Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA; BERTEMU TOKOH AGAMA ISLAM (13)

KE ROMA; BERTEMU TOKOH AGAMA ISLAM (13)
Di antara tokoh agama Roma yang kami temui bersama para tokoh agama dari Indonesia adalah Imam Yahya Pallavicini. Beliau adalah President of Coreis, sebuah organisasi Masyarakat Muslim di Roma. Beliau orang Italia, dan Bapaknya dulu masuk Islam sehingga dia dan keluarganya juga beragama Islam. Ketika saya Tanya: “are you fans of AS. Roma?. Dia menyatakan dengan semangat: “Yes, I am fans of AS. Roma”. Beliau pernah datang ke Jakarta mengikuti acara High Level Consultation of Ulama di Bogor, yang diselenggarakan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Dialog Antaragama dan Peradaban.
Acara ini dipandu oleh Bu Esti Andayani, Dubes RI untuk Italia, Cyprus dan Malta. Saya diberi kesempatan pertama selaku pimpinan delegasi untuk menyampaikan sambutan. Saya sampaikan terima kasih dan rasa bahagia karena bisa bertemu dengan Pak Imam Yahya. Selanjutnya saya minta Pak Fery Meldy untuk menyampaikan presentasi tentang peran Kementerian Agama, terutama Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Oleh Pak Fery dijelaskan bahwa antara PKUB dan FKUB adalah dua institusi yang saling mendukung. PKUB merupakan institusi pemerintah dan FKUB adalah institusi masyarakat. keduanya membawa peran yang sangat penting didalam membangun kerukunan umat beragama.
Selanjutnya, Bu Henriette menyatakan bahwa harmoni umat beragama di Indonesia terselenggara dengan baik, sebab kita memiliki kesamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dasar Pancasila. Umat Kristen merasa bahwa dengan Pancasila tersebut dapat menjadi pemersatu bangsa yang sangat plural. Berikutnya, Pak Jenderal Wisnu juga menyatakan bahwa umat Hindu di Indonesia bisa bersatu dengan umat agama lain disebabkan oleh falsafah bangsa dan dasar negara, Pancasila. Kita bersyukur bahwa para pendiri bangsa menghasilkan Pancasila yang menjadi sarana untuk mempersatukan bangsa Indonesia.
Berikutnya adalah paparan Imam Yahya. Masih muda dan bersemangat serta kemampuan bahasa Inggrisnya juga sangat baik. Beliau sampaikan bahwa di Italia ini umat Islam kira-kira 2 juta orang. Dari jumlah tersebut, maka kebanyakan ialah kaum migran dari Afrika, Timur tengah dan Asia lainnya. Ada yang dari Afghanistan, Maroko, Tunisia, Suriah, Iraq dan sebagainya. Mereka inilah yang sekarang menjadi bagian dari umat Islam di Italia.
Saya senang bisa mengunjungi Indonesia dalam acara di Bogor. Indonesia adalah negeri yang besar dengan jumlah penduduk Muslim terbesar. Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh kedamaian dan harmoni antar umat beragamanya. Saya tahu bahwa sekarang Indonesia juga sedang menghadapi gerakan radikalisme sebagaimana negara-negara lain di dunia. Tetapi Indonesia selama ini bisa mengatasi radikalisme itu dengan baik. Saya berharap negara lain juga bisa melakukan hal yang sama.
Di Italia, umat Islam itu membentuk kelompoknya sendiri-sendiri. Misalnya kelompok Islam Maroko, kelompok Islam Afghanistan, Kelompok Islam Suriah dan sebagainya. Meskipun begitu mereka tetap merupakan satu kesatuan umat Islam di Italia. Organisasi Coreis itulah yang menjadi tempat bagi semua pemeluk agama Islam di Italia untuk bersatu. Kita juga bersyukur karena memiliki Masjid Agung Roma, yang merupakan hasil donasi umat Islam di berbagau negara dan kerja sama antar pemeluk agama di Italia. Masjid ini dapat menjadi tempat untuk pengajaran Islam.
Saya menanyakan kepada Beliau tentang 3 (tiga) symbol bendera di Masjid Agung Roma, yaitu bendera lambang Islam atau Musulmane, bendera Italia sebagai lambang orang Italiano dan juga bendera Uni Eropa sebagai bagian dari Europano. Saya sedikit-sedikit belajar bahasa Italia. Dinyatakannya, bahwa kita sedang membangun proses untuk saling memahami tentang hal ini. Umat Islam di Italia harus belajar menjadi warga Italia, dan bahkan juga warga masyarakat Eropa. Kita terus berupaya agar warga muslim tidak eksklusif, mereka harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Italia pada umumnya. Meskipun mereka berasal dari berbagai bangsa sebelumnya, tetapi ke depan harus menjadi bangsa Italia.
Lalu saya juga tanyakan: “Many Muslim of Italia base on the migrant, who come from many state di Middle East and other which the interpretation of religion are very different. How do you manage about this? Beliau menyatakan inilah problem saya yang sangat mendasar. Saya terus berupaya agar mereka itu menjadi umat Islam yang inklusif. Jangan merasakan masih menjadi bagian dari negara asalnya. Mereka harus menyatu dengan masyarakat Italia. Saya terus berupaya dengan para tokoh Islam dan umat agama lainnya, terutama umat Katolik untuk berdialog dalam rangka membangun harmoni antar umat beragama. Di Italia ini, ada banyak umat beragama, yang minoritas ialah Islam, Kristen Protestant, Hindu, Buddha, Yahudi, Baha’i dan sebagainya. Untungnya Italia memiliki satu pasal di dalam Undang-Undang Negara Italia, yang menjamin warga Italia bebas menjalankan agamanya.
Kemudian saya tanyakan: “what does the government of Italia support of the development of Islam in Italia? Lalu dinyatakan bahwa negara tidak memberikan supportnya untuk mengembangkan agama di sini. Semua tidak disupport untuk membangun kehidupan agamanya. Sebagai negara secular, maka agama ialah urusan individu dan bukan urusan negara. Negara memang mensupport terhadap harmoni antar umat beragama melalui dialog-dialog antar umat beragama. Namun dalam urusan pengembangan masing-masing agama diserahkan kepada umat agama tersebut. Maka upaya yang kita lakukan ialah dengan melakukan dakwah secara terus menerus.
Sebagai akhir pertemuan, Saya menambahkan bahwa Indonesia memiliki konsep 3 (tiga) kerukunan umat beragama: yaitu: kerukunan interen umat beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah. Kita memiliki program moderasi agama yang diharapkan akan dapat menjadi salah satu pola preventif agar radikalisme tidak semakin berkembang, Dan juga memiliki program pendidikan untuk menangkal terhadap gerakan radikalisme. Semuanya kita lakukan dalam rangka untuk membangun Islam yang wasathiyah atau Islam yang rahmatan lil alamin.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..