting ialah agar anak didik diajar agar memiliki cinta kasih dan penghormatan kepada orang lain. Di dalam dirinya harus ditanamkan dengan kuat untuk menghargai manusia. Manusia itu tidak hanya terdiri dari daging dan tulang, akan tetapi juga dengan hati dan emosi. Makanya, manusia harus ditempatkan di dalam mitra kehidupan yang saling menghormati dan menghargai, sehingga akan tercipta keharmonisan, kerukunan dan keselamatan.
Anak didik juga harus diajarkan tentang olahraga agar sehat badannya. Men sana in corpore sano, di dalam badan yang sehat akan terletak jiwa yang sehat. Selain itu juga harus dididik dengan seni agar jiwanya sensitive terhadap kebaikan dan kesalehan. Seni akan mengasah kepekaan rohani dan menjaga ritme spiritualitas.
Jadi kita harus berani melakukan lompatan untuk kembali melakukan rekonstruksi dalam proses pembelajaran, dalam konteks kembali mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang dahulu menjadi pedoman bagi kehidupan. Saya kira era revolusi industry 4.0 tetap perlu didampaingi dengan nilai moralitas dan spiritualitas yang agung.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..