Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA: BERTEMU TOKOH AGAMA (15)

KE ROMA: BERTEMU TOKOH AGAMA (15)
Acara terakhir saya ialah bertemu dengan Tokoh Islam, Ustadz Abdalla Ridlwan, orang Maroko, yang mengabdikan dirinya bagi pengembangan Islam di Italia. Kami sudah bertemu sebelumnya di Masjid Agung Roma, dan hari ini, 5/07/2018, kami bertemu kembali. Jika acara sebelumnya ialah kunjungan muhibbah ke Masjid Agung Roma, maka kali ini adalah pertemuan dengan Beliau selaku Sekretaris Majelis Agama Islam di Italia.
Jika yang pertama kami diantar oleh Pak Dubes Vatikan, Pak Agus Sriyono, maka untuk kunjungan kedua diantar oleh Bu Dubes Italia, Malta dan Cyprus, Bu Esti. Saya kembali diajak bertemu di Ruang Teater Masjid Agung Roma. Saya, Bu Dubes, Pak Abdalla dan staf Dubes Vatikan duduk di depan, sementara para tokoh agama duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan.
Karena waktu yang sangat terbatas, kira-kira 30 menit, maka acara langsung dibuka oleh Bu Dubes dan pamaparan langsung oleh Pak Abdallah. Beliau langsung mengungkapkan beberapa hal yang dianggap sangat urgen, misalnya pandangannya tentang Islam wasathiyah. Jika kemarin beliau tidak menjelaskan tentang Islam wasathiyah, dan lebih mengedepankan Islam authentic, maka kali ini beliau secara khusus membahas tentang Islam wasthiyah itu.
Baginya bahwa Islam memang megajarkan jalan tengah, mengajarkan agar menjadi umat yang wasathan. Umat yang wasathan itu ditandai dengan tidak beragama dengan cara yang keras dan radikal apalagi yang mengembangkan terorisme. Islam baginya mengajarkan perdamaian dan keselamatan. Islam sama sekali tidak mengajarkan intoleransi. Islam mengajarkan agar kita menghargai keberadaan umat lain, lakum dinukum waliyadin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Islam tidak memaksakan agar umat lain harus menjadi Islam. La ikraha fiddin. Tidak ada paksaan dalam agama.
Muslim Italia ini terdiri dari sejumlah kaum migran dari berbagai negara. Mereka hidup di Italia dan menjadi komunitas Muslim. Meskipun mereka berasal dari berbagai negara tetapi seharusnya juga menjadi orang Italia. Pemahaman agamanya bisa berbeda-beda tetapi mereka mestilah menjadi masyarakat muslim yang bisa menyatu dengan masyarakat Italia. Makanya di masjid ini ada tiga Bendera, yaitu Bendera Islam, Bendera Italia dan Bendera Masyarakat Eropa.
Kita mestilah mengamalkan Islam di dalam kehidupan yang tidak harus sama dengan di Arab Saudi atau lainnya. Di dalam ibadah bisa terdapat kesamaan tetapi di dalam kehidupan sehari-hari boleh tidak sama. Misalnya tentang peran perempuan. Di Arab Saudi baru saja perempuan boleh menyetir mobil atau nonton bola. Dan ini menggambarkan bahwa ada perubahan di dalam kehidupan orang Arab Saudi. Di Indonesia perempuan bisa apa saja, bahkan sudah ada yang menjadi duta besar, seperti Bu Esti, ada yang menjadi kepala daerah dan sebagainya.
Bagi Pak Abdalla bahwa Islam Indonesia adalah contoh bagi dunia. Meskipun sekarang juga menghadapi orang Islam radikal tetapi Indonesia tetap merupakan negara muslim terbesar yang bisa mengatasi persoalan bangsa. Bangsa Indonesia adalah harapan dunia. Jika Indonesia tidak damai dan aman, maka juga negara lainnya. Indonesia memiliki pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan umat Islam di dunia. Saya selalu berharap agar Indonesia selalu aman dan damai.
Berikutnya, saya diminta oleh Bu Esti untuk memberikan sambutan. Saya sampaikan rasa terima kasih saya, dan juga penghargaan atas penjelasan mengenai Islam wasathiyah sebagaimana baru saja kita dengarkan. Selain itu kita juga bekerja sama untuk membangun dialog. Dan secara lesan saya sampaikan kami mengundang Pak Abdalla untuk datang ke Indonesia dan melakukan dialog dan perjalanan di Indonesia. Nanti Pak Fery akan menjadi PIC untuk kepentingan ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..