Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA; MENGUNJUNGI MAKAM SANTO PETRUS (9)

KE ROMA; MENGUNJUNGI MAKAM SANTO PETRUS (9)
Ketika saya diajak untuk ziarah ke Makam Santo Petrus, maka saya teringat akan Karel Steenbrink, seorang Indonesianis berasal dari Belanda dan mengajar di UIN Jogyakarta. Beliau di dalam tulisannya menyatakan: “jika berada di suatu kota tertentu, maka yang pertama ditanyakan ialah apakah ada makam Suci di kota ini.” Maka beliau melakukan ziarah ke makam keramat tersebut.
Ketika saya mengunjungi Basilika Santo Petrus, Gereje Katolik terbesar di Dunia di dalam ota vatikan, saya tidak bisa menggambarkan keindahannya. Hanya kagum dan kagum saja, atas karya anak manusia di dalam mengekspressikan keberagamaannya yang luar biasa.
Saya bersama seluruh peserta dialog antaragama Masyarakat Indonesia di Eropa, dan didampingi oleh staf keduataan RI di Vatikan, dan Romo Leo, Romo Purnama serta Romo Markus yang sudah menunggu di Lapangan Santo Petrus depen basilica itu. Kami naik bus pariwisata yang nyaman dan menyusuri jalan-jalan di Roma. Kira-kira 30 menit dari Villa Aurelia ke Gereja ini. Maklum karena sudah hari kerja, maka jalanan agak padat, meskipun bukan macet. Jangan bayangkan dengan kemacetan di Jakarta yang sering kita rasakan.
Setelah sampai di tempat parkir bus, maka kami datang di Basilika Santo Petrus dengan jalan kaki, melalui tangga yang di sekelilingnya dilukis dengan tulisan dan gambar-gambar yang indah. Lalu kami harus menaiki lift yang cukup tinggi. Sampailah akhirnya kami di lapangan Santo Petrus yang di dalamnya terdapat dua patung. Satu patung di selebelah kanan ialah Patung Santo Petrus, dengan tangan kanan memegang kunci dan tangan kiri memegang kitab suci. Di sebelahnya terdapat Patung Santo Paulus dengan tangan kanan memegang pedang dan tangan kirinya memegang kitab suci. Menurut Romo Markus, bahwa kunci yang dipegang oleh Rasul Petrus adalah gambaran bahwa beliaulah yang dipercaya oleh Yesus Kristus untuk memegang kunci Kerajaan Surga dan kitab suci sebagai jalan untuk mencapainya. Selain itu, Petrus sendiri juga menulis banyak Surat di Kitab Suci Perjanjian Baru. Sedangkan Paulus yang ditangan kanannya memegang pedang adalah symbol mengenai perilakunya yang pernah mengejar-ngejar pemeluk Kristen Perdana, bahkan membunuhnya. Pada suatu ketika beliau bertemu dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke Damaskus, dan kemudian bertobat. Namanya yang semula Saulus, lalu diubah menjadi Paulus. Perubahan nama itu untuk menggambarkan keinginan beliau untuk mengubur masa lalu.
Di tengah lapangan ini terdapat tugu yang dianggap sebagai tugu tempat dimana Petrus disalib. Ketika kita berada di lapangan itu maka kita bisa melihat ratusan patung di atas, untuk menggambarkan sejumlah rasul-rasul dan para penginjil yang banyak jumlahnya. Bangunan Gereja dari depan itu berbentu setengah lingkaran dan dihias dengan ornament yang indah.
Kita memasuki Gereja Santo Petrus Roma dengan diantar oleh Romo Markus. Kami memasuki gerbang Gereja Santo Petrus yang dijaga oleh tentara Swiss, selain juga oleh tentara Italia. Pengamanan gereja sangat ketat. Semua alat yang mengandung logam harus dilepaskan. Jadi ingat di bandara. Semuanya dilakukan untuk mengintisipasi keamanan.
Dari pintu gerbang itu kami menuju ke dalam gereja. Kami menerima alat earphone untuk mendengarkan penjelasan dari Romo Markus. Kami berkumpul di ruang luar gereja yang berbatasan dengan lapangan. Mula-mula dikenalkan tentang 5 (lima) pintu yang menjadi pintu di gereja Santo Petrus di Roma. Pintu sebelah kiri adalah pintu kematian, menggambarkan tentang orang yang berada di dalam kebajikan lalu harus keluar ke alam dunia yang penuh penderitaan. Pintu kedua ialah pintu kebaikan dan keburukan. Untuk menggambarkan bahwa di dalam kehidupan ini terdapat dua sisi yang terus terjadi yaitu kebaikan dan keburukan.Lalu di tengahnya ialah pintu Santo Petrus yang digunakan oleh Paus yang akan melakukan misa. Lalu sebelahnya ialah pintu sakramen, yang digunakan oleh umat untuk memasuki ruang dalam Basilica Santo Petrus. Di sinilah saya dan semua peserta dialog melewatinya. Pintu yang paling kanan atau pintu kelima ialah pintu Qudus atau pintu suci. Mula-mula pintu ini hanya dibuka 100 tahun sekali. Akan tetapi Paus punya kewenangan untuk mengaturnya. Lalu dibuka 50 tahun sekali. Karena dianggap masih terlalu lama, maka akhirnya dibuka 25 tahun sekali dan yang terakhir bisa dibuka saat Paus memang menganggapnya penting. Pada tahun 2015, dilakukan Missa Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa, dipimpin oleh Paus Fransiscus yang diikuti oleh 50 ribu peserta termasuk Presiden dan Perdana Menteri Italia, Sergio Mattarella dan Mateo Rezzi serta Raja Abert II dan Ratu Paula dari Belgia. Pada saat ini Pintu Suci itu dibuka oleh Paus Fransiscus.
