Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA; BERTEMU TOKOH AGAMA KATOLIK (14)

KE ROMA; BERTEMU TOKOH AGAMA KATOLIK (14)
Hari terakhir saya di Vatikan ialah bertemu dengan dua tokoh agama di Vatikan dan Roma, ialah Ustadz Abdallah Ridlwan dan His Excellency Kardinal Pietro Parolin. Dua kegiatan yang sangat menarik. Pertemuan dengan His Eminent Kardinal Pietro Parolin ini nyaris batal, sebab Surat yang dilayangkan oleh Pak Dubes Vatikan, Agus Sriyono, lama tidak dijawab oleh staf Sekretariat Negara.
Hari Rabo sore, kira-kira pukul 5 (lima), Pak Dubes kontak saya, bahwa pertemuan dengan Kardinal Parolin bisa diselenggarakan. Semestinya pertemuan akan dilakukan pada jam 4 sore. Dan saya menyatakan siap dilaksanakan. Akan tetapi ternyata pesawat saya ke Jakarta pukul 19.40 waktu Italia, sehingga rasanya sudah hopeless untuk bisa berrtemu.
Tiba-tiba ada berita bahwa His Eminent Kardinal Parolin bisa menerima kami pada pukul 1.00 waktu Italia. Pak Dubes kontak saya bahwa pertemuan bisa dilakukan. Jadi, Kardinal Parolin mengurangi jam makan siang dan istirahatnya demi kami dari Indonesia. Pak Dubes sangat surprise, demikian pula kami semua.
Kami dengan sejumlah tokoh agama: Prof. A’la, Prof. Philip, Prof. Henriette, Pak Uung, Pak Wisnu, Romo Markus, Romo Leo, Romo Purnama, Pak Fery, Jemi, Ubed dan sejumlah staf kedubes hadir di dalam acara Courtesy Call ini. Saya bersama Pak Dubes, naik mobil dinas kedutaan, Mercy yang nyaman, dan tentu tidak rumit untuk melalui penjagaan yang ketat di Kantor Sekretariat Negara Vatikan ini. Gedungnya di berada di wilayah Basilika Santo Petrus di dalam kota Vatikan.
Di ruang depan kantor ini terdapat ruang bisnis, yang diperuntukkan bagi para Romo dan diplomat. Jika belanja di sini maka tidak dikenai tax. Makanya, setiap kali butuh belanja, Pak Dubes ke sini karena lebih murah. Kami bisa juga belanja dengan menggunakan privileged Pak Dubes atau para Romo di sini.
Kami memasuki ruang pertemuan dikawal oleh staf Sekretariat Negara. Sebagaimana diketahui bahwa Kardinal Parolin adalah pemangku jabatan sebagai Sekretaris Negara. Jadi beliau adalah orang kedua setelah Paus. Gedung yang tertata sangat baik meskipun didirikan pada masa yang sangat lama, pada abad ke 15. Tentu saja sudah mengalami pemugaran yang rusak akan tetapi bangunan lamanya masih kelihatan sangat kokoh.
Kami memasuki ruang pertemuan yang indah. Dihiasi dengan lukisan-lukisan dalam nuansa Kekatotikan yang indah. Di dinding dalam dan atasnya terdapat ornamen-ornamen khas Vatikan. Kami tentu saja sempat berfoto di dalamnya. Berbagai pose kami lakukan. Rasa gembira bisa bertemu dengan orang kedua di negeri Vatikan. Kardinal Parolin adalah seorang Kardinal yang sangat terkenal di Vatikan bahkan juga Italia dan dunia.
Kami menunggunya sambil berdiri, sampai kemudian pintu terbuka dan wajah yang damai datang menyalami kami. Pak Dubes yang pertama salaman, lalu saya dan seterusnya tokoh-tokoh agama. Tibalah acara yang ditunggu bertemu dan berbicara dengan His Excellency Kardinal Parolin. Pak Dubes mengantarkan pembicaraan bahwa kami yang hadir adalah tokoh-tokoh agama di Indonesia dari semua agama di Indonesia. mereka adalah representasi Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Mereka adalah narasumber di dalam acara dialog antaragama Masyarakat Indonesia di Eropa atau para diaspora Indonesia.
Lalu saya dipersilahkan oleh Pak Dubes untuk menyerahkan hasil dialog yang sudah dideklarasikan sebagai Roma Recommendation. Saya sampaikan ucapan salam dan terima kasih yang mendalam atas diterimanya kami dan saya akan serahkan dokumen deklarasi Roma kepada beliau. Dokumen itu diterimanya dengan senyuman yang tulus.
Beliau lalu menyampaikan sambutannya dengan bahasa yang lembut. Disampaikannya bahwa masyarakat dunia mengharapkan kita semua umat beragama untuk membangun perdamaian. Kita hidup di dunia yang semakin terfragmentasi dalam banyak hal.
Sebagaimana dinyatakan oleh Paus Franciskus bahwa kita harus membangun perdamaian dunia. Kita berbeda dan itu yang terkadang membuat terjadinya konflik di antara kita. Namun demikian hal itu harus memperkaya kita untuk membangun perdamaian dan mempromote persatuan. Seperti penyelenggaraan dialog antaragama hakikatnya adalah untuk memberikan solusi dan bukan kita menjadi bagian dari problem tersebut. Terkadang agama dimanipulasikan untuk beberapa alasan, agama seharusnya menjadi alasan untuk saling bertoleransi.
Saya sungguh menaruh rasa hormat dan mensupport negara Indonesia, yang besar, negeri yang seperti mosaic, untuk membangun bersama demi kebesaran negeri anda. Kita sekarang membutuhkan spiritualitas, di tengah dunia yang semakin materialistic. Kita harus mengharap atas petunjuk Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan manusia di dunia ini. Kita harus terus bekerja dalam menghadapi intoleransi dan fundamentalisme melalui kontribusi yang positif.
Penting juga untuk mendidik anak-anak muda untuk membangun perdamaian agar kita mendapatkan keberkatan Tuhan. Kita harus terus berdoa agar memperoleh keberkatan Tuhan itu. Kita tidak boleh pessimis. Kita orang yang percaya Tuhan, kita harus saling menghargai, saling membantu dan saling memahami satu dengan lainnya agar kehidupan kita semakin baik dan bermakna.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..