• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA: PENGALAMAN MENJEJAKKAN KAKI DI ITALIA (3)

KE ROMA: PENGALAMAN MENJEJAKKAN KAKI ITALIA (3)
Saya datang di Bandar Udara Roma pada pukul 10,00 Waktu Italia atau pukul 15.00 WIB. Perbedaan antara Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) dengan Roma Italia kira-kira 5 (lima) jam. Perjalanan yang cukup panjang jika dihitung dari Jakarta, kira-kira selama 13 jam. Tentu terhitung dengan jam transit di Bandar Udara Turki.
Meskipun badan capai, tetapi hati tentu senang, sebab ini merupakan perjalanan pertama saya ke Italia. Negeri spaghetti, negeri mode dan negeri sepak bola. Siapa yang tidak kenal dengan mode-mode dari Italia, makanan spaghetti dan juga pemain-pemain sepak bola dan klub-klubnya. Saya pernah mengidolakan AC Milan ketika trio Belanda, Ruud Gullit, Marco van Basten dan Frank Rijkard bermain bersama di AC Milan dan klub ini menjuarai berbagai event internasional, termasuk juara Piala Champion, lalu Piala Toyota melawan juara Piala Libertadores dari zona Amerika Latin. Sayangnya saya lupa nama klub dari Amerika Latin tersebut.
Saya bersyukur sebab dijemput oleh Staf Kedutaan, Pak Rusli, orang Sunda yang sudah 32 tahun bekerja di Italia, sebagai staf kedutaan Besar RI di Vatican. Berkat Beliau maka urusan di bandara menjadi lebih mudah. Kala pemeriksaan paspor, maka ada sedikit masalah, sebab kami ditanyai tentang surat undangan dari Kedutaan Besar RI di Vatican. Padahal kami berempat tidak membawa undangan tersebut. Untunglah dengan keberadaan Pak Rusli, maka bisa dijelaskan secara lebih detil mengenai kunjungan saya dan kawan-kawan.
Ripanya Pak Dubes, Pak Agus Sriyono, yang orang Solo itu, juga menjemput saya dan kawan-kawan. Kami sangat bergembira bisa bertemu dengan Beliau di Roma setelah beberapa bulan yang lalu Beliau bertamu ke ruang saya di Sekretariat Jenderal Kemenag. Tanpa basa-basi maka saya mengucapkan terima kasih atas undangannya untuk mengikuti acara Dialog Umat Beragama yang diselenggarakan di Vatican. Dengan mobil dinasnya, saya diantar oleh sopirnya untuk menuju ke tempat penginapan di Villa Aurelia, Accomadation and Meeting Roma.
Sepanjang jalan saya mengamati terhadap sekitar jalan yang kami lewati. Pepohonan yang menghijau, jalanan yang mulus dan mobil yang tidak terlalu sesak di jalanan tentu menjadikan perjalanan di Roma, dari bandara ke wisma, menjadi lebih cepat. Kira-kira 45 menit kami sampai di hotel. Kami harus menunggu lama di lobby sebab Pak Fery Meldy dan Pak A’la ternyata belum sampai di hotel. Kami bertemu dengan Pak Haryanto, orang Malang yang sudah 53 tahun lebih berada di sini. Semenjak usia 19 tahun beliau menetap di Vatican. Seluruh anaknya lahir di sini dan kemudian menikah dengan orang Italia.
Sekarang di Italia lagi musim panas. Kira-kira 28 derajat. Jadi termasuk cuaca yang cukup panas. Itulah sebabnya ketika berada di sini, rasanya seperti berada di Indonesia, sebab udaranya yang panas dan juga tanaman yang menghijau dan lebat. Dari pesawat juga bisa dilihat bagaimana tanaman yang menghijau dan juga yang baru saja dipanen. Kelihatan dengan jelas tetumbuhan di wilayah yang dilewati oleh pesawat terbang.
Saat makan siang, saya bertemu dengan Pak Wisnu Tenaya, dari Agama Hindu, Prof. Philip Widjaja dari Buddha dan staf Pak Fery Meldy di PKUB. Saya dengan Pak Philip sudah sangat lama berteman. Tentu saat saya menjadi rector IAIN Sunan Ampel, kini menjadi UIN Sunan Ampel. Beliau adalah aktivis Forum Kerukunan Umat Beragama. Kami juga pernah bertemu dengan Pak Wisnu Tenaya, saat kami sama-sama menjadi nara sumber di dalam acara Seminar Nasional di Institut Agama Hindu Dharma Negeri (IHDN). Tema seminar kala itu ialah tentang “membangun kerukunan umat beragama dalam menghadapi gerakan radikalisme”. Sebuah tema yang saya kira ada hubungannya dengan tema meeting di Vatican ini.
Kami berbincang tentang agama-agama di Indonesia dan bagaimana kerukunan beragama menjadi tema yang menarik untuk diperbincangkan. Sambil makan “nasi khas Italia” yang saya rasa sangat berbeda dengan nasi khas Indonesia, dan masakan daging sapi, saya kira makanan Italia ini enak juga. Nasinya memang sudah diberi bumbu sehingga terasa lebih asin. Dengan campuran sambal khas Italia dan merica yang sudah dimasak, maka terasa lezat juga makanan special ini.
Kami sempatkan istirahat sebentar setelah makan siang, sebab jam 17.00 waktu Italia, acara pembukaan Pertemuan Dialog Antar Agama akan dimulai. Hari ini adalah acara pembukaan, yang akan diisi dengan beberapa sambutan. Yaitu dari Kementerian Agama, yang akan saya sampaikan, lalu dari Kementerian Luar Negeri dan juga dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Menurut Pak Dubes, bahwa semua peserta dari 22 negara di Eropa sudah datang. Termasuk yang akan hadir juga Prof. Dien Syamsudin, Staf Khusus Presiden untuk Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama dan Peradaban, yang sesuai rencana akan memberikan sambutan juga pada acara ini.
Meeting tentang Dialog Antar Agama ini tentu sangat penting di dalam kerangka untuk menyamakan wawasan dan pemahaman tentang relasi agama-agama di Indonesia. Acara ini sekaligus juga sebagai ajang untuk memberikan informasi secara langsung kepada warga Indonesia yang berada di Eropa tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia.
Jika selama ini mereka hanya mendengarkan berita-berita di televisi dan media sosial lainnya, maka melalui pertemuan ini tentu mereka akan mendapatkan informasi dari para tokoh agama tentang relasi agama-agama di Indonesia. Kita berharap melalui forum ini akan melahirkan visi dan missi Indonesia ke depan yang lebih damai, harmonis dan berkesejahteraan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..