Kami masuk ke dalam melalui pintu paling kanan. Pintu ini yang dijadikan sebagai pintu masuk bagi semua peziarah. Satu hal yang juga ingin saya sampaikan, bahwa keindahan ruang depan gereja ini luar biasa. Jika kita mendongakkan kepala ke atas, maka akan kelihatan ornament gereja yang luar biasa indah. Sentuhan tangan perupa Micheleangelo memang sungguh luar biasa. Nyaris tidak bisa disamai oleh pelukis dan perupa lainnya.
Masuk ke dalam kita disuguhi dengan Patung-patung penting. Misalnya Patung Putih Pieta, Bunda Maria memangku Yesus yang sudah wafat, patung putih ini pernah sedikit mengalami kerusakan sehingga sekarang dilindungi dengan kaca putih anti peluru. Patung karya Micheleangelo ini pernah dipamerkan di Amerika Serikat, awal tahun 60-an, tetapi dengan secepatnya dikembalikan atas perintah Paus Yohannes XXIII. Ada juga patung Petrus dari perunggu terletak di sebelah kanan kita. Patung itu dianggap sebagai lambang kesucian, sehingga jika seorang peziarah menyentuh kakinya, maka akan mendapatkan berkah darinya. Saya dan peziarah lain juga melakukannya, tentu dengan niat dan keyakinannya sendiri-sendiri.
Ada juga patung Christina Alexandra, seorang putri raja Swedia yang memperoleh hak untuk dimakamkan di dalam Basilika Santo Petrus karena kegigihannya mempertahankan pilihannya terhadap agama Katolik. Juga terdapat patung-patung para Rasul dan Paus yang pernah bertahta di Vatikan. Setelah melewati lorong panjang yang di sekitarnya terdapat makam-makan para Paus, misalnya makam Paus I, yang hanya berkuasa selama 33 hari, juga terdapat makam-makam Paus lainnya. Ada juga makam Penginjil awam dari Filipina yang diberikan privileged untuk dimakamkan di sini. Lorong ini sangat panjang dengan lukisan di kiri dan kanannya.
Yang sangat menarik tentu makam Santo Yohannes XXII, Sang Paus yang pernah menyelenggarakan Konsili Vatikan II itu. Beliau dikatakan sebagai Paus pembaharu di daam Gereje Katolik termasuk sikap dan pikirannya yang baru dan lebih terbuka terhadap umat agama lain. Makam beliau memang dibiarkan terbuka. Orang bisa melihatnya. Menurut Romo Markus, yang kelihatan itu bukan jasad yang sebenarnya. Sebagian tubuhnya sudah rusak sehingga dibuatlah ptung lilin yang didalamnya terdapat tulang belulang Beliau. Sebab ketika terjadi penggalian atas makamnya, maka kondisinya tinggal sedikit.
Mengenai jasad Santo Petrus yang terletak di bawah altar utama Basilika ini, sebenarnya sudah dilakukan uji DNA untuk mengetahui jasad siapa sebenarnya. Diputuskan untuk melakukan penggalian terhadap jasad Santo Petrus. Setelah dilakukan penggalian, maka ditemukan kumpulan jasad dari mereka yang dibunuh pada waktu itu. Santo Petrus semula dipenjara, lalu melarikan diri. Di tengah jalan beliau bertemu dengan Yesus dalam spiritual dan dinasehati agar kembali ke penjara. Pada saatnya disalib, maka Beliau meminta jangan disalib seperti gurunya, Yesus Kristus. Jika Yesus disalib dalam keadaan berdiri, maka beliau meminta agar disalib dengan kepala dibawah. Dari jasad-jasad yang banyak itu lalu dilakukan tes, dan ternyata ada sebuah jasad yang bukan orang Italia, melainkan orang dari sekitar Palestina. Berdasarkan atas bukti tersebut, maka diyakini bahwa jasad itu ialah jasadnya Santo Petrus. Hal ini didukung pula dengan tulisan Petrus di dinding kuburan massal itu.
Jasad Santo Petrus tersebut dilindungi, dikunjungi dan dihormati untuk menandai terhadap peran Orang Suci Petrus di dalam perjuangan menegakkan kekristenan, khususnya Kristen Katolik. Di setiap makam yang berada di pinggir lorong menuju makam Santo Petrus dibuat patung lilinnya. Hal itu untuk menandai bahwa di situlah makam para Santo dan Paus dikuburkan.
Hal yang sungguh saya kagumi dengan kekaguman yang luar biasa adalah bagaimana ornament-ornamen Basilika itu dibuat. Jika kita mendongakkan muka kita ke atas, di menara bagian dalam, yang berbentuk lingkaran, maka betapa indahnya lukisan dan patung-patung yang menghiasinya. Tidak ada kata lain, kecuali ungkapan kagum dan terpesona.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